..."Boleh aku bertanya apa yang kau lakukan disini, Jisung?"
Adik Mark itu baru saja tiba di hotel beberapa menit lalu. Mengingat saat itu baru pukul delapan pagi, Jisung pasti terbang ke Korea naik pesawat jet perusahaan tengah malam dari Kanada. Bahkan, hanya selang beberapa saat setelah mereka berdua mengakhiri obrolan di telepon semalam.
Adiknya melangkah menjauh dari pelukan akrab mereka. "Kau tidak terdengar seperti dirimu waktu bicara di telepon kemarin malam, Hyung."
Mark mengangkat alis dengan curiga. "Dan itu membuatmu langsung terbang ke Korea?"
Jisung tersenyum lebar seperti anak-anak. "Betul, dan aku juga ingin melihat Seo Haechan secara langsung."
Mark menegang. "Kenapa?"
Jisung tersenyum semakin lebar. "Aku ingin bertemu wanita yang membuat kakakku kalang kabut."
"Hentikan omong kosongmu," sentak Mark. "Kau mau kopi?"
Ia berbalik untuk menuangkan kopi pekat yang selalu ia buat untuk menemani sarapannya. Ia sudah minum dua cangkir pagi ini karena tak bisa kembali tidur setelah Haechan mimpi buruk. Ia ingin tetap waspada kalau-kalau wanita itu membutuhkannya lagi.
"Jangan mengalihkan pembicaraan, Hyung." Jisung duduk nyaman di salah satu bangku tinggi di meja dapur sambil menerima cangkir kopinya. "Apa yang membuag Seo Haechan spesial?" Ia terus menatap Mark selagi meneguk kopi di tangannya.
Semuanya.
Pikiran itu langsung muncul di benak Mark dan sepertinya tidak bisa diredam lagi.
Haechan memang spesial, sangat spesial. Wanita yang tetap kuat menghadapi berbagai kesulitan. Kebanyakan wanita pasti histeris setelah diserang Jeno seperti yang Haechan alami semalam, tapi Haechan tetap tenang. Dan itu semua terjadi setelah dia kehilangan ayahnya dua setengah bulan lalu, ditambah pertunangannya batal—- meskipun setelah apa yang terjadi kemarin, Haechan mungkin lega pertunangannya di batalkan.
Dan yang mereka alami bersama di ranjang....
Haechan berbeda dari semua wanita yang pernah Mark kenal. Dia tidak hanya memberikan tubuhnya, melainkan memberikan semua yang dimiliki. Mark belum pernah memiliki kekasih seperti itu.
Apakah ia bisa menemukan wanita seperti Haechan lagi?
"Mungkin aku bisa tahu jawabannya setelah bertemu dengannya?" Jisung masih menatapnya penuh spekulasi.
Mark merasakan gelombang keposesifan yang jarang ia rasakan saat memikirkan Haechan yang hendak ditemui Jisung. Apakah Haechan akan menganggap adiknya itu menarik, seperti banyak wanita lain? Penampilan Mark sangat mirip dengan adiknya itu, dengan rambut dan mata gelap, juga tinggi—- bahkan lebih tinggi dan bobot tubuh serupa.
Apakah Haechan merasa adiknya lebih mudah dihadapi ketimbang Mark?
Itu pasti. Mark sadar dirinya tidak sekarismatik dan seramah Jisung kalau situasi mengharuskan. Dan bertemu wanita cantik jelas mengharuskan hal itu.
Memikirkan Haechan tertarik pada Jisung cukup untuk membuat Mark mengepalkan tangan di cangkir kopinya sampai buku-buku jarinya memutih.
"Kutebak hyung tidak suka ide itu." Jisung menyeringai.
Mark melirik jengkel ke arah adiknya. "Jangan mencari-cari emosi yang tidak ada."
Sekarang, Jisung terang-terangan terkekeh. "Kalau hyung tidak berhenti mencengkeram pegangan cangkir itu, hyung akan memecahkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ruthless Billionaire [Markhyuck] ✔️
Fanfiction⚠️GS! Jangan salah lapak⚠️ Mark memang tampan, dan digandrungi banyak wanita. Kekayaannya membuatnya berkuasa, termasuk menguasai hidup Haechan. Alih-alih menyukai, Haechan menolak untuk dekat dengan Mark karena sebenarnya ia tak mau jatuh hati deng...