Seperti yang direncanakan dan diputuskan, ditahun kelulusannya, Fara harus mengalah dengan Kakak tertuanya. Yaitu hari kelulusan tanpa kehadiran Ayah dan Bunda. Sebenarnya, Fara agak berat dengan keputusannya ini, tapi bagaimana lagi semua demi keluarganya.
Pukul 05.00
Fara masih belum selesai dengan dandananya, padahal dirinya sudah stenbay di depan cermin sejak setengah jam lalu, berarti pukul 04.30, Hah?pagi sekali. Jangan kaget karena acara akan dimulai pada pukul 06.00 dini hari. Karena menurut kepala sekolah, Pak Ardi ayah dari Rey, jika acara dilaksanakan Pagi pagi sekali akan jauh lebih baik dan membuat make up para siswa tidak luntur karena cahaya matahari.
Kali ini Fara memakai kebaya modern berwarna putih namun masih diberi kesan tradisional dengan bawahannya batik tulis khas Jogja juga lapisan jilbab merah maroon dikepalannya tak lupa sedikit polesan make up di wajahnya.
"Cantik," gumam seseorang di ambang pintu kamar Fara.
"Makasih bi," ucap Fara kepada bi Lilis wanita paruh bayah yang sepuluh tahun lebih tua dari ibunda Fara. Bi Lilis adalah asisten rumah tangga keluarga Fara sekaligus baby sitter Fara dan kakak-kakaknya dulu. Fara sangat menyanyangi bi Lilis layak ibu kandungnya sendiri. Bahkan Fara sudah menganggap bi Lilis bagian dari keluarga Raharja.
"Bi Lilis nanti dateng kan?," tanya Fara kepada bi Lilis yang sedang memasang Bros bunga di kepala Fara.
"Enggak non, kan udah ada kakak non,"Jawab bi Lilis menggunakan logat jawa.
"Maksud bi Lilis, kak Abizar?enggah agh aku nggak mau, maunya sama bi Lilis, titik pokoknya titik," titah Fara dengan nada kesalnya membuat bi Lilis gemas melihat tingkah laku Fara.
"Plisss bi, aku mohon"
"Bi Lilis,"
"Fara mohon bi Lilis mau,"
"Nanti Fara kenalin deh ke guru Sejarah Fara ganteng orangnya," ucap Fara ngasal.
Fara terus memohon kepada bi Lilis, dan Alhasil bi Lilis menuruti kemauan Fara untuk ikut ke acara perpisahan. Karena beliau teringat akan pesan Ayah dan Bunda Fara yang meminta untuk selalu menjaga Fara selama mereka pergi ke Amerika.
"Baiklah non, kalo non maksa bibi, iso ra iso bibi bakalan ikut,"Jawab bi Lilis mengusap kepala Fara lembut.
"Makasih bi,"
***
Tak terasa, akhirnya sampai di depan gerbang sekolah karena sedari tadi dia tidak habis habisnya ngoceh didalam mobil dengan Carla.
Tadi sebelum berangkat, Fara menjemput Carla untuk berangkat bersama.
"Ayo la," ajak Fara sembari menarik tangan Carla possessive.
"Sabar dikit napa si ra,"
"Nggak bisa sabar ini emergency,"
Ada apa dengan sahabatnya ini, Carla sungguh bingung Ya Allah. Tidak biasanya sifat Fara sepossessive ini. Biasanya juga jutek, cuek, ngeselin, dan ceroboh.
"Faraaaa pelan pelan ntar lo jatuh,"
Fara berlari menyusuri koridor meninggalkan Carla yang masih mengikutinya di belakang. Carla sangat sulit berjalan apalagi mengejar Fara. Bagaimana tidak, sepatu High Heels tinggi 7 cm melekat di kakinya. Menyusahkan saja.
Tiba-tiba saat Fara berlari ke arah Toilet. Toilet? Memang dari tadi dia terburu-buru karena yang dibawah sudah berontak ingin keluar.
Fara tidak sengaja menyandung batu dan
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Mama [ON GOING]
Teen FictionCover by @Lilinbening. "Pokoknya bayi ini harus jadi anak aku bun, aku nggak mau tahu," "Tapi umur kamu dengan bayi itu hanya terpaut belasan tahun Afara Raharja," "Aku yakin aku dapat menjaga bayi itu bun," "Sepertinya kau butuh layanan konseling,"...