Part 16

12K 1.2K 82
                                    










...




"Pelan-pelan." Mark memperingatkan pelan selagi Lucas mengangkat tubuh Haechan yang tak sadarkan diri ke pelukannya, di tempat duduknya dijok belakang mobil SUV-nya.

Lucas menutup pintu mobil lalu menyetir menuju rumah sakit.

Mungkin fakta Haechan masih belum sadar justru bagus karena Mark yakin lengan wanita itu patah. Ia mendengar bunyi tulang yang bergemeretak saat Jeno mendorong tubuh Haechan ke arahnya.

Secara refleks, Mark menjulurkan tangan untuk menangkap Haechan. Semua perhatiannya terfokus pada wanita yang pingsan dalam dekapannya itu—- mungkin karena tak kuasa menahan sakit akibat rasa sakit tambahan saat Jeno mendorongnya.

Begitu Mark mengangkat dan memangku Haechan dengan hati-hati dalam pelukannya, Jeno sudah kabur.

Mark kembali membuang-buang waktu berharga dengan membaringkan Haechan disofa sebelum menelepon Lucas. Pengawal itu melaporkan Jeno sudah meninggalkan gedung apartemen Haechan dan pergi. Bukan salah Lucas; pria itu tidak tahu kalau Jeno bukan pergi, melainkan kabur karena kedatangan Mark.

Itu tidak penting. Mark akan menemukan Jeno— kemanapun pria itu pergi. Tidak ada tempat di bumi ini yang akan aman dari amarah Mark karena Jeno berani menyakiti Haechan secara fisik.

Sementara itu, mereka harus sesegera mungkin mengantar Haechan ke rumah sakit. Lengannya yang patah perlu dibius dan diobati.

Dan Mark cukup mengenal Haechan untuk tahu wanita itu akan langsung naik pitam begitu sadar.



...


Suara-suara itu datang dan pergi di kesadaran Haechan, dan rasa sakit dilengan yang ia rasakan membuatnya tidak sanggup mencoba memahami kata-kata yang diucapkan.

Tapi, ia mengenali ketiga suara yang bicara itu. Renjun, Jaemin dan Mark.

Ingatannya kembali.

Jeno menunggunya diluar apartemennya.... Ancaman pria itu.....

Kedatangan Mark yang tiba-tiba dan sangat menghebohkan....

Bunyi gemeretak di lengannya saat Jeno mendorongnya.

Rasa sakit.

Kegelapan total.

Lalu rasa sakit itu lagi, saat ia terbangun di tempat yang ia duga adalah ruang IGD rumah sakit setempat, lengannya tengah di sinar-X. Walaupun sudah diberi obat penahan sakit, ia kembali pingsan saat mereka menggeser tulangnya yang patah.

Dan selama semua itu, Mark mendampinginya. Tidak bicara. Hanya mendampingi di sisinya. Wajah kaku pria itu tampak muram. Mark hanya bicara kepada dokter saat sang dokter menggeser tulang Haechan. Sebelum ia kembali pingsan.

Ia tidak tahu kapan Renjun dan Jaemin tiba, tapi ia paham pasti Mark yang menelepon mereka. Kalau tidak mereka pasti tidak tahu ia masuk rumah sakit.

Omong-omong soal itu.....

Ia membuka mata untuk melihat tiga orang yang duduk di sebelah ranjang rumah sakit tempatnya berbaring. Jelas menunggunya bangun. Sepertinya ia berada di tempat yang di kelilingi tirai—- barangkali masih diruang IGD. Gips ditangan kirinya terasa berat.

"Akhirnya nona muda ini bangun." Renjun tersenyum lebar.

"Untunglah," Jaemin mendesah lega. "Kau membuat kami khawatir, Haechan-ah."

Hanya Mark yang tetap bungkam, dan setelah melirik ke arah pria itu, Haechan melihat ekspresinya masih semuram tadi, matanya berkilat gelap.

Haechan memalingkan wajah membasahi bibir sebelum bicara. "Bisakah aku pulang sekarang?"

 The Ruthless Billionaire [Markhyuck] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang