“Noona”
—Park Jisung NCT Dream—
Jadi, bagaimana rasanya memiliki kekasih yang jauh lebih muda darimu? Kamu merasakannya. Sekitar setahun yang lalu, kamu bertemu dengan pria berusia dua tahun di bawahmu. Kamu ingat jika ada event besar saat itu, kamu diminta menjadi salah satu panitia acara dari event tersebut.
Seorang pria bertubuh tinggi dengan rambut hitam rapi menghampirimu dan bertanya di manakah toilet berada. Kamu mengira dia adalah adalah anak baru yang belum pernah mengikuti event seperti itu. Event yang cenderung memakai toilet portable dan letaknya cukup jauh dari tempat utama event dimulai.
"Jauh, Dek. Saya antar saja ya?" Kamu memunguti kertas-kertas di lantai, menjadikannya setumpuk dan meletakkannya di atas meja dekat situ. "Saya tidak sibuk sekarang. Ayo!" Kamu berjalan mendahuluinya, mengantarnya sampai ke dekat toilet. "Bisa pulang sendiri 'kan?" tanyamu memastikan. Kamu tahu dia lebih muda dari usiamu, itulah mengapa kamu berhati-hati dengannya. Takut kalau orang tuanya datang dan memarahimu.
Pria itu mengangguk dan kamu pun pergi dari sana. Melanjutkan pekerjaanmu yang seharusnya sudah selesai sejak lima menit yang lalu. Kamu berbohong tentang tidak sibuk. Kamu hanya khawatir anak itu akan tersesat dan ketakutan.
Acara besar tersebut akhirnya dimulai. Kamu berdiri di belakang panggung saat beberapa band sedang melakukan pertunjukkan. Kamu menikmatinya meski sekadar di belakang panggung. Acara selesai tepat tengah malam, kamu senang tapi kamu juga merasa bingung bagaimana kamu harus pulang. Orang tuamu tidak mungkin menjemputmu di jam seperti ini, serta angkutan umum juga tidak lagi bekerja.
Kamu berdiri di trotoar, sesekali kamu menggumam. Memikirkan bagaimana caramu pulang. Kamu terkejut ketika punggungmu ditepuk oleh seseorang dari belakang. Kamu melayangkan map ke orang tersebut, namun kamu segera meminta maaf ketika kamu sadar bahwa orang tersebut adalah si anak toilet.
"Ah, maaf." Kamu membungkuk cemas. Pria itu mengusap lengannya yang terasa panas karena map yang kamu layangkan padanya. "Hm, pulang bersamaku saja. Aku bawa motor." Ia menggaruk tengkuk, ia seperti ragu saat menawarimu tumpangan. "Namaku Park Jisung," ucapnya sembari menyodorkan tangan kanan. Kamu menjabat tangannya dan menyebutkan namamu.
Tak butuh waktu lama bagi kamu untuk memikirkan jawabannya. Kamu menerima tawaran itu, karena sudah terlalu malam dan kamu tidak tahu cara pulang. Jisung mengendarai motor dengan sangat tenang, cepat namun terasa aman. Ia bahkan tak menanyakan di mana rumahmu, Jisung memakai intuisinya untuk sampai ke rumahmu.
Motor berhenti tepat di depan rumahmu. Kamu turun dari motor Jisung dan mengucapkan terima kasih. Ketika kamu hendak memasuki rumah, ia memanggilmu.
"Noona!"
Noona. Itu adalah kali pertama kamu mendengar Jisung menyebutkannya. Kamu berbalik, menatapnya bingung. "Hm, terima kasih juga sudah mengantarku sampai toilet tadi." Jisung membuka kaca helmnya yang gelap. "Aku tahu kau pasti bingung, tapi aku sudah menyukai noona sejak lama."
Kamu memiringkan kepala. Kamu bahkan tak ingat kapan pertama kali kamu bertemu dengannya. "Aku adik kelas noona dulu, sebelum noona pindah ke sini," jelas Jisung perlahan. Nadanya menjadi sedikit terbata karena mungkin ia malu. Kamu masih terdiam, menatapnya karena masih bingung.
"Kalau begitu aku pulang dulu!" Cepat-cepat Jisung menutup kaca helm dan mengendarai motornya dengan cepat. Kamu bingung sekaligus tertawa melihat tingkahnya.
-
"Kau tertawa?"
Pria berjaket kulit mahal yang baru saja membuka pintu kamar menatapmu penasaran. Kamu terbangun dari posisi bersandar, menutup buku yang baru saja kau buka. "Tidak," jawabmu cepat. Pria itu naik ke ranjangmu dan menatapmu lekat-lekat, "Tadi ibu memarahiku." Pria itu menghela napas panjang.
"Katanya aku aneh saat memanggilmu," lanjutnya dengan ekspresi lucu. Kamu tersenyum, "Maksudmu, Noona?" Kamu tertawa kecil, namun pria itu malah menyipitkan matanya geram. "Berhenti menggodaku."
"Itu kenyataan, Park Jisung."
Pria itu Park Jisung. Adik kelas sekaligus si anak toilet tahun lalu. Mereka orang yang sama. Namun kali ini, hubungan kalian berbeda. Setahun yang lalu kamu menolaknya. Kamu tidak menerima perasaannya karena kamu tahu ia masih sangat muda untuk menjalani hubungan serius. Namun, sebagai gantinya kamu menjadi sahabat yang baik untuknya.
Kamu dekat dengan keluarga Jisung dan juga sebaliknya. Kalian bersahabat dekat dan berhubungan baik. Perasaan Jisung padamu tidak berubah. Ia masih mencintaimu lebih dari sekadar sahabat.
"Noona, ini sudah setahun. Apa noona tidak membuka hati untukku?" Jisung berbaring di kasurmu. Kamu menegakkan tubuh, berbaring di sampingnya kemudian. "Tidak," jawabmu sambil menatap langit-langit kamar.
"Kejam." Jisung mengeluh.
Kamu tertawa kecil, "Bagaimana jika menunggu tiga tahun lagi?"
Jisung terbangun, duduk dan kepalanya menutupi pandanganmu. "Kau akan menjadi kekasihku?" tanyanya antusias. Mengira bahwa jika ia menunggu lagi, kamu akan bersedia menjadi kekasihnya.
"Bukan." Jisung yang mendengar jawabanmu langsung merubah ekspresinya. "Lalu apa?" tanyanya seraya kembali berbaring di sampingmu.
"Tiga tahun lagi kau lulus, aku akan membawakanmu banyak hadiah. Itu yang kumaksud."
Jisung membuka bibirnya, "Aku kan sudah lulus sekolah setahun yang lalu. Lulus apa lagi?" Jisung kembali duduk, menatapmu bingung.
"Lulus ujian menunggu jawabanku."
Sontak, senyum lebar dari bibir Jisung terulas. Ia seperti tidak percaya dengan apa yang kamu katakan. Tapi kamu mengangguk, membaca pikirannya dan mengiyakan hal tersebut.
"Noona, jadi kau menyukaiku juga?" Matanya berbinar. Kamu senang melihat wajah bayi darinya. "Tidak."
Senyum Jisung berubah. Kamu terus membuatnya merubah ekspresi, dan kamu menyukai itu.
"Noona, jangan bercanda. Aku marah nih!"
Kamu bangkit, duduk di hadapannya dan menatapnya dalam. "Aku tidak menyukaimu. Aku menyayangimu. Mari tunggu tiga tahun lagi dan kita bersama-sama." Tatapanmu menjadi serius, Jisung menelan ludah. "Noona tidak bercanda?"
Kamu mengusap rambut Jisung sampai berantakan. "Tidak. Apakah aku pernah mengatakan iya padamu?" Jisung menggeleng, "Selalu tidak, bukan, jangan, dan apa ya?"
"Tapi untuk perasaanku padamu, aku serius. Mari bersama-sama dalam waktu yang lama."
Jisung kembali tersenyum, "Noona, peluk aku!" Ia merentangkan tangan, kamu mendekat dan memeluknya. "Apa kau akan terus memanggilku noona?" Kamu berbisik tanpa melepaskan pelukan itu. Jisung mengangguk sambil bergumam, "Tentu saja. Noona akan menjadi panggilan pertama dan terakhir dariku, untukmu."
"Mari bersama-sama dalam waktu yang lama."
Setahun, dua tahun, tiga tahun, sampai tahun-tahun berikutnya, kamu dan Jisung benar-benar memegang prinsip tersebut. Bersama-sama dalam waktu yang lama, di mana itu berarti kalian akan bersama selamanya. Sampai waktu yang lama itu menjadi titik di mana kalian menjadi tak terpisahkan.
"Aku mencintaimu, Noona."
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE | NCT ✅
Fiksi Penggemar[IMAGINE] Senang, sedih, susah, bahagia, kamu dapat merasakannya jika kamu berhasil membayangkan betapa beruntungnya kamu menjadi salah satu belahan jiwa mereka. Selamat datang ke dunia bahagia tanpa sela. NCT Oneshoot #1 Status: Finished Started: 2...