Coffee Cup - 黄冠亨

413 44 4
                                    

"Coffee Cup"

Wong Kunhang  WayV

Barista tampan yang bekerja di Rainbow Coffee meletakkan celemek berwarna cokelat miliknya ke dalam laci meja kasir. Rainbow Coffee yang menjadi salah satu sorotan anak-anak di kampusmu. Selain karena cita rasa kopi yang ditawarkan, seorang barista sekaligus pemilik tempat itu yang juga menarik perhatian. Kamu beberapa kali datang ke sana di sela jadwal kuliahmu.

Setelah kamu melihat pria itu meletakkan celemek di laci, kamu mengangkat tangan. Melambaikan tangan ke sembarang arah, berharap pria itu melihatmu. "Besok ke sana, yuk! Aku sedang ingin kopi." Temanmu menggantungkan tas ke pundak, kamu mengangguk singkat. "Sepertinya dia sadar kau selalu mengamatinya," ucap temanmu lagi. Kamu tersenyum tipis, "Aku selalu mencari perhatian."

Keesokan harinya, kamu memijakkan kaki ke Rainbow Coffee. Pria yang sering kamu lihat itu kini mengenakan celemeknya. "Aku tidak tahu namanya, bagaimana cara memanggilnya." Temanmu menarik kursi, lalu duduk di situ. "Hendery," ucapmu sembari duduk di hadapan temanmu. Mendengarmu menyebutkan nama si barista, temanmu terkejut. Bingung.

"Silakan." Hendery menghampiri kalian, tersenyum manis, dan menatapmu lembut. "Capuccino," ucap temanmu. Kamu belum mengucapkan apa yang ingin kamu pesan, namun Hendery segera pergi dari sana untuk membuat pesanan. Temanmu hanya menatapmu tak mengerti. Kamu tampak seperti sering datang ke sini.

Hendery kembali ke meja kalian. Meletakkan secangkir capuccino pesanan temanmu, dan secangkir vanila latte, kesukaanmu. Kamu berterima kasih, lalu Hendery kembali melayani pelanggan yang lain.

"Dari mana dia tahu minuman kesukaanmu?" tanya temanmu sembari mengaduk kopinya. Kamu mengangkat bahu sambil tersenyum lalu menyesap latte di hadapanmu. Temanmu menyipitkan mata, ia curiga akan sesuatu yang tak pernah kamu ceritakan padanya.

Pukul enam sore, temanmu memilih untuk pulang terlebih dahulu. Kamu masih di tempat itu, bersandar sambil membaca sebuah novel. Tempat ini akan tutup pukul delapan malam, itu pun kalau pelanggan mulai berkurang.

Hendery memang tidak ingin buka lebih dari pukul 10 malam. Menurutnya, bekerja mulai dari sore sampai ke pukul delapan sudah cukup untuk dirinya memperoleh pendapatan. Toh, hidupnya juga tidak terlalu memerlukan banyak uang.

Sebuah cup dengan uap panas terletak di atas mejamu. Hendery meletakkannya di sana setelah ia menata celemek di laci. "Tampaknya hari ini tidak terlalu sibuk," kata Kun, menarik kursi milik temanmu tadi lalu duduk di sana. Kamu menutup novel dan meletakkan di meja. "Seharian di sini, 'kan?" Kamu mengibaskan tangan di atas cup, mencoba menghilangkan uap panas dari kopi di dalam cup.

"Selalu ramai ya? Pasti kamu kelelahan." Kamu meniup kopi di hadapanmu. Hendery menggeleng, "Tidak juga. Aku pria kuat." Hendery tertawa, menarik cup kopi dari hadapanmu dan meniupnya. Cukup lama ia meniupkan kopi yang diberikan untukmu. Setelah lima menit, ia kembali menyodorkan cup itu kepadamu. "Terima kasih."

Pukul delapan. Hendery memutar tanda BUKA di pintu menjadi TUTUP. "Yuk, pulang!" Hendery mengambil kunci lalu menunggumu bangkit dari kursi. Kamu segera bangkit dari kursi, memasukkan novel ke dalam tas dan membawa cup kopi milikmu. Kalian ke luar dari Rainbow Coffee.

Hendery mengunci pintu dan berbalik. Ia menatapmu, tersenyum manis, lalu menjulurkan tangannya. Kamu menggenggam tangannya, erat. Kalian tersenyum satu sama lain, dan berjalan ke satu arah untuk pulang ke rumah.

"Bagaimana kalau mereka tahu kamu adalah kekasihku?" tanyamu sambil menatapnya. Tatapan lembut yang selalu kamu terima setiap di dekatnya.

"Tentu saja tidak masalah! Bukankah akan lebih bagus?" Hendery memasukkan genggaman tangan kalian ke dalam kantong jaketnya. Hangat. Ia selalu memberimu kehangatan itu.

Hubungan di antara kalian tak ada yang pernah mengetahuinya. Hendery adalah barista tampan yang memulai bisnisnya baru-baru ini atas dukunganmu dan kerja kerasnya, dan kamu adalah seorang mahasiswi yang kampusnya terletak tepat di tempat Hendery bekerja. Tanpa sadar kalian selalu berada dalam jarak dekat. Bagimu, hubungan yang kalian jalani sekarang adalah hubungan antara dirimu dan dirinya, Kun, pria mandiri yang selalu membuatmu bahagia meski hanya meletakkan celemek di dalam laci.

Tak ada masalah di antara kalian, meski Hendery tak mengerti caranya romantis, bagimu satu cup latte buatan tangan Hendery adalah hal termanis yang pernah ia lakukan. Sama seperti kali pertama kalian bertemu beberapa tahun yang lalu.

THE END

SOULMATE | NCT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang