Chap 5 ~ Unreasonable

278 22 10
                                    

Seminggu rasanya sudah berlalu, laporan tentang bayi tersebut nihil belum ditemukan siapa orang tuannya. Namun, karena adanya surat tersebut pihak kepolisian semakin yakin, bahwa bayi ini sengaja dibuang karena hasil dari hubungan diluar nikah.

Pihak kepolisianpun akhirnya memutuskan untuk mengirim bayi ini ke Panti Asuhan atau ada seseorang yang ingin mengadopsi bayi ini. Ya alhasil, Fara mengadopsi bayi ini dengan alasan "Ibu, saya ingin sekali bayi perempuan lagi namun dokter pernah bilang bahwa hamil tua itu akan berbahaya untuk rahim ibu saya, maka dari itu bolehkan saya mengadopsi bayi ini?" , Sebenarnya itu alasan yang tidak cukup masuk akal karena alasan itu berasal dari Merkuri. Hemm pria itu lagi, maaf jika pria ini membuat hati anda tidak berkenan.

Mohon maafkan merkuri secara lahir dan batin ya, ini bulan puasa tolong dimaafkan.

Namun, pihak kepolisian mempercayainya. Menurut Rey sih itu diluar dugaan mereka. Apa ini tugas seorang polisi, mengayomi dan melindungi masyarakat. Sepertinya tidak, polisi ini terlalu percaya dengan Kebullshitan para remaja 15 tahun ini.

"Huh, akhirnya sampai juga di Bandara, inimah bukan Liburan tap-,"
Keluhan Merkuri terpotong karena tiba tiba Rey menyambar omongannya.

"Ini bukan masalah karena kita sesama manusia harus saling tolong menolong, apalagi kita teman,"

"Terimakasih dan maaf gara gara masalah aku liburan kalian jadi berantakan," tutut Fara dengan raut wajah yang sedih dan merasa bersalah.

"It's Okay ra, kita seneng kok bisa bantuin lo dan jangan dengerin omongan pria lebah itu," ucap Bani sembari memberikan tatapan tajam ke arah Merkuri, begitupun sebaliknya.

"Aku benar benar minta maaf, wajar kok kalo Merkuri kesal," ucap Fara.

"Mer, aku beneran minta maaf" lanjutnya lagi sambil mengulurkan tangannya ke arah Merkuri.

Merkuri menerima uluran tangan Fara dan tersenyum simpul lalu berkata, "Iya, aku juga minta maaf kalau omonganku keterlaluan,"

"Bukan keterlaluan tapi sangat keterlaluan," Cibir Carla tiba-tiba diikuti tatapan tajamnya ke arah Merkuri.

"Udah-udah ayo kita pulang," Aziz yang sedari tadi tak bersuara akhirnya ambil suara juga, lha pria ini kesambet sesajen dari Bali apa? Biasanya dia akan menjadi orang pertama yang suka memanas manasi.

Lama berdebat di Bandara, taxi yang dipesan mereka akhirnya datang juga. Mereka berenam segera masuk ke taxi yang mereka pesan masing masing untuk pulang kerumah menikmati kopi bikinan bi Inah sambil duduk lehah lehah. Haha bercanda.

"Gue masuk dulu ya, nggak mampir la?" tawar Fara ke Carla.

"Makasih ra, tapi lain kali aja deh,"

"Oke, hati hati di jalan," Fara melambaikan tangannya ke Carla.

"Dada,"

Fara melihat ada dua mobil di halaman rumahnya. Sudah diduganya, Ayah dan Bundanya pasti sudah pulang dari Amerika. Fara ragu untuk masuk, karena khawatir reaksi kedua orang tuannya yang melihat Fara pulang membawa seorang bayi.

Huh, untung satpam dirumahnya sedang tidak ada. Dia segera membuka gerbang. Sebelum mengucapkam salam dia menarik nafas dalam dalam dan berucap "Bismillah,"

"Assalamu'alaikum," Salamnya dengan mengetuk pintu rumahnya.

"Iya, Wa-," Wanita paruh bayah tersebut menghentikan ucapannya dan matanya berhasil terbuka lebar serta mengarah pada kereta bayi yang Fara bawa.

"Bundaa, Fara kangen," Seketika Fara memeluk erat wanita di depannya.

Yap, wanita itu adalah bunda Fara, Melda.
Melda sedikit tercenggang dengan pemandangan yang dilihatnya. Beberapa detik kemudian dia sadar dan menatap datar Fara.

The Little Mama [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang