Chap 6 ~ Ayahnya Ibunya

286 41 12
                                    

"Selamat Pagi ayah, bunda, kakak..." sapa Fara sembari duduk di kursi untuk ikut sarapan.

"Pagi juga Putri Raharja..." Jawab mereka bersamaan, kecuali Abizar yang diam dan tampak acuh dengan kedatangan Fara.

Fara yang melihat kakak keduanya acuh, sudah tidak heran dan terbiasa dengan sifat kakaknya yang satu ini, dingin dan cuek.

"Lho, kok sendiri. Shinna kemana?," tanya Melda kepada putrinya.

"Dikamar bun, masih tidur,"jawab Fara dengan sopan.

"Udah mandi belum? Kamu udah kasih susu belum? Udah ganti popok belum?," Melda menimpali Fara dengan berbagai pertanyaan membuat sang kutub utara yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara.

"Bundaku tanyanya satu satu, tuh tuyul nggak bisa ngejawab," Ucap Abizar datar.

Ingat, jika bukan karena ingin mengejek adiknya ini. Abizar tidak akan angkat bicara.

Jangan salah, sifat dinginnya ini di dominasi dengan sifat jahilnya yang membuat siapapun naik pitam dan ingin membuangnya ke tempat aslinya, BENUA ANTARTIKA.

"Alhamdulillah udah semua bunda," Jawab Fara tanpa memperdulikan ejekan kakaknya.

"Putri ayah sudah seperti ibu baru saja,"

"Sangat telaten dan mengerti," puji Tn. Amri sambil membelai lembut kepala Fara yang tertutup jilbab.

"Iya dong, putri siapa," Bangga Melda.

Fara hanya cengengesan dengan perkataan dua orang tuannya tersebut.

"Eh dek, omong omong kamu mau ngelanjutin sekolah dimana?," tanya Rafli disela sela sarapannya.

"Hem, di deket-deket sini aja deh kak," balas Fara.

"Dimana?," tanya Rafli lagi.

"SMAN Al- Hasyim kayaknya,"jawab Fara.

"Serius mau sekolah disitu? Nggak mendingan di pondok pesantren aja," tawar Rafli.

"Nggak deh, masih pengen sama Carla,"tolak Fara.

"Lha, bukannya Carla paling anti sama hal beginian,"

"Justru itu, dia mau hijrah katanya. Kakak kan tahu kalau dulu Carla itu mu'allaf, dia katanya sih mau mempertebal ilmu agamanya," ucap Fara yang hanya dijawab "Oh" dari Rafli.

Setelah percakapan antara Rafli dan Fara, suasana menjadi hening. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang mengiringi sarapan pagi keluarga langka ini.

Sarapanpun akhirnya berakhir, tapi bukan Fara namanya jika selesai makan langsung pergi. Dia melakukan ritual paginya, dengan mencomoti sisa lauk di piring.

Dan sekali lagi, bukan Abizar jika tidak mengganggu aktivitas adiknya ini. Terselip ide di otak Abizar. Setelah membantu Bunda dan Bi Lilis mencuci piring, Abizar langsung beranjak ke ruang makan. Dia langsung ikut ikutan mencomoti lauk yang Fara comoti juga. Bukan hanya itu, dia juga mengambil satu sampai lima piring lauk yang masih tersedia, yang terdiri dari Sayur asem, Rendang ayam, Ikan asin, Telur Balado, dan Pepes Jamur.

"Disuruh bunda naroh di kulkas, katanya takut ada kucing raksasa yang mampir mau nyolong nih makanan," bohong Abizar lalu langsung beranjak ke arah kulkas memegang 5 piring lauk tersebut.

"KAKAAAAAAKKKKKK, gue masih mau makan telur balado sama pepes jamurnya kak, balikinnnnnnnnn" pekik Fara dengan kerasnya membuat seluruh penghuni rumah menghentikan aktivitasnya masing masing. Mencari asal suara tersebut.

Dari pak Joko yang berhenti mencuci mobil. Bi Lilis yang berhenti memotong cabenya.Bi Arni yang sibuk nenangin Shinna yang nangis gara gara kebrisikan. Ayah yang berhenti membaca koran. Rafli yang berhenti berkutat dengan berkas berkasnya. Bunda yang tidak sengaja menjatuhkan spatula. Dan Abizar menutup telinganya dengan kedua tangan karena suara Fara yang keras melebihi toa Masjid.

The Little Mama [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang