"Harus ya? Membuat peristiwa yang akhirnya jadi kenangan, lebih baik tidak perlu"
Pukul Empat Subuh, Fara bangun, ia mengumpulkan segala kesadarannya. Dan akhirnya matanya bisa membuka sempurna. Dia heran, kenapa dia bisa ada disini? Seingatnya, dia di rooftop bersama Rey semalam. Aht ngomong-ngomong semalam, dia malah ketawa-ketiwi sendiri. Wah tiba-tiba pipinya memblushing, Ya Allah. Padahal tidak ada orangnya, apalagi jika ada orangnya. Ehe.
Fara kemudian menyibakkan selimutnya lantas beranjak dari ranjang-bangun ingin mengambil wudhu untuk menunaikan sholat Subuh. Namun, langkahnya terhenti kala matanya tidak sengaja menangkap secarik kertas bergeletak di nakas. Fara kemudian mengambilnya dan membukannya.
Lantas membacanya.
Terima Kasih untuk waktunya. Pundakku sakit dan dengkuranmu keras ra. Emm, tenang saja aku nggak macem-macem kok, kalo gapercaya boleh kamu cek. Kamu masih segelan kok! Wkwkw. Ra, by the way, nanti pukul 05.30 aku tunggu ya.. di taman biasanya. See you
Oke, ada pantun nih.
Pak Rohim tampan dan pintar
Banyak orang yang sirik
Tugas pangeran sudah kelar
Pangeran pamit dan selamat malam CantikFara tersenyum setelah membaca surat tersebut. Bukannya di buat baper, Fara malah dibuat ngakak dengan surat tersebut. Rey pria yang dikenal berwajah datar, angkuh, dan dingin itu untuk kesekian kalinya melakukan hal yang tidak biasa untuknya.
Pertama, dia melakukan aksi heroik dengan diam-diam masuk ke kamar Fara melalui jendela.
Kedua, dia menyanyikan Fara lagu-ya mungkin sedikit absurd sih bagi Fara.
Dan ketiga dan semoga bukan yang terakhir, Rey menulis surat yang isinya gombalan berupa pantun receh.
Tapi, hal sederhana apapun yang dilakukan seseorang. Jika bisa membuat kita senang dan ceria, kenapa harus diabaikan. Karena tak selamanya, dan tak semua orang dapat memperoleh dan merasakannya.
***
Setelah mandi dan menunaikan sholat Subuh, Fara langsung turun ke bawah membantu bunda dan bi Lilis yang sedang berkutat di dapur menyiapkan sarapan.
"Bunda," panggilnya seraya memeluk bundanya dari belakang.
"Ra, lepasin bunda lagi masak nih,"
"Nggak mau," tolak Fara. Dia semakin mengeratkan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Mama [ON GOING]
Teen FictionCover by @Lilinbening. "Pokoknya bayi ini harus jadi anak aku bun, aku nggak mau tahu," "Tapi umur kamu dengan bayi itu hanya terpaut belasan tahun Afara Raharja," "Aku yakin aku dapat menjaga bayi itu bun," "Sepertinya kau butuh layanan konseling,"...