Distance - 텐

2.1K 105 4
                                    

"Distance"

-Chittaphon Leechaiyapornkul WayV-

Kamu menatap lurus ke depan, jalanan yang sepi karena hujan tengah turun dan kamu sedang menyetir di malam hari. Hatimu tak keruan, takut, dan cemas. Sesekali kamu melirik ponselmu yang terletak di antara kursi pengemudi dan penumpang. Ya, kamu mengendarai mobil sendirian.

Waktu terus bertambah seiring berjalannya mobilmu. Kamu cemas karena menunggu seseorang meneleponmu.

Tiba-tiba ponselmu berdering. Nama seseorang dengan tambahan emotikon cinta berpendar di layar ponselmu. Tanpa pikir panjang, kamu meraihnya dan menerima panggilan itu. Sebelum kamu berbicara, kamu menepikan mobilmu ke kiri jalan agar lebih aman.

"Halo, Sayang!" Suara itu. Suara yang sangat familiar di telingamu. Kamu merindukan suara itu. Kamu menutup mulutmu dengan tangan yang lain. Kamu tak bisa berkata-kata, kamu ingin menangis. Air matamu mengalir cepat, sedangkan kamu menahan isaknya. Kamu tahu betapa merindukannya dirimu pada sang penelepon, kekasihmu, Ten.

"Sayang? Kamu baik-baik saja 'kan?" Dia berbicara lagi. Akhirnya kamu meruntuhkan pertahananmu. Kamu menangis. Rindu yang terlalu hebat merajai hatimu. Kamu tak kuasa membendung air matamu. Sudah lama sejak kepergiannya ke luar negeri, kamu belum bisa menghubunginya.

"Maaf ya, sudah membuatmu menangis. Jangan menangis, aku video call ya?" Kemudian Ten tak lagi bicara. Ia mengganti mode panggilan menjadi panggilan video. Kamu tersenyum tipis sebelum mengusap air matamu.

Dia tersenyum. Senyumnya memerlihatkan jajaran giginya yang putih bersih bak salju. Matanya ikut tersenyum. Kamu mengakuinya bahwa ia sangat tampan, meski berada jauh darimu.

"Kamu baik-baik saja 'kan?" Kamu bertanya, mencari topik. Meski kamu tahu kalau ia terlihat baik-baik saja. Kamu menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan, "aku rindu." Kamu akhirnya mengatakan perasaanmu.

Kamu melihat Ten menahan tawa. Ia tahu kamu akan mengatakannya, ia hanya menunggu kejujuranmu.

"Aku juga, kita ketemu ya?" Perkataannya terdengar berbohong. Ten sedang di luar negeri, mana bisa kamu menemuinya. Akan butuh waktu lama untukmu menghampirinya.

"Mana bisa? Kamu 'kan lagi sibuk," katamu pelan. Ten terkekeh, "Aku di sini."

Kamu menengok-nengok, ke kanan dan ke kiri. Memastikan bahwa Ten hanya bercanda. Namun, tiba-tiba kaca jendelamu terdengar suara diketuk. Kamu menoleh ke kanan. Ada Ten yang sedang mengintip ke dalam mobilmu, ia berdiri di luar dengan membawa payung besar berwarna kuning.

Lagi-lagi kamu menangis. Kamu tak menyadari bahwa Ten meneleponmu di dalam mobil juga, dan mobilnya berada tepat di belakang mobilmu sekarang.

Kamu mengusap air matamu cepat-cepat. Ponselmu kamu lempar karena kamu baru sadar, setelah Ten bilang dia ada 'di sini' sambungan telah terputus.

Ten melangkah mundur, menantikan kamu keluar dari mobil. Tanpa basa-basi, kamu membuka pintu, melangkah keluar, dan memeluknya erat. Kamu sungguh merindukannya.

"Aku tidak bohong 'kan? Hehe," ujarnya sembari menyambut pelukanmu. Dia mengusap lembut kepalamu.

"Dari kapan?" Kamu bertanya penasaran. Ten tersenyum tipis, "Sejak kamu keluar dari toko." Kamu bekerja di sebuah toko pakaian. Kamu tahu, kamu dan Ten sangat berbeda. Tapi Ten mau menerimamu, begitu juga kamu mau menerima Ten.

Kamu merenggangkan pelukanmu, kamu menyadari bahwa jarak belum tentu membuat sebuah hubungan berakhir.

"Mau pulang? Aku antar ya?" tawar Ten sembari melirik ke mobilnya. "Mobil kamu bagaimana?" tanyamu khawatir.

"Mobil aku dibawa sopir, kita pakai mobil kamu," jawab Ten sembari meraih tanganmu dan menyuruhmu menggenggam gagang payung itu. Kamu menerimanya, membiarkan Ten masuk ke mobilmu, dan kamu memutar untuk duduk di kursi sampingnya.

Hari itu, kamu ingin bersujud pada Sang Kuasa. Kamu bisa bertemu dengan kekasihmu yang telah lama terpisah jarak.

"Kamu senang?" tanya Ten saat mobilmu mulai menembus hujan lagi. Kamu menoleh, "Sangat. Kamu mengejutkanku," jawabmu dengan seulas senyum. Ten ikut menatapmu, "Kamu makin cantik tidak ada aku."

Kamu merona. Pipimu memerah karena pujian yang sudah lama tak terdengar untukmu. "Setelah ini, kamu akan kembali?" Kamu bertanya karena penasaran. Kemudian, Ten menggeleng pelan.

"Jangan bertanya kapan aku pergi lagi. Mari nikmati kebersamaan singkat kita," jawabnya sembari mengusap puncak kepalamu tanpa mengalihkan tatapannya dari jalan.

Kamu tersenyum, suka dengan jawabannya, kemudian kamu menyandarkan kepalamu di atas bahu Ten. Ten menepuk-nepuk pipimu dengan lembut. "Aku mencintaimu," Matamu terpejam saat Ten mengucapkan kalimat itu. Kamu terlelap di atas bahunya. "dan akan selalu begitu," lanjut Ten sembari mengecup puncak kepalamu.

Mobil terus melaju, pelan dan aman. Kamu nyaman bersandar di bahunya dan Ten suka kamu bersandar padanya. Ten juga merindukanmu, Ten juga mencintaimu, dan Ten juga ingin selalu bersamamu.

Kamu menyadarinya. Namun, jarak selalu menghalangi kalian. "Aku tidak bisa berjanji, tapi aku akan berusaha untuk tetap berada di sisimu. Percayalah padaku, Sayang," bisik Ten setelah melalui perjalanan panjang untuk sampai ke rumahmu.

• THE END •

SOULMATE | NCT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang