18. Kecewa

39 3 0
                                    

"Oh ya Dew kita satu komplek kan? " tanya Ananta di tengah perjalanan

"Iya kak. " jawab Ardy

"Berarti enak dong ya, Nadya ketemu terus sama lo. " ucap Ananta

"Maksud kakak? " tanya Ardy tidak paham maksud ucapan Ananta

"Kayaknya lo dekat sama adek gua. Apa lo punya rasa sama adek gua. " jawab Ananta

"Nggak terlalu dekat kok kak, kita cuma teman sekelas. Dan lagian gua nggak ada rasa sama Nadya. " ucap Ardy ragu ragu

"Oh gitu ya... Berarti gua salah arti ya. Tapi gua boleh kan kalau minta tolong lo jaga Nadya. " ucap Ananta

"Ya pasti boleh lah. " ucap Ardy

"Makasih ya, jaga Nadya baik baik. Dia satu satunya orang yang gua sayangi. " ucap Ananta

"Kak Ananta tenang aja kak. Oh ya kak, gua turun disini aja. " ucap Ardy

"Loh rumah lo yang ini?" tanya Ananta

"Bukan kak, rumah gua masih didepan lagi. Gua turun sini aja, biar kakak langsung bisa ke rumah sakit lagi. Kasihan Nadya sendirian. Udah ya kak, makasih tumpangannya. " ucap Ardy menyalimi tangan Ananta lalu keluar dari mobil

"Hati hati ya. " ucap Ananta membuka kaca mobilnya

"Iya kak. " ucap Ardy lalu berjalan pergi meninggalkan mobil Ananta

"Kenapa ya, kalau gua ngobrol sama Dewa rasanya kayak lagi ngobrol sama Tasya. " ucap Ananta

"Ta, plis jangan ingat dia lagi. Lo udah punya keputusan. " ucap Ananta kembali menyalakan mobilnya lalu pergi menuju rumah sakit lagi

****

Hari ini adalah hari pertama Nadya kembali melakukan rutinitasnya setelah beberapa hari tidak masuk sekolah. Nadya sangat senang karna dia sudah bisa kembali menghirup udara segar, dia cukup bosan dengan keadaan rumah sakit yang begitu gitu saja.

Baru saja Nadya menikmati udara segar, tiba tiba saja pengganggu kenikmatan tersebut datang.

"Hai Nadya, selamat datang kembali ke sekolah. Ini buat lo. "

"Lo kok tahu kalau gua senang buku?" tanya Nadya

"Ya iyalah, apa sih yang nggak gua tahu. Apalagi buat cewek cantik didepan gua ini. "

"Ih apaan sih Dy." ucap Nadya

"Lagi lagi manggil gua Ardy." ucap Ardy

"Ya gimana, gua nyamannya manggil Ardy. Plis ya, boleh kan. " ucap Nadya memohon

"Hhmmm, boleh nggak ya. Ya udah buat lo boleh deh, apa sih yang nggak buat lo. " ucap Ardy

"Apaan sih Dy, gombal tahu nggak. " kesal Nadya

"Nggak apa apa lah, kapan lagi coba digombalin sama gua yang ganteng ini. " ucap Ardy membenarkan rambutnya

"Terserah lo aja deh. " ucap Nadya pergi meninggalkan Ardy

"Lah kok gua ditinggal. Masa babang ganteng gini ditinggal. " ucap Ardy mengejar Nadya

Saat Ardy sedang mengejar Nadya, tidak sengaja dia melewati para cewek yang lagi duduk merumpi. Alhasil cewek tersebut yang melihat Ardy langsung mengejar Ardy. Ardy yang merasa dikejar langsung berlari secepat mungkin sampai akhirnya dia dapat meraih tangan Nadya. Lalu Nadya pun diajaknya berlari menghindari cewek cewek tersebut.

Karna sudah tidak kuat lagi, akhirnya Ardy mencari cara untuk menghindari mereka semua. Dilihatnya lah sebuah lemarin piala yang bisa dia jadikan tempat bersembunyi, Ardy pun langsung menarik Nadya yang sedari tadi diajaknya berlari untuk bersembunyi dibelakang lemari piala tersebut, yang kebetulan belakang lemari tersebut tidak dirapatkan ke tembok. Akhirnya Ardy bisa menghindari cewek cewek tersebut. Karna kesal Nadya pun segera bicara kepada Ardy, tapi belum sempat dia mengucapkan satu kata tiba tiba saja Ardy membekap mulutnya supaya Nadya tidak berbicara sama sekali. Karna Ardy khawatir akan ketahuan, tidak sengaja Ardy juga ikut menatap mata Nadya ketika dia membekap mulut Nadya. Begitu pun dengan Nadya, karna kesal dengan Ardy tidak sengaja dia pun menatap indah mata Ardy. Merasa kondisi sudah aman, Ardy pun langsung melepaskan tangannya dari mulut Nadya.

Refrain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang