Death2 - 62

5.1K 301 19
                                    

Athena menatap wajah pucat Dean yang tenang dalam diam. Tangannya terulur untuk merapihkan rambut berwarna kecoklatan pria itu yang berantakan.

Sudah hampir 20 jam sejak operasi Dean---untuk mengambil dua peluru yang bersarang di bahunya---sampai saat ini Dean masih setia menutup matanya.

Kejadian kemarin cukup membuat Athena ketakutan dan trauma. Apalagi saat hujan peluru itu menghantam tubuh Dean dan juga Amel.

Amel. Athena tidak menyangka perempuan itu akan melakukan hal itu. Melindungi Dean dari peluru yang meluncur menuju pria itu, membiarkan tubuhnya menjadi pengganti tubuh Dean dan dihantam peluru-peluru itu.

Saat itu, Septino langsung diringkus polisi yang datang bersama mereka. Untung saja polisi datang tepat waktu, jika tidak mungkin saja nyawa ia dan Arjuna juga menjadi ancamannya.

Athena juga sempat mendengar apa yang diucapkan Amel sesaat sebelum perempuan itu kehilangan kesadarannya.

"Aku bahagia bisa peluk kamu untuk yang terakhir kalinya. Bisa menikmati bibir kamu yang selama ini jadi angan-anganku. Aku juga bahagia pernah jadi pacar kamu walau sebentar. Aku gak menyesal udah mencintai kamu sejauh dan sedalam ini walau kamu gak membalasnya. Aku bahagia, Dean."

Itu yang Athena dengar ketika tubuh Amel yang berlumuran darah jatuh menubruk tubuh Dean yang juga lemah, hingga keduanya sama-sama tak sadarkan diri.

Amel yang dioperasi berbarengan dengan Dean saat ini dinyatakan koma, keadaannya lebih kritis dari Dean karena peluru yang ada didalam tubuh Amel lebih banyak dari Dean.

"Permisi."

Athena menoleh. Ia melihat seorang suster masuk sambil mendorong box bayi.

"Dokter Athena, bayinya menangis, padahal kondisinya belum pulih." ucapnya.

Athena tersenyum lalu ia menatap Arjuna yang menangis dengan wajah memerah. "Suster, kalo Arjuna dirawat diruangan yang sama dengan Ayahnya gak papa? Dia mungkin gak mau berjauhan dengan orang tuanya."

"Itu harus saya tanyakan dulu pada dokter."

Athena mengangguk.

"Kalo begitu saya akan menanyakannya dulu pada dokter, nanti saya akan kembali lagi."

Athena mengangguk dan membiarkan suster itu keluar. Ia membungkuk untuk melihat Arjuna. Dapat ia lihat tangan Arjuna masih terdapat bekas infusan yang sengaja dilepas dulu.

"Kenapa? Kangen sama Papa, Sayang?"

Athena terkekeh geli melihat Arjuna yang berhenti menangis, namun bibirnya masih melengkung kebawah dan matanya berkaca-kaca. Ia langsung menggendong Arjuna.

Athena melangkahkan kakinya menuju sofa. "Arjuna jangan nangis, kan Papa lagi sakit. Nanti kalo Juna nangis, Papa gak bisa istirahat." ujarnya. Ia menghapus sisa air mata yang menggenang disana.

Arjuna kembali menangis tiba-tiba membuat Athena mencium pipi gembul Arjuna dengan gemas dan langsung memberi Arjuna ASI.

Pandangannya ia alihkan pada Dean yang masih terbaring disana. "Arjuna kangen sama kamu. Dia kangen sama Papanya. Cepet bangun."

Arjuna diam dan langsung melepaskan milik Athena dari mulutnya, membuat Athena menunduk menatap Arjuna.

"Kenapa, Sayang? Juna gak mau lagi?"

Arjuna hanya diam saat ia mencoba untuk memberikannya lagi. Arjuna memalingkan wajahnya dan menatap Dean.

"Juna mau lihat Papa?"

Arjuna diam. Athena yang mengerti langsung saja menghampiri Dean yang masih memejamkan matanya dengan sebuah oksigen yang membantunya bernafas.

"Papa, ini Juna. Papa." Athena berucap pelan. Ia mengarahkan tangan Arjuna untuk menyentuh lengan Dean. "Juna kangen Papa."

Endless FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang