The Ball - 錕

739 64 0
                                    

“The Ball”

Qian Kun WayV

Kamu baru saja pindah ke perumahan elite yang terletak tak jauh dari sekolahmu. Saat itu kamu sedang membantu kedua orangtuamu memasukkan barang-barang ke dalam rumah baru kalian. Kemudian, saat kamu sedang mengangkat kardus berisi barang-barangmu sebuah bola mengenai kepalamu. Kamu kesakitan dan alhasil, kardus itu jatuh dan isinya berserakan di jalan.

"Maaf ya, aku tidak sengaja mengenaimu." Suara seorang laki-laki terdengar tidak jauh dari tempatmu yang sedang memungut barang-barang di jalan. Kamu masih mengusap kepalamu yang sakit. Kamu ingin marah, tapi sepertinya itu buang-buang waktu.

"Mau kubantu?" Laki-laki itu kembali bersuara. Kamu masih tidak mau memedulikannya. Kamu terus sibuk dengan pekerjaanmu. Kamu bahkan tidak mau menoleh melihat wajah si empu suara.

Tak lama, laki-laki itu berlutut dan membantumu memasukkan barang-barang ke dalam kardus. "Tidak perlu, aku bisa sendiri," ketusmu padanya. Laki-laki itu menatapmu, "Anggap saja permintaan maaf dariku," ucapnya dengan nada agak menyesal. Kamu merotasikan matamu, sebal. "Terserah kamu sajalah."

Akhirnya, laki-laki itu membantumu mengangkat beberapa barang ke dalam rumahmu. Orangtuamu terlihat senang karena mereka menganggap kamu mendapat teman baru dengan cepat. Saat semua sudah selesai, orangtuamu mengajaknya makan malam.

"Ayo, Nak. Makan malam dulu, kamu pasti lelah karena seharian membantu," ucap Ibumu pada laki-laki yang baru saja kamu temui itu. Kamu sempat menyuruhnya cepat pulang, tapi ternyata laki-laki itu menerima dengan senang hati. Sungguh tidak punya malu, begitulah pikirmu.

Kamu dan laki-laki itu duduk bersebelahan. Sedangkan kedua orangtuamu duduk di hadapan kalian. "Nama kamu siapa, Nak?" tanya Ayahmu pada laki-laki di sebelahmu. Kamu masih fokus pada makananmu, tidak mau peduli dengan pembicaraan kedua orangtuamu dengan laki-laki itu.

"Nama saya Kun, Om, Tante." Laki-laki itu menjawab dengan malu-malu. Namanya singkat, begitulah pikirmu. Kamu dan Kun akhirnya menikmati makan malam dengan tenang. Sesekali kamu melirik ke arah Kun, dia punya perawakan tinggi, berpenampilan rapi, dan orang yang sopan. Sepertinya, tidak ada alasan untukmu membencinya hanya karena bola yang tidak sengaja mengenai kepalamu.

Saat makan malam selesai. Kedua orangtuamu memintamu untuk mengantar Kun ke luar. Kamu pun menurut. Sesampainya di depan rumah, kamu mengucapkan namamu serta berterimakasih padanya. "Sama-sama, kita bisa berteman 'kan?" Kun mengulurkan tangannya. Kamu memandang tangannya yang putih bersih. "Bisa. Lebih baik kamu cepat pulang, orangtuamu pasti menunggu," jawabmu tanpa membalas uluran tangannya. Kamu mendorongnya sampai ke luar daerah rumahmu.

"Tunggu!" Kamu menyuruhnya berhenti saat ia sudah melangkah cukup jauh. Kamu segera menghampirinya dengan membawa sebuah benda di tanganmu. "Ini, bolamu. Jangan tinggalkan dia di sini," ucapmu padanya. Kun tertawa kecil, "Terimakasih. Aku hampir melupakannya." Kamu menggeleng pelan kemudian meninggalkannya di sana.

Saat kamu membantu ibumu membersihkan meja makan. Ibumu tak henti-hentinya tersenyum sambil memandangmu. Kamu merasa terusik dengan tingkah beliau sehingga kamu nyaris tak konsentrasi.

"Ibu kenapa? Melihatku dengan senyum begitu? Menyeramkan!" tukasmu pada Ibumu yang sedang menyuci alat makan. Ibumu terkekeh geli, "Kun itu, tampan ya. Kamu baru sehari, sudah dapat pangeran," jawab Ibumu tanpa merasa malu. Kamu hanya menggeleng pelan, "Semua saja Ibu bilang tampan. Tetangga depan rumah, Kun, jangan-jangan kakek-kakek di kompleks sebelah juga Ibu bilang tampan?" Kamu meninggalkan Ibumu ke kamar.

"Ya! Mau ke mana kamu? Kita masih membicarakan Kun!" Ibumu berteriak tapi kamu tak menghiraukannya.

Sesampainya kamu di dalam kamar, kamu merapikan barang-barang milikmu. Kemudian, saat kamu sedang mengelap meja belajar. Sebuah kertas tertempel di atas mejamu. Kamu membacanya lekat-lekat.

Maaf sudah melukai kepalamu. Datanglah ke taman besok pagi, aku akan menunggumu.
-Kun

Kamu melepas kertas tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. Kamu tidak mengerti maksudnya. Dan kamu mungkin tidak mau tahu maksud Kun.

Kamu segera beranjak tidur. Tidurmu nyenyak sekali. Sampai keesokan harinya. Pukul 9 pagi, hujan mengguyur cukup deras. Kamu segera mandi dan mengganti pakaianmu.

Saat kamu sedang menikmati sarapan, kamu kemudian teringat sesuatu. Spontan kamu membanting alat makan dan berlari mencari payung. "Mau ke mana kamu!?" Ibumu berteriak memanggilmu. Tapi kamu tak menghiraukannya. Kamu terus berlari ke luar rumah, menuju ke taman.

Saat sudah sampai di taman, kamu melihat Kun sedang duduk di atas ayunan membelakangimu. Sendirian. Tubuhnya sudah basah kuyub. Kun pasti sudah menunggu sejak tadi pagi. Pagi sekali? Mungkin.

Kamu segera menghampirinya dan menyandang payung di atasnya. Kun menoleh ke belakang. Memandangimu yang tersengal-sengal karena lelah berlari.

"Maaf, aku kira kamu hanya mempermainkanku," ucapmu menyesal. Kun berdiri, berjalan ke hadapanmu dan mengangguk pelan. "Tak apa," kata Kun tanpa merasa kesal. Kamu mulai merasa bahwa Kun bukanlah orang yang aneh-aneh.

Kun mengusap puncak kepalamu. "Kamu masih belum sadar ya?" tanyanya padamu. Kamu tidak mengerti maksudnya. "Aku Qian Kun. Teman masa kecilmu." Tak lama, kamu mendongak. Menatap matanya yang bersinar lembut.

"Qi—Apa? Qian? Qian Kun?"

Kun mengangguk, "Lupa?" Kamu tertawa kecil. "Mana mungkin aku melupakanmu!" Kalian tertawa bersama, meski kalian tahu tak ada yang perlu ditertawakan.

Kun. Qian Kun. Dia adalah cinta pertamamu.

• THE END •

SOULMATE | NCT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang