Kalian tentu pernah membaca ramalan tarot, astrologi, atau karakter berdasarkan golongan darah. Apakah kalian pernah bertanya-tanya mengapa ramalan-ramalan tersebut sering mendekati kebenaran? Masyarakat sering menganggap bahwa apa yang dituliskan atau dijelaskan oleh ramalan, astrologi, dan semacamnya sangat mirip dengan karakter mereka sendiri. Ternyata hal tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah maupun psikologis.
Di era milenial saat ini, hal-hal berbau ramalan yang bertujuan untuk hiburan dan seru-seruan masih banyak ditemukan. Gak cuma di media sosial, portal-portal berita online pun juga ambil bagian. Sebagai contoh, ketika kita membaca sebuah artikel dan isi artikel tersebut membahas mengenai karakter kepribadian dilihat berdasarkan zodiak ataupun golongan darah, tentu ada rasa penasaran dalam diri setiap individu yang membacanya. Dari hal tersebut ia akan mencari hal-hal yang menurutnya sesuai dengan dirinya. Dan ajaibnya banyak yang merasa apa yang ditulis didalam artikel itu sama persis dengan kepribadiannya.
Yang jadi pertanyaan, apakah sang penulis artikel itu adalah seorang dukun atau peramal? Jawabannya TIDAK. Lantas mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ternyata, ada satu pendapat dari seorang psikolog Bertram R. Forer terkait fenomena ini. Ia menyebutnya sebagai Efek Barnum.
1. Apa itu Efek Barnum?
Efek Barnum merupakan fenomena psikologis yang ditemukan oleh seorang psikolog amerika bernama Bertram R. Forer. Dan pada tahun 1956 diciptakanlah nama resmi dari fenomena psikologis tersebut dengan nama Barnum Effect oleh seorang psikolog bernama Paul Meehl dalam essainya yang berjudul Wanted- A Good Cookbook.
Efek Barnum atau Efek Forer adalah sebuah fenomena psikologis yang sebenarnya sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Efek Barnum terjadi saat seseorang percaya tentang deskripsi terhadap diri mereka sendiri yang sebenarnya deskripsi tersebut juga dapat berlaku untuk banyak orang. Hal inilah yang menyebabkan mengapa masyarakat sering merasa bahwa penjelasan semacam horoskop, membaca aura, grafologi, dan beberapa tes yang tidak ada kaitan ilmiah lebih sering dianggap sesuai dengan kepribadian mereka.
Efek Barnum ini berkaitan dengan validasi subjektif. Ketika individu dihadapkan pada dua peristiwa yang berlainan dan tidak memiliki hubungan sama sekali, individu cenderung akan mencari hal-hal yang berkaitan dengan dirinya baik itu sifat, kepribadian dan pola pikir yang mereka miliki. Sebagai contoh, ketika kalian membaca artikel mengenai karakter kepribadian dilihat dari golongan darah, tentu kalian akan mencari dan mengaitkan isi artikel tersebut dengan berbagai aspek dalam diri kalian yang menurut kalian sama dengan apa yang ditulis oleh artikel tersebut. Dan secara tidak langsung, kalian telah masuk dalam fenomena psikologis ini.
Dikutip dari jurnal karya Forer berjudulThe Fallacy of Personal Validation a Classroom Demonstration of Gullibility, ia telah melakukan percobaan klasik yang menunjukkan keberadaan efek Forer dilakukan pada tahun 1948. Forer membagikan teks psikologi kepada 39 mahasiswa psikologinya dan mereka diberitahu bahwa mereka akan mendapatkan deskripsi kepribadian mereka berdasarkan hasil tes tersebut. Satu minggu kemudian, Forer memberikan kepada setiap mahasiswa sebuah deskripsi yang seolah ditulis khusus untuk mereka. Kebanyakan mahasiswa merasa bahwa hasil tes kepribadian tersebut akurat, dengan rata-rata penilaian sebesar 4,26 dalam skala dari 0 hingga 5. Kenyataannya, mereka semua mendapatkan “deskripsi kepribadian” yang sama. Forer juga menyusun “hasil tes kepribadian” tersebut dari buku astrologi dan kalimat-kalimat yang digunakan adalah kalimat yang sangat umum. Contoh kalimat-kalimatnya antara lain “kamu cenderung kritis kepada dirimu sendiri”, atau “kamu punya kapasitas yang belum sepenuhnya kamu gali".
Forer menghubungkan efek Barnum dengan hal-hal yang mudah menipu. Efeknya telah dikatakan untuk mengkonfirmasi apa yang disebut prinsip Pollyanna, yang menyatakan bahwa individu cenderung menggunakan atau menerima kata-kata positif daripada kata-kata negatif dari suatu umpan balik.
Hal yang sema sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh seorang psikolog bernama Ross Stagner. Dikutip dari sebuah jurnal berjudul The Gullibility of Personnel Managers karya Ross Stagner yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1958. Ia melakukan sebuah percobaan Pada tahun 1947, Ross Stagner meminta sejumlah manajer personalia untuk mengambil tes kepribadian. Setelah mereka mengikuti tes, Stagner, alih-alih menanggapi dengan umpan balik berdasarkan jawaban individu mereka yang sebenarnya, masing-masing disajikan dengan umpan balik umum yang tidak ada hubungannya dengan jawaban tes mereka. Sebaliknya hasil penilaian tes yang disajikan justru berdasarkan horoskop, analisis grafis, dan sejenisnya. Masing-masing manajer kemudian ditanyai seberapa akurat penilaiannya. Lebih dari setengah menggambarkan penilaian itu akurat, dan hampir tidak ada yang menyatakan tidak sesuai dengan dirinya.
2. Mengapa efek Barnum begitu ajaib?
Ada dua faktor penting dalam menghasilkan Efek Barnum menurut temuan studi replikasi. Yang pertama adalah Isi deskripsi yang ditawarkan itu penting, dengan penekanan khusus pada rasio penilaian sifat positif daripada negatif. Faktor penting lainnya adalah bahwa subjek mempercayai kejujuran orang yang memberikan umpan balik. Studi ini diulang lagi pada tahun 2011 dengan pernyataan diubah sehingga diterapkan pada organisasi daripada individu. Hasilnya serupa, menunjukkan bahwa orang-orang akan mencari kesamaan yang berkaitan dengan dirinya dan mudah tertipu ketika menafsirkan karakter mereka.
Efeknya secara konsisten ditemukan ketika pernyataan penilaian tidak jelas. Orang dapat membaca makna mereka sendiri ke dalam pernyataan yang mereka terima, dan dengan demikian pernyataan itu menjadi “pribadi” bagi mereka. Pernyataan yang paling efektif mencakup frasa “pada waktu”, seperti “Kadang-kadang Anda merasa sangat yakin pada diri sendiri, sementara di lain waktu Anda tidak percaya diri”. Frasa ini dapat berlaku untuk hampir semua orang, sehingga setiap orang dapat membaca makna “pribadi” ke dalamnya.
Individu lebih cenderung menerima penilaian negatif tentang diri mereka sendiri jika mereka melihat orang yang menyajikan penilaian tersebut sebagai profesional berstatus tinggi. Bukti juga menunjukkan bahwa orang-orang dengan kepribadian otoriter atau neurotik atau yang memiliki kebutuhan lebih besar dari biasanya lebih mungkin untuk mewujudkan efek Barnum.
3. Siapa saja yang bisa terpengaruh oleh Efek Barnum?
Studi menunjukkan bahwa fenomena ini bersifat universal dan telah diamati pada orang-orang dari banyak budaya dan lokasi. Pada tahun 2009, psikolog Paul Rogers dan Janice Soule melakukan penelitian yang membandingkan kecenderungan orang Barat untuk terpergaruh oleh Efek Barnum dengan kecenderungan orang-orang China. Mereka tidak dapat menemukan perbedaan yang signifikan.
Penelitian selanjutnya menemukan bahwa subjek memberikan peringkat akurasi yang lebih tinggi jika hal berikut ini sesuai:
subjek percaya bahwa analisis hanya berlaku untuk dia, dan dengan demikian menerapkan maknanya sendiri pada pernyataan.subjek percaya pada otoritas evaluator.daftar analisis terutama sifat positif.
Metode di mana profil kepribadian Barnum disajikan dapat mempengaruhi sejauh mana orang mempercayai metode tersebut dan percaya bahwa dari yang disajikan tersebut benar-benar menunjukkan pribadi mereka sendiri. Misalnya, profil Barnum yang lebih personal — mungkin berisi nama orang tertentu — lebih mungkin menghasilkan peringkat penerimaan yang lebih tinggi daripada yang ditujukan untuk kelompok orang yang lebih luas.
Nah, itulah penjelasan ilmiah tentang Efek Barnum yang dilihat dari kacamata ilmu psikologi. Jadi, masihkan kamu mempercayai ramalan-ramalan yang kamu baca sepenuhnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
FACT OR FAKE?
Não FicçãoBACALAH JIKA INGIN MENGETAHUI BANYAK KEBENARAN DAN KEBOHONGAN. Education book √ @mrosyadie