Grandfather - 제노

1.1K 111 0
                                    

“Grandfather”

Lee Jeno NCT Dream

Kamu baru saja menyelesaikan buku bacaanmu. Ya, kamu suka membaca. Banyak buku yang kamu baca hanya untuk mengisi waktu luang. Kamu tinggal sendirian, kamu punya tetangga di depan rumahmu. Lee Jeno namanya, ia tinggal bersama kakeknya. Kakek Lee sangat baik padamu, menganggapmu sebagai cucunya sendiri.

Setelah kamu menyelesaikan buku bacaanmu, kamu beranjak untuk memberikan sebuah bingkisan untuk Kakek Lee. Kebetulan Kakek Lee sedang ulangtahun, Jeno yang memberitahumu, kalian teman sekelas di sekolah.

Sebelum kamu pergi, kamu mengganti pakaianmu dengan pakaian yang lebih sopan. Setelah itu kamu segera berjalan menuju rumah Jeno. Mereka tidak merayakan ulangtahun dengan mewah. Yang diundang pun hanya dirimu.

"Selamat datang!" Jeno membukakan gerbang rumahnya, ia tersenyum manis, diikuti matanya yang selalu tersenyum menyusul. Kamu mengangguk pelan sambil tersenyum. Jeno mempersilakan dirimu untuk masuk, kakeknya sudah menyambutmu di tengah taman. Kakek Lee sudah tidak bisa berjalan karena faktor usia.

Kamu dan Jeno menghampiri Kakek Lee, kalian duduk bersama Kakek Lee. Di atas meja sudah ada sepiring kue tart yang telah dipotong-potong. Kamu menyalami Kakek Lee dengan sopan kemudian duduk di kursi yang sudah disediakan oleh Jeno.

"Kamu mau minum apa?" tanya Jeno yang belum duduk di tempatnya. Kamu mendongak menatapnya yang masih berdiri, "Tidak perlu repot-repot. Kamu nanti lelah," jawabmu menolak dengan sopan. Jeno tertawa kecil, "Tidak apa, aku bawakan minuman dulu ya." Kemudian Jeno masuk ke dalam rumah untuk membuatkan minuman.

"Dia memang suka seperti itu," ujar Kakek Lee selepas Jeno masuk ke dalam rumah. Kamu tertawa pelan, "Aku tidak merepotkannya 'kan?" tanyaku pada Kakek Lee. Kakek Lee menyesap minumannya, "Kamu tidak akan membuatnya repot. Bagaimana tingkahnya di sekolah?" Kakek Lee meletakkan cangkirnya di meja. Menatapmu penuh sayang.

"Dia anak baik, Kek. Sopan dan perhatian." Kamu menjawab jujur. Kakek Lee tersenyum. Kakek Lee melihat sesuatu hal yang lain darimu, tapi kamu tak menyadari itu.

"Kakek boleh minta tolong?" Kakek Lee menggenggam tanganmu, "tolong jaga Jeno untuk Kakek, saat Kakek sudah tidak ada lagi," ucapnya lembut. Kamu tidak mengerti ucapannya, kemudian Kakek Lee melepaskan tanganmu dan beralih pada minumannya.

Jeno datang membawa minuman untukmu. Kamu tersenyum menyambutnya. "Kamu bawa apa? Ada lagi? Mau kubantu?" Kamu berdiri, namun Jeno menggeleng sembari meletakkan minuman yang ia bawa. "Tidak ada, silakan diminum."

Kamu mengambil salah satu gelas, kamu menyesap perlahan. Enak, Jeno memang terkenal pintar memasak. Bahkan tak hanya memasak, ia pintar dalam segala hal, dan kamu mengakuinya.

"Enak tidak? Aku baru mencoba resep baru, hehe," tukas Jeno sambil tersenyum manis. Kamu suka melihat senyumnya. "Enak kok, ini seperti buatan chef andal!" ucapmu senang. Kakek Lee menyaksikan percakapanmu dan Jeno dengan seulas senyum. Kakek senang melihatmu bisa tersenyum karena Jeno.

"Jeno, kamu tidak mau bilang?" Kakek Lee bersuara. Jeno menoleh, menatap Kakek Lee malu kemudian menggeleng, "Aku belum siap, Kek." Jeno menjawab pelan.

Kamu tidak mengerti apa pun yang mereka bicarakan. Akhirnya, kamu hanya menikmati minumanmu. Kamu hampir lupa kalau kamu membawa kado untuk Kakek Lee. Kamu segera menunjukkannya dan memberikannya pada Kakek Lee. "Selamat ulangtahun, Kakek," ucapmu malu-malu. Kakek Lee menerimanya dengan senyum malu-malu.

"Jeno, Kakek, sepertinya aku harus segera pulang. Ada buku yang belum kuselesaikan," pamitmu sembari berdiri dari tempatmu. Namun, Jeno menahan tanganmu. Kamu melirik tangannya, kemudian ia melepaskan tanganmu dengan cepat. "Aku antar ke depan, ya?" Jeno menawarkan kemudian berjalan mengikutimu.

"Aku pulang dulu ya, terimakasih hidangannya," ucapmu sambil tersenyum. Jeno menatapmu dalam, "Besok ada acara?" tanyanya sambil menggaruk tengkuk. Kamu menggeleng, "Mau bertemu?" Kamu bertanya santai. Jeno mengangguk, dia memang agak pemalu.

"Di taman dekat sekolah ya?" Jeno berbicara lagi. Kamu mengangguk mengiyakan, "Pulang sekolah ya?" ucapmu. Jeno mengangguk, "Iya." Kemudian kamu segera pulang.

Keesokan harinya, siang hari, kalian bertemu di tempat yang sudah dijanjikan. Kamu harus menunggunya karena Jeno ada pertemuan OSIS. "Maaf, terlambat. Kamu nggak marah 'kan?" Jeno bertanya malu. Kamu menggeleng, "Enggak kok. Jadi, mau bilang apa?" tanyamu. Jeno menggaruk tengkuknya, kemudian menyodorkan sebuah surat.

Kamu menerimanya tanpa pikir panjang, "Ini apa? Dari siapa?" Kamu bertanya ragu. "Karena aku malu, jadi lebih baik kamu baca surat ini. Dari Kakekku," jawab Jeno hati-hati. "Terimakasih, pulang?"

Kalian pun bergegas pulang bersama-sama. Sebenarnya, kamu sudah lama tertarik pada Jeno. Dia unik, namun kamu belum tahu apakah perasaanmu terhadap Jeno lebih dari sekadar teman. Jeno membuatmu tersenyum dan merasa nyaman. Dia baik, perhatian, dan pemalu, sama seperti apa yang sudah kamu katakan.

"Jeno, kamu tidak apa merawat Kakek?" tanyamu penasaran. Jeno masih fokus berjalan, "Tidak apa. Sejak kecil, Kakek yang merawatku. Untuk apa aku merasa terbebani? Beliau merawatku penuh cinta, aku juga harus begitu." Jawabannya membuatmu terkesan.

Sesampainya di rumah kamu membaca surat dari Jeno, bukan, dari Kakek Lee. Surat itu hanya kamu yang tahu. Dari membacanya, kamu tersadar. Perasaan yang kini kamu pendam tidaklah sia-sia. Kamu berpikir bahwa akan lebih baik kamu lebih fleksibel pada Jeno yang kaku.

Kamu tersenyum saat membacanya, kamu melirik ke arah rumah Jeno. Dan kamu tahu, semua ini karena Kakek Lee. Kamu tahu, Jeno menyukaimu bahkan lebih dulu dari perasaan tertarikmu padanya.

• THE END •

SOULMATE | NCT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang