Mark Of Love - 재민

708 70 1
                                    

"Mark Of Love"

-Na Jaemin NCT Dream-

Saat itu, hari sedang cerah. Kamu dan Jaemin, kekasihmu, tengah menikmati kencan dengan berjalan-jalan. Jaemin menggenggam tanganmu dengan erat, seolah kamu akan menghilang darinya. Senyum Jaemin mengembang di sepanjang jalan, meski kalian tak mengucapkan sepatah kata pun.

"Jaemin, kamu sedang baik-baik saja 'kan?" tanyamu sembari menatap wajahnya yang menyiratkan perasaan bahagianya. Jaemin menoleh, masih dengan senyumnya yang menurutmu menyeramkan. "Apa kamu akan mengatakan bahwa kekasihmu ini sedang gila?" Jaemin berbicara tanpa melunturkan senyumnya. Kamu menggeleng, "Kamu terlihat aneh, berbeda dengan dirimu yang biasanya," jawabmu seraya kembali fokus pada jalan di hadapanmu.

Jaemin masih terus menggenggam tanganmu. "Aku hanya ingin menikmati kebersamaan kita, kita sudah jarang bertemu karena aku sibuk. Apa kamu tidak bahagia jika bersama-sama denganku seperti ini?" ucap Jaemin sesaat setelah kalian memutuskan untuk beristirahat di sebuah bangku taman panjang.

"Tentu saja aku bahagia! Apa kamu tahu betapa gelisahnya aku kalau sedang merindukanmu?" Kamu berucap sambil memukul lengannya. Jaemin terkekeh, "Apa kamu baru saja mengakui kalau aku ini orang yang patut dirindukan?" goda Jaemin sambil mencubit pipimu yang agak gembul.

"Tidak. Aku berbohong." Kamu balas menggodanya. Jaemin tersenyum, "Kamu tahu hal yang paling tidak bisa kamu lakukan jika bersamaku?" Jaemin bersandar di punggung kursi. Mengarahkan kepalamu untuk bersandar di pundaknya. "Apa?" tanyamu penasaran seraya menyandarkan kepalamu di pundaknya.

"Berbohong," Jaemin mengecup puncak kepalamu, "kamu sangat tidak pandai berbohong, bahkan kebohongan sederhana seperti tadi," lanjut Jaemin sambil meraih tanganmu dan membawanya ke atas pangkuan.

"Coba tebak, apa yang tidak bisa kulakukan jika bersamamu!" Jaemin menantangmu. Kamu tertawa, sebenarnya menurutmu Jaemin bisa melakukan apa pun. Bersamamu maupun tidak.

"Apa? Aku tidak bisa berpikir jika di dekatmu," candamu seraya menegakkan kembali kepalamu. Jaemin menoleh, "Kamu mengakuinya, haha." Kamu menatapnya serius, "Cepat katakan! Apa itu, Na Jaemin?!" Kamu mendesaknya sambil menggoyangkan tubuhnya. Jaemin tertawa melihat tingkah imutmu.

"Aku tidak bisa menjadi Na Jaemin seperti biasanya. Aku akan menjadi Pangeran Romantis Na Jaemin, haha!!" Dia tertawa terbahak. Padahal tidak ada yang lucu menurutmu. Kamu diam, melepas genggaman tangannya dan bersidekap dada sambil bersandar ke punggung kursi dengan sebal.

"Kekasihku ini marah ya? Aku 'kan hanya berusaha melucu," kata Jaemin sambil mengacak rambutmu dengan lembut. Kamu mengerucutkan bibirmu sambil melirik sinis ke arahnya, "Kau tidak bisa melucu, Pangeran Romantis Na Jaemin." tukasmu dengan nada meninggi. Jaemin masih bertahan dengan senyumnya yang tidak berarti, ia mencium pipimu cukup lama kemudian mendekatkan bibirnya ke telingamu.

"Karena aku adalah Na Jaemin. Jaemin yang hatinya sepenuhnya milikmu," bisiknya pelan. Pipimu seketika memerah, jantungmu berdebar lebih kencang. Padahal ini bukan kali pertama Jaemin menggombal untukmu, tapi kamu tetap saja malu mendengar lelucon romantisnya.

"Pipimu merah, seperti kepiting rebus!" Jaemin justru senang melihatmu merona seperti itu. "Kita sudah lama berhubungan, tapi kamu masih sering malu mendengar ucapanku?" Jaemin kembali mengacak rambutmu.

Setelah dirasa terlalu lama duduk, kalian melanjutkan perjalanan. Tidak ada tujuan. Kalian hanya sedang ingin berduaan di luar. Kamu menolak saat Jaemin mengajakmu berbelanja. Kamu bilang, belanja itu tidak meninggalkan kesan, terlebih untuk kencan langka seperti ini.

Kamu masih terus berjalan bersama Jaemin mengikuti jalanan yang hampir tak ada ujungnya. Kamu menikmati setiap detik yang kalian lalui bersama. Meski jarang bertemu, kamu yakin bahwa Jaemin akan terus berada di sisimu. Hatinya sudah menjadi milikmu, begitu pun hatimu yang sepenuhnya milik Jaemin.

Kalian hanya dituntut untuk saling percaya.

"Jaemin, apa yang kamu lihat di ujung jalan sana?" tanyamu sambil menunjuk ujung jalan yang menjadi 'titik lenyap' di hadapan kalian.

Jaemin menyipitkan matanya, ia tidak melihat apa pun. Namun, tak lama kemudian bibirnya tersenyum tipis.

"Apa?" Kamu kembali bertanya. Isi kepalamu penuh tanda tanya dengan arti senyumnya. Jaemin kemudian melihat ke arahmu, melihatmu dalam-dalam.

"Aku melihat ...," Jaemin mendekatkan wajahnya ke arahmu. Membuat hidung kalian bersentuhan. "Masa depan yang cerah, bersamamu, dan calon keluarga kecil kita." Jaemin tersenyum manis. Bibirnya membentuk lengkungan seperti bulan sabit. Indah sekali, seolah bercahaya.

Kamu kembali tersipu. "Berhentilah menggodaku, hey! Na Jaemin!" Kamu menjauhkannya darimu. Jaemin tersenyum kecut, "Kamu berbohong lagi?" Jaemin mengembungkan pipinya.

"Berbohong apanya?" Kamu kebingungan. Jaemin menoleh, "Berbohong kalau aku sekadar menggodamu. Aku membuatmu senang 'kan?" Jaemin mengacak rambutmu dengan lembut.

"Aku mencintaimu," ucapmu pelan. Jaemin menatapmu serius, "Apa? Aku tidak dengar." Jaemin mendekatkan telinganya ke bibirmu. Kamu tersenyum jahil, kemudian menggiggit telinganya. Jaemin mengaduh sambil mengusap telinganya yang merah akibat ulahmu.

"Kau jahat sekali, Sayang." Jaemin mengerucutkan bibirnya. Kamu menoleh, "Apa? Kau memanggilku apa tadi?" Giliran kamu yang menggodanya.

"Tidak ada." Jaemin menatap lurus ke depan. Kamu menyipitkan mata, "Mencoba berbohong?"

Jaemin terkekeh, "Aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu. Jadilah yang terakhir untukku," ucapnya sebelum mengecup dahimu dengan lembut.

Entahlah, hari itu kamu menjadi satu-satunya yang beruntung dan paling berbahagia karena bisa menggenggam dan mendapat beberapa tanda sayang dari seorang laki-laki bernama Na Jaemin.

• THE END •

SOULMATE | NCT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang