“Flower”
—Mark Lee NCT 127—
Kamu membuka pintu, sebuah buket bunga mawar merah tergeletak di depan pintumu. Kamu mengambilnya, menghirup aroma bunga itu dalam-dalam. Wangi, begitulah batinmu. Kamu tidak tahu siapa yang mengirimkannya, tapi di sana terdapat sebuah kertas kecil yang di atasnya tertulis.
“Selamat pagi, semoga kita bertemu!”
-MKamu menggeleng pelan. Kamu harus memastikan bahwa orang itu bukanlah orang yang jauh darinya. Orang itu dekat, sangat dekat. Kamu membawa buket itu masuk ke dalam rumah, kemudian menyimpannya di dalam vas.
Keesokan harinya, kamu juga mendapatkan buket yang berisi tiga tangkai bunga. Kali ini, mawar berwarna biru, warna kesukaanmu. Masih sama, di sana terdapat sebuah kertas kecil.
“Selamat pagi, semoga harimu menyenangkan!”
-AKamu tertawa kecil, membawa buket itu masuk dan menatanya di dalam vas. Vas yang berbeda. Kamu tahu, itu adalah pengirim yang sama. Tulisannya masih sama. Kamu tak mudah terkecoh.
Keesokan harinya, kamu kembali menerima bunga. Kali ini hanya setangkai. Bunga itu berwarna merah muda. Di sana masih ada kertas, dengan tulisan juga.
“Selamat pagi, aku sungguh ingin bertemu denganmu.”
-RKamu tersenyum tipis. Kamu mengusap kelopak bunga tersebut dengan hati-hati, "Aku juga," bisikmu sebelum mengecup singkat kelopak bunga tersebut. Kamu membawanya masuk, menempatkannya di dalam vas yang berbeda pula. Kini, sudah ada tiga vas yang berjajar di atas mejamu. Vas dengan warna bunga yang berbeda dan jumlah yang berbeda pula.
Kamu kembali bangun dari tidur di pagi hari keesokan harinya. Kamu membuka pintu dan mendapati seseorang berdiri membelakangimu. Orang itu tidak asing untukmu. Tanpa pikir panjang, kamu memeluknya dari belakang. Kamu bisa menebak siapa orang yang berdiri di depan rumahmu.
Orang itu berbalik, menatapmu dengan lembut. Kemudian mengusap puncak kepalamu. "Apa yang sekarang kamu bawa, Mr. K?" ucapmu sambil tertawa kecil. Orang yang kamu panggil 'K' itu tertawa kemudian mengecup keningmu singkat.
Kamu mengajak orang itu masuk ke dalam rumah dan kalian duduk berhadapan di ruang makan. Kamu menatapnya lekat-lekat, "Sudah bertemu 'kan?" kamu menggodanya setelah kamu menghidangkan banyak sajian untuknya. Dia tersenyum, menatapmu lekat, "Sudah. Ada yang mau kuberikan padamu," ucapnya padamu.
"Apa itu Mr. K?" tukasmu sambil tertawa kecil. Orang itu berdiri, berjalan ke arahmu, dan duduk di sampingmu. Kamu menghadapnya juga. Dia menyingkirkan helaian rambut yang ada di depan wajahmu ke belakang telinga.
Tak lama, dia merogoh kantong celananya. Mengeluarkan sebuah kotak yang tentu saja kamu tahu. Dia menunjukkan padamu, membukanya, dan mendapati sebuah cincin dengan berlian kecil di tengahnya. "Will you be my fiancé?" Dia tersenyum manis, menampilkan jajaran giginya yang rapi dan senyumnya yang manis.
Kamu terkejut. Kamu tak pernah menduga kalau kekasihmu, Mark, akan mengajakmu bertunangan di tengah kesibukannya dengan pekerjaannya. Kamu menatap cincin itu lekat-lekat, matamu menghangat, dan air matamu tertahan di pelupuk matamu. "How?" Mark melanjutkan pertanyaannya.
Kamu tak bisa berkata-kata. Sedangkan, ia terus menatapmu, meyakinkanmu jika dirinya tulus padamu. Seharusnya kamu percaya padanya, seperti yang dilakukannya padamu. Mempercayaimu meski tak lama jika bertemu.
"Apa ada alasan untukku menjawab tidak?" Kamu menggenggam tangannya, menatap matanya dalam. Tak lama, Mark mengusap air matamu. Kemudian menyuruhmu tersenyum, "Jangan menangis. Kamu bahagia 'kan?" Mark mengusap pipimu lembut. Kamu tak sanggup lagi, kamu segera memeluknya dengan erat. Mark kuat menahanmu. Ia hanya mengelus punggungmu dengan penuh sayang.
"Thank You," bisik Mark tanpa merenggangkan pelukannya. Kamu makin erat memeluknya. Tak ada yang bisa menggantikannya darimu. Kamu sangat bahagia memilikinya, begitu juga dirinya yang bahagia memilikimu.
Kamu mengangguk cepat sambil menangis. Air matamu tak berhenti mengalir. Namun, Mark terus mengelus punggungmu dengan lembut. Membuatmu nyaman.
Kamu merenggangkan pelukannya. "Makan dulu, kamu pasti lelah karena perjalanan jauh." Kamu berbicara setelah air matamu tak lagi menetes. Mark tersenyum lagi, "Mau suapi aku?" Mark menarik tanganmu pelan. Sebuah kode.
Dengan cepat kamu mengambil makanan dan menyuapinya. Mark tak henti menatapmu yang sedang menyuapinya. "Apa?" tanyamu menyadarkan lamunannya. Mark menggeleng sambil mengunyah. Kamu mengambil segelas air dan memberikannya padamu, "Minum dulu."
Setelah kalian selesai makan bersama. Kalian masih menetap di tempat makan. Mark sedang suka memandangimu, sedangkan kamu merasa aneh dipandanginya.
"Suka bunganya tidak?" tanya Mark padamu. Mark mengedarkan pandangannya ke bunga-bunga yang ada di atas meja. "Suka, kamu tahu aku suka bunga." Kamu tersenyum memandangi bunga-bunganya.
"Kamu mau 'kan, hidup bahagia denganku?" Mark menggenggam kedua tanganmu sambil menatapmu serius. "Aku mau, tanpa kamu minta pun, aku bersedia hidup denganmu. Tanpa kamu jamin pun, aku sudah bahagia denganmu." Kamu tersenyum tulus.
Mark senang mendengar jawabanmu. Dia mengusap tanganmu, "Terimakasih ya, sudah mau menungguku." Dia tersenyum. Senyumnya indah, seindah bunga yang merekah di musim semi.
• THE END •
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE | NCT ✅
Fanfikce[IMAGINE] Senang, sedih, susah, bahagia, kamu dapat merasakannya jika kamu berhasil membayangkan betapa beruntungnya kamu menjadi salah satu belahan jiwa mereka. Selamat datang ke dunia bahagia tanpa sela. NCT Oneshoot #1 Status: Finished Started: 2...