“Backstreet”
—Wong Yukhei WayV—
Napasnya tersengal, ia baru saja berlari mengitari lapangan basket yang luas. Pria dengan seragam SMA itu menegakkan tubuh dan menoleh ke arahmu yang duduk di tribun. Pria itu melambaikan tangan dengan senyum yang lebar. Yang kamu lakukan hanyalah menahan rasa malu, karena beberapa orang di sekitar situ menatap kalian.
"Dia apaan sih? Masih berani ya deketin kamu?" Sahabatmu berbisik dengan nada tidak suka. Kamu mengembuskan napas, "Biarkan dia. Aku pergi." Kamu berdiri, meninggalkan tribun dan tentu saja untuk menghindari pria itu.
Lucas.
Lucas Wong.
Pria yang sudah dua tahun ini menjadi kekasihmu. Namun, tak ada seorang pun yang tahu tentang hubungan kalian. Kalian memutuskan untuk menyembunyikan hubungan kalian dari khalayak. Namun, pria itu, kekasihmu, Lucas, selalu saja bertindak seolah dia mengejarmu.
"Ke mana saja?" Lucas muncul dari balik pintu kelas. Kamu menghela napas, "Jangan gitu lagi deh. Malu tahu!" Kamu berjalan melewati Lucas, kemudian duduk di kursimu dan berkutat dengan buku bacaanmu. Lucas muncul tiba-tiba? Ya. Itu terjadi. Setelah Lucas melihatmu meninggalkan tribun, ia meninggalkan lapangan. Menuju ke kelas dengan jalan yang berbeda.
Tiba-tiba Lucas menarik buku bacaanmu. "Malu pacaran sama aku? Aku kurang apa?" Lucas menatapmu tajam. "Kembalikan bukuku!" Kamu berdiri, berusaha meraih buku yang ia ambil darimu. "Jawab dulu!" Lucas menjauhkan jangkauanmu dari buku.
"Terserah."
Kamu menghentakkan kaki dan keluar dari kelas. Membanting pintu dan membiarkan Lucas berada di kelas sendirian.
Hal-hal seperti pertengkaran kecil selalu terjadi. Meski tak seorang pun tahu, kamu merasa bertengkar dengan Lucas sedikit menyakitkan. Lucas orang yang baik meski di sekolah ia nakal. Lucas orang yang perhatian meski di sekolah ia terlihat bodoh. Kamu mencintainya bahkan ketika kamu tahu dia adalah orang yang menyebalkan.
Kamu duduk di tumpukan drum, tepatnya berada di rooftop. Kamu tahu Lucas akan menemukanmu, kamu hanya ingin sendirian. Namun, sampai 4 jam lamanya, Lucas tak muncul. Sepertinya kali ini, Lucas marah juga padamu.
Kamu bersikeras dengan egomu, kamu tak akan kembali jika kamu masih melihat Lucas di sekolah. Seseorang memanggil namamu dari pintu darurat. Kamu menoleh, kamu dapati seorang teman dari kelasmu. Ia memintamu turun karena Lucas membuat keributan di lapangan. Katanya, Lucas ingin kamu ada di sana. Kalau tidak, maka ia akan menghancurkan seisi lapangan.
Helaan napas kasar keluar dari mulutmu. Kamu bingung dengan apa yang akan Lucas lakukan. Dengan segera kamu turun dari sana dan menuju ke lapangan. Melihat Lucas berdiri di tengah lapangan dengan bermandikan keringat. Apa dia baru saja berlari sebanyak seratus kali putaran?
Tatapan demi tatapan kamu terima dari tiap murid yang ada di sana. Lucas mengumpulkan mereka bahkan tanpa kamu ketahui alasannya. Kamu segera menuruni tangga dan menuju ke lapangan. Berhadapan dengan Lucas dan memintanya berhenti bersikap memalukan.
"Berhentilah!" Dengan tubuhmu yang kecil, kamu menatapnya marah. Lucas tersenyum tanpa berkata apa pun. "Berhenti atau kita putus!"
Sontak, semua perhatian mengarah pada kalian. Murid-murid mengeluarkan ponsel mereka, mengabadikan setiap momen. Dan tanpa kamu sadari, kamu baru saja mengakui hubungan kalian.
"Lucas, kau dengar aku?"
Tangan Lucas yang besar mengangkat tubuhmu, menatapmu dalam-dalam. "Apa yang kaulakukan?" Kamu memukul pundak Lucas, memaksanya agar menurunkanmu. "Katakan padaku, mengapa kau membenci sikapku?" Lucas membuka suara, ia masih mengangkat tubuhmu dan menatap matamu dalam-dalam.
"Lucas, berhentilah."
"Katakan, maka aku akan berhenti."
Kamu menghela napas panjang.
"Aku takut ada yang merebutmu dariku." Kamu menunduk, bersuara pelan. Lucas menurunkanmu, mendekatkan wajahnya ke wajahmu. Meski tubuhmu sekarang ikut basah karena keringat dari Lucas, kamu benar-benar tidak habis pikir mengapa kamu mengatakan omong kosong barusan.
"Benarkah?"
Kamu menatap mata Lucas yang letaknya sangat dekat dengan wajahmu. Kamu menelan ludah, "Berhentilah." Matamu berkaca-kaca, hendak menangis. Namun Lucas dengan cepat memelukmu, mengusap kepalamu dan mencium keningmu.
"Aku akan berhenti. Karena mereka semua sudah mengetahuinya. Bisakah kita berpacaran seperti kebanyakan orang?" Lucas berbicara lembut, masih dengan membelai rambutmu.
"Hanya itu yang kaumau?" Kamu bertanya padanya. Lucas mengangguk, "Hanya itu."
Anggukan pun akhirnya keluar darimu. Lucas bersemangat, ia kembali mengangkat tubuhmu, memutarmu seperti baling-baling. Reaksi dari teman-temanmu sangat beragam.
"Aku mencintaimu!" Lucas berteriak, ia menurunkanmu, mengecup keningmu sekali lagi. "Apa kau mencintaiku juga?" Ia bertanya padamu. Kamu mengangguk, "Kau menyebalkan!"
Kamu mendorong dada Lucas dengan air mata deras. Lucas tersenyum, "Bohong. Kita makan tteokbokki dua porsi nanti!" Ia menggenggam tanganmu, membawamu pergi dari lapangan dan tak berhenti mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih, sudah mencintaiku sepenuh hati selama dua tahun terakhir." Lucas tersenyum lebar, menatapmu dengan tulus, membelai rambutmu, dan sesekali mengusap air mata yang menetes dari matamu.
"Memalukan!" Kamu bergumam. Air mata itu adalah air mata dengan rasa malu terbesar yang pernah kamu rasakan. Lucas sudah gila, ia benar-benar membuka semuanya di depan murid-murid di sekolah.
"Jangan marah lagi, kan aku sudah janji akan membelikanmu tteokbokki." Lucas merangkulmu.
"Keringatmu bau tahu!"
"Benarkah?"
Lucas mencium aroma ketiaknya dan kembali memelukmu. Menggodamu dengan terus memelukmu hingga keringatnya pun menempel di seragammu.
"Berhenti!" Kamu tak lagi menangis. Kali ini kamu kesal, tapi juga bahagia. Sesuatu seperti telah bebas. Kamu lega.
"Lucas."
Lucas berhenti, ia menatapmu lekat-lekat.
"Aku mencintaimu."
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE | NCT ✅
Fanfic[IMAGINE] Senang, sedih, susah, bahagia, kamu dapat merasakannya jika kamu berhasil membayangkan betapa beruntungnya kamu menjadi salah satu belahan jiwa mereka. Selamat datang ke dunia bahagia tanpa sela. NCT Oneshoot #1 Status: Finished Started: 2...