Bagian 2

67 34 0
                                    

"mungkin aja namanya Bin-"

"-tang

***

"Aaaaaaaa ya ampun gue gak bisa napas, ya ampun ganteng banget, gue pingsan aja kali yak biar disamperin, ya ampun bel itu si bukan manusia, ganteng banget masa, pengen nangis liatnya huhuh" Lebaynya

Ternyata bukan hanya aku dan putri yang ingin teriak, cewek-cewek kelasan ku pun berteriak saat laki-laki itu meliriknya, walaupun dengan tatapan dingin, mereka tetap saja memujinya

"Bintang!!! Ya ampun ganteng banget sih lo bang"

"Bintaaaaaaaaang, istighfar tang, jangan sok ganteng anjerrr. Tapi.. emang ganteng si"

"Astaghfirullah gue pengen pingsan, kali aja dikasih napas buatan"

***

"Ternyata benar, namanya Bintang" gumamku

"WOY! jangan bengong, jangan-jangan lu suka juga yak?" Tegur putri

"Enggak dih. Eh put, berarti abang gue...?" Mengalihkan pembicaraan.

"Ehh nggak, Dirga tetep target gua, heheh. Dia cocoknya sama lu, kan lu jomblo tuh" gini nih, di baikin tapi minta dibacok

"Hah? Jomblo? Sorry ya gue udah punya adit"

"Oh iya gua lupa, sorry bel gak inget, pacar lu jarang keliatan sih"

"Hmm" adit memang jarang muncul belakangan ini, dia juga jarang kasih kabar, mungkin dia sibuk

Aku terus melamun sambil memandangi Bintang yang sedang bermain basket, sampai aku tak sadar, disamping ku ada seorang laki-laki yang dari tadi mengajak ku bicara

"Bel..."

"H-hah? Apa? Tadi kamu ngomong apa?"

"Enggak, gak jadi kok gapapa"

"Owh, yaudah" dengan bodohnya aku mengacuhkan Adit yang sedang duduk disampingku, aku terus mengamati Bintang yang sedang bermain basket sampai..

Brukk!!

Hal yang ku benci akhirnya datang, bola basket yang dilempar Bintang mengenai kepalaku

"Awh, aduh!" keluhku

"Bel, kamu gapapa? Sakit gak?" Tanya adit

"Sorry tadi gue gak sengaja, lu gapapakan? Ada yang sakit? Gue tau itu pasti sakit, coba liat"

Bintang menghampiriku, dan aku tidak sadar akan hal itu, kepalaku pusing. Dia memegang keningku yang tadi terkena lemparan bola basket, itu sedikit sakit

"Ini gue mimpi gak si? Kalo beneran mimpi jangan bangunin gue dulu yak, heheh"

"Heh, maksud lo apaan? Megang-megang cewek gue? Udah salah ya cukup minta maaf, gak usah pegang-pegang" bentak adit

Tangan Adit menepis pergelangan tangan Bintang, hingga tangannya turun dari keningku

"Kan gue cuma mau liat lukanya, gak lebih"

"Halah, mending lu pergi, dari pada muka lu gak berbentuk lagi disini"

Dia menatapku, Bintang menatapku! dengan tatapan penuh rasa bersalah, gak si, biasa aja

"Nanti kalo ada yang sakit bilang gue, biar gue yang tanggung jawab atas luka lo"

Dia langsung beranjak pergi, membawa bola basketnya. Aku masih tidak percaya, mengapa aku bisa seperti ini, aku menyukai orang lain, padahal aku juga milik orang lain, argghhh bodohnya.

***

Jam olahraga berakhir, semua siswa kembali ke kelasnya masing-masing. Setelah kejadian tadi, wajah Adit sedikit tidak mengenakkan, mungkin dia cemburu atau bagaimana aku tidak tau, dan tadi dia hanya mengantarku sampai koridor, pergi tanpa sepatah kata pun

Aku berjalan menuju kelas, menaiki tangga dengan penuh perjuangan, sambil memegangi kepala ku yang sedikit pusing karena kejadian tadi. Aku sendirian, putri pergi ke toilet saat aku mengajaknya kembali ke kelas. Tanpa sadar kepala ku semakin pusing, mungkin juga karena tadi pagi aku tidak ikut sarapan berasama Dirga karena terlalu terburu-buru

Mata ku memburam, dan tanpa sengaja aku menaiki anak tangga yang salah dan akhirnya terpeleset, tiba-tiba ada seseorang yang menjaga ku dari belakang, dia menahan ku agar tidak jatuh. Tidak, dia bukan menahanku, dia memeluk ku!

Aku tidak tau siapa dia, dan saat aku menengok ke belakang, ternyata..








To be continued

The Star Shine AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang