Pukul 07.00 Saat semuanya berawal
Disinilah aku, yang masih tertidur lelap diatas tempat tidurku, yang masih menikmati mimpi si bunga tidur.
Aku tak ada niat untuk terbangun, tubuhku lebih memilih menetap diatas tempat tidur dibanding harus duduk diatas kursi kelas memperhatikan guru menerangkan, itu sungguh membosankan. Namun harus bagaimana lagi? Jika aku bisa langsung menjadi dokter tanpa harus belajar, aku tak perlu sekolah.
Aku bermimpi ada seseorang yang menarikku ke atas langit, dia bercahaya seperti bintang, walaupun bersinar dengan cahaya yang seadanya, dia tetap indah. Kelembutan tangannya terus menarikku hingga ke langit malam.
Aku tak bisa melihat jelas wajahnya, karena dia begitu terang seperti sosok malaikat, sungguh dia malaikat.
Setelah aku berada diatas langit, ia menggenggam tanganku erat. Lalu mengatakan
"hatimu luas seperti langit, dan aku bersedia untuk.."
Nitt nitt nitt
bunyi alarm membangunkan ku, seketika mimpiku hangus seperti terbakar, aku belum sempat mendengarkan sosok itu berbicara sampai selesai, dan kenapa aku harus terbangun? tapi yasudah lah, pikirku hanya mimpi
Aku meraba meja laci disamping tempat tidurku, tentu saja mencari ponsel yang semalam ku taru situ. Saat ku mengucak mataku dan memerhatikan jam di ponselku, aku tersentak kaget
"Wanjir gue kesiangan"
Aku langsung berlari ke lantai bawah menuju kamar mandi. Ternyata ada orang didalam kamar mandi, saat ku gedor-gedor pintunya, manusia itu pun keluar
"Lu mandi apa ngitungin pasir pantai sih? Lama banget"
Dia berdiri lebih tinggi didepan ku, hanya menggunakan handuk dipinggangnya, tentu saja dia tampan
"Heheh, sorry tadi gua sampoan sambil ngapalin buat ulangan biologi nanti"
Dia tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapih. sungguh saat ku lihat dia tersenyum, aku seperti berkaca. Dia memang saudara kembarku, Dirga. yap kami cuma berbeda 5 menit, namun ibu dan ayahku malas mencarikan nama kembar untuk kami, Irdina Gabriel Aurora itulah aku, yang biasa dipanggil Abel. Dan kakak ku Calvin Jovian Dirgantara dia terlahir lebih dulu, dia dingin, namun perhatian, hanya padaku, dia anti cewek banget orangnya, padahal banyak yang mengungkapkan rasa kekaguman padanya, tetapi dia tetap tidak perduli.
"Minggir gue mau mandi"
Dengan terburu-buru aku menyingkirkan dia yang dari tadi berdiri didepan pintu, percayalah aku benar-benar buru-buru. Tidak seperti Dirga yang tetap santai walaupun telat.
***
"Dirgaaaa!!"
Dia yang sedang meneguk susu coklatnya tersentak kaget sampai susu itu memasuki hidungnya, dan tentu saja jadi belepotan dimulutnya itu
"Hekk, uhuk uhuk, gak usah ngagetin bisa gak si?! Idung gue sakit anjir" ocehnya
"Heheh maap, yuk berangkat"
Bukannya segera beringsut pergi dari meja makan, dia malah memperhatikan dandananku dari kaki sampai kepala
"Woy, mau ngapain? Buruan ihh udah telat ini"
"Hahah" tawanya meledek
"Apaansi?"
"Lu yakin udah beres? Itu dasi miring-miring, gak kapok-kapok pake kaos kaki dibawah mata kaki?" Komentarnya
![](https://img.wattpad.com/cover/186216941-288-k960030.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star Shine Again
Rastgele❛❛Ku pikir Bintang itu dingin, ternyata kehangatan Bintang melebihi kehangatan seribu selimut yang menyelimutiku. Namun sekarang aku kedinginan, dimana Bintang?❜❜ ╔━━━━━━━━━━━━━━━┅⟦ೄྀ࿐ ║ ║▓❏┃ Tιтʟᴇ : Tнᴇ Sтᴀʀ Sнιɴᴇ Aԍᴀιɴ ║ ║▓❏┃ Mᴀᴅᴇ : 2 мᴀʏ 2...