Suara Adzan Maghrib berkumandang tepat pukul 17.45 WIB. Dua gadis remaja yang masih kebingungan dengan kejadian yang barusan ditimpannya. Akhirnya, setelah berjalan ke kasir dan membayar belanjaan mereka, mereka memutuskan untuk tidak kembali ke hotel namun mencari masjid terdekat untuk menunaikan Sholat Maghrib.
Mereka sudah muter muter mencari masjid namun, nihil tidak ada. Memang jarang sekali menemukan bangunan berkubah ini di Bali, bahkan makanan halalpun sulit dijumpai. Dengan rasa lelah yang melanda kedua gadis ini memilih untuk kembali ke hotel dengan memesan taksi online. Meskipun jarak ke hotel cukup jauh, namun tak apalah asal mereka bisa menunaikan sholat Maghrib. Tapi, percuma saja dipastikan mereka akan tertinggal.
"La, ambilin susu yang baru gue beli tadi dong," Suruh Fara kepada Carla.
"Nih," Carla menyodorkan sebotol susu dot rasa vanilla kepada Fara.
"Ra, bayinya cantik ya," Puji Carla kepada bayi itu sembari mengelus lembut pipinya.
"Iya, bayi secantik ini kenapa harus dibuang," Ucap Fara tersenyum ke arah bayi itu. Tapi seketika kristal bening lolos terjun dari matanya.
"Benar, bayi yang tak berdosa ini harus menanggung beban dari orang tua mereka,"
Ucap Carla."Apa kamu yakin akan merawat bayi ini?" tanya Carla karena merasa masih bimbang dengan keputusan Fara.
"Apa tidak sebaiknya kita lapor ke pihak berwajib saja?," lanjutnya.
"Atau kita bawa ke panti asuhan," lanjut Carla lagi.
"Tidak perlu,"
"Tapi ra, lo mau di tuduh jadi penculik bayi," ucap Carla serius namun sedikit kesal. Merasa bahwa sifat keras kepala Fara sudah muncul.
Fara terdiam mendengar perkataan Carla yang serius, dia berfikir jika bayi ini dirawatnya, apa orang tua Fara akan menerima begitu saja. Apalagi umurnya yang masih terbilang muda. Apa kata orang nanti? Dia memiliki anak sebelum waktunya. Meskipun itu hanya anak angkat, tapi namanya juga manusia jika tidak di gosipkan yang aneh aneh terasa tidak menantang.
Sedangkan, Carla mengambil nafas kasar melihat sahabatnya yang terlihat melamum dan bingung. Dia tahu jika Fara saat ini sedang berfikir, berfikir bagaimana nasib bayi ini?,
***
Sampai dihotelpun, Fara masih diam dan tak ambil suara. Carla lagi lagi dibuat bingung, apa sahabatnya ini tersinggung dengan perkataanya ?
Tapi ra, lo mau dituduh jadi penculik bayi.
Ya Tuhan, setahu Carla, Fara bukan tipe cewek yang mudah tersinggung dengan perkataan orang.
"Fara, lo marah sama gue?,"
"Enggak," jawab Fara datar.
"Yaudah,"lanjutnya.
"Yaudah apa?," tanya Carla.
"Yaudah, gue mau laporin tentang bayi ini ke pihak yang berwajib," ucap Fara yang dijawab anggukan dan senyuman dari Carla.
"Gitu baru temen gue, semoga bayi ini bisa jadi anak lo," Carla menepuk pundak Fara dengan kedua tangannya diikuti anggukan dan senyuman penuh semangat.
"Makasih la,"
"Sama sama,".
Fara sudah bulat akan keputusannya tersebut, walaupun masih terbesit rasa khawatir.
Dia pula merasa aneh dengan dirinya, mengapa dia amat takut kehilangan bayi ini, yang bahkan bukan siapa siapa.
Kini di kamar hotel, mereka sibuk membereskan barang belanjaannya. Tak lupa sekarang mereka memiliki tanggung jawab satu lagi, bayi ini SHINNA.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Mama [ON GOING]
Teen FictionCover by @Lilinbening. "Pokoknya bayi ini harus jadi anak aku bun, aku nggak mau tahu," "Tapi umur kamu dengan bayi itu hanya terpaut belasan tahun Afara Raharja," "Aku yakin aku dapat menjaga bayi itu bun," "Sepertinya kau butuh layanan konseling,"...