Chap 12 ~ Kenapa Harus Pergi?

100 12 7
                                    

"Harus ya? Membuat peristiwa yang akhirnya jadi kenangan, lebih baik tidak perlu"

"Harus ya? Membuat peristiwa yang akhirnya jadi kenangan, lebih baik tidak perlu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pukul Empat Subuh, Fara bangun, ia mengumpulkan segala kesadarannya. Dan akhirnya matanya bisa membuka sempurna. Dia heran, kenapa dia bisa ada disini? Seingatnya, dia di rooftop bersama Rey semalam. Aht ngomong-ngomong semalam, dia malah ketawa-ketiwi sendiri. Wah tiba-tiba pipinya memblushing, Ya Allah. Padahal tidak ada orangnya, apalagi jika ada orangnya. Ehe.

Fara kemudian menyibakkan selimutnya lantas beranjak dari ranjang-bangun ingin mengambil wudhu untuk menunaikan sholat Subuh. Namun, langkahnya terhenti kala matanya tidak sengaja menangkap secarik kertas bergeletak di nakas. Fara kemudian mengambilnya dan membukannya.

Lantas membacanya.

Terima Kasih untuk waktunya. Pundakku sakit dan dengkuranmu keras ra. Emm, tenang saja aku nggak macem-macem kok, kalo gapercaya boleh kamu cek. Kamu masih segelan kok! Wkwkw. Ra, by the way, nanti pukul 05.30 aku tunggu ya.. di taman biasanya. See you

Oke, ada pantun nih.

Pak Rohim tampan dan pintar
Banyak orang yang sirik
Tugas pangeran sudah kelar
Pangeran pamit dan selamat malam Cantik

Fara tersenyum setelah membaca surat tersebut. Bukannya di buat baper, Fara malah dibuat ngakak dengan surat tersebut. Rey pria yang dikenal berwajah datar, angkuh, dan dingin itu untuk kesekian kalinya melakukan hal yang tidak biasa untuknya.

Pertama, dia melakukan aksi heroik dengan diam-diam masuk ke kamar Fara melalui jendela.

Kedua, dia menyanyikan Fara lagu-ya mungkin sedikit absurd sih bagi Fara.

Dan ketiga dan semoga bukan yang terakhir, Rey menulis surat yang isinya gombalan berupa pantun receh.

Tapi, hal sederhana apapun yang dilakukan seseorang. Jika bisa membuat kita senang dan ceria, kenapa harus diabaikan. Karena tak selamanya, dan tak semua orang dapat memperoleh dan merasakannya.

***

Setelah mandi dan menunaikan sholat Subuh, Fara langsung turun ke bawah membantu bunda dan bi Lilis yang sedang berkutat di dapur menyiapkan sarapan.

"Bunda," panggilnya seraya memeluk bundanya dari belakang.

"Ra, lepasin bunda lagi masak nih,"

"Nggak mau," tolak Fara. Dia semakin mengeratkan pelukannya.

The Little Mama [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang