Bagian 3

48 31 1
                                    

"Lain kali hati-hati"  Tegur nya


"I-iya"

"Hmm kamu gak kenapa-napa kan?"

"Dit, kok kamu disini? Bukannya tadi kamu langsung ke kelas ya?"

Benar, itu adit, sebelum aku mengira itu orang lain. Kalian pasti heran, mengapa aku tidak terlalu merespon yang selalu Adit lakukan untukku. Dia memang sosok laki-laki yang baik, dia tampan, perhatian, dan selalu membuat ku nyaman. Namun dia selalu begitu kepada semua perempuan di sekolah maupun diluar sekolah, dan entah aku yang egois atau itu memang tidak pantas untuk laki-laki yang sudah mempunyai pacar

"Tadi aku emang niat mau balik ke kelas, tapi aku perhatiin muka kamu sedikit pucat, dan jalannya juga sempoyongan, jadi aku ikutin dari belakang, dan benar kamu hampir jatuh tadi"

"Hehehe"

"Jangan ketawa, gigit nih"

"Ih Adit ngegigit, takut ahh"

"Yang ada orang yang takut sama kamu, ketawanya kayak kuntilanak"

"Dih ngatain"

"bercanda sedikit bel. Tadi gapapa kan?"

"Gak kok gapapa, ini kita mau sampe kapan model kayak gini? Yang motret aja gak ada"

Dia belum melepaskan ku dari pelukannya, kami malah ke asikkan bercanda berdua, sampai aku tidak sadar bahwa dari tadi ada yang memperhatikan kami

"Ekhem"

Seseorang yang berdiri didepan kami berdehem, dia bertubuh besar dan tinggi serta menggunakan cardigan yang tertera nama disakunya "Roby", kepala sekolah kami

"P-pak?!"

Adit segera melepaskan genggamannya, dia terlihat terkejut, begitu pula aku

"Ngapain kalian?" Laki-laki bertubuh besar itu bertanya dengan tegas

"Ng-nggak pak, t-tadi s-saya m-mau j-j-jatuh t-tapi d-ditolongin s-s-sama a-adit"

Mulutku mendadak kaku. bayangkan saja, lagi pacaran tiba-tiba dipergoki kepala sekolah, bagaimana tidak kelagapan, sedangkan Adit hanya diam saja seperti kambing bisu, aku sangat membenci disaat seperti ini, Adit tidak mau membuka mulutnya untuk mejelaskan

"Kembali ke kelas atau menginjak lantai ruang pembinaan?"

"Ke kelas pak"

"Cepat! Sebelum saya menenteng kalian berdua dengan posisi tubuh terbalik ke ruang pembinaan!"

"I-iya pak!"

Aku dan adit langsung berpisah ditempat itu, sungguh muka laki-laki bertubuh besar itu menyeramkan, sampai bisa membuat ku gemetaran seperti kesetrum

***

Sesampainya dikelas, ternyata kelas masih sepi, dan hanya meninggalkan satu orang disana, dia duduk dipaling belakang, sambil mengutak atik ponselnya, tidak terlihat sedikit pun bibir yang menyamping untuk tersenyum, dia hanya serius mengutak atik ponselnya, dan wajahnya amat serius.

Aku melangkah masuk, ternyata dia seperti tidak melihat keberadaanku disini. Aku duduk di kursi depan, dan memperhatikannya, sampai dia menutup wajahnya dan membaringkan kepalanya diatas meja

Entah kenapa aku tertarik untuk menegurnya

"Sepertinya dia sedang badmood, haruskah aku menanyakan sesuatu kepadanya? Yang bisa membuatnya tersenyum?"

The Star Shine AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang