LA; 12

1.8K 172 5
                                    


Haeun sedang duduk di ruang tamu, anak itu sedang sibuk bermain dengan bonekanya. Padahal ini sudah tengah malam.

"Haeun berhenti bermain dan tidurlah ini sudah malam!" tegur Doyoung, bukannya dia melarang anak itu untuk bermain, masalahnya ini sudah jam dua belas lewat.

"Ya Bunda." Haeun berjalan malas menuju tempat tidurnya.

Doyoung menghampiri Haeun. "Kau kenapa sayang? Coba cerita sama Bunda." tanya Doyoung cemas.

Mata Haeun berair kemudian, "aku rindu Bunda dan Ayah, sudah lama sekali aku tidak bertemu mereka. Apa mereka tidak menyayangiku ya Bunda?"

"Ssstt tidak boleh bicara seperti itu! Bunda dan Ayah-mu pasti sangat rindu kepada Haeun, mereka sangat menyayangimu. Lebih baik tidur sekarang ya dan berdoa semoga kau cepat bertemu dengan kedua orangtuamu." Doyoung mengecup kening Haeun.

"Ya Bunda, tapi--"

"Tapi?" Doyoung mengernyit.

"Kenapa Ayah Mark tidak pernah bermain lagi dengan kita? Kenapa kita pindah rumah kesini, rumah yang semalam kan lebih besar daripada rumah yang ini." tanya anak kecil itu.

Doyoung terdiam tidak mampu menjawab seperti apa.

"Bunda jawab aku! Ayah dimana? Kenapa Ayah tidak pernah menemui dan bermain denganku lagi?" Haeun merengek rengek, ia sangat ingin bertemu dengan Mark, ia sudah menganggap Mark sebagai Ayah-nya sendiri. Mungkin karena dia terlalu merindukan Ayah asli-nya.

"Kita tidak boleh tinggal disana lagi sayang, kita tidak boleh bertemu dengan Ayah Mark lagi."

"Bunda jahat! Kenapa Bunda meninggalkan Ayah?! Bunda jahat hiks...hiks...." Haeun mengguncang-guncang tubuh Doyoung.

"HAEUN!" bentak Doyoung.

Tiba-tiba saja Haeun beringsut menjauh dari Doyoung, wajahnya pucat. Anak itu sangat ketakutan karena dibentak oleh Bunda yang dia anggap sangat baik dan lembut.

"Sayang maafkan Bunda, Bunda tak bermaksud membentakmu."

Doyoung memeluk tubuh kecil Haeun, membawanya kedalam pelukan hangat. Terasa sekali punggung anak itu bergetar karena menangis.

Doyoung merutuki dirinya sendiri karena telah membentak anak kecil seperti Haeun. Tadi dia refleks karena terlalu banyak pikiran, ditambah lagi Haeun yang terus merengek.

"Maafkan aku ya Bunda. Aku banyak tanya, aku tidak tau kalau Bunda tidak suka dengan pertanyaan pertanyaanku mengenai Ayah." Haeun menunduk merasa bersalah. Bayangan buruk mulai berdatangan. Rasa takut ditinggalkan kembali merasuki pikirannya.

"Bunda tidak bermaksud seperti itu sayang, maaf tadi Bunda kelelahan jadi cepat emosi

--kau tidur ya, Bunda masih ada keperluan lain."

Doyoung mengecup pipi si gadis manis, lalu mengambil selimut dan menutupi tubuh ringkih si kecil.

Tidak butuh waktu lama akhirnya anak itu tertidur dengan pulas.

Setelah mengecup singkat pipi Haeun, Doyoung beranjak dari kasur menuju keluar rumah. Kebetulan malam ini sangat dingin, akan sangat nyaman jika duduk diluar rumah dan menikmati secangkir teh hangat, seperti yang dilakukan Doyoung.

Saat menghirup teh-nya tiba-tiba Doyoung teringat akan orang orang yang mengatainya, dia tidak sanggup berada di apartemen.

Ia lebih memilih untuk pergi dari situ dan menyewa rumah sendiri, walau tidak besar. Kehidupan Doyoung jauh sangat berbeda, semenjak kejadian dimana dirinya difitnah oleh seseorang pemilik akun palsu di twitter.

Doyoung hanya berusaha pergi ke tempat yang lebih tenang. Setidaknya cacian orang-orang menjadi berkurang dengan kepindahan-nya.

Pelecehan seksual yang dilakukan Johnny di tempatnya bekerja pun masih teringat dikepala Doyoung.

Akibat itu ia dipecat dari kafe, karena Taeil--istri dari Johnny melaporkan Doyounh kepada bos-nya atas dasar ketidak-bijakan pelayanan. Bahkan Taeil terang-terangan mengatakan kepada semua pengunjung dan karyawan bahwa Doyoung adalah wanita murahan yang suka menggoda suami orang. Padahal semua itu karena nafsu seorang pria brengsek yang menyeret Doyoung pada masalah baru.

.
.
.
.
.
.

TBC...

Pendek bnget chap kali ini, bodo lah ya yang penting di up.

Voment nya jangan lupa

Klik in here
(tekan ikon bintang :) )

Love Agony | JaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang