Chap 13 ~ Menghilang dan Lenyap, mungkin

104 10 6
                                    

Happy Reading!❤
-
-
-
Banyak Typo, maapkeun

_____


"Aku melanjutkan di VHS Jerman jurusan penerbangan, dan syukurlah aku lulus tes online dua minggu yang lalu."

Kebahagiaan, haruskah sesingkat ini? Kesan indah, perlukah hanya beberapa detik saja? Lalu, untuk luka bagaimana bisa sepanjang ini?

Pantaskah, itu disebut sebuah luka. Nyatanya bukan, ini hanya sebatas cobaan, ujian, dan pertimbangan dari Tuhan. Akankah, setiap insan dapat mempertahankan suatu yang sudah di amanahkan dan telah di genggam. Tugas mereka tidak lebih dari menjaga dan mempererat kepunyaan.

Seperti Fara, sejauh apapun Tuhan memisahkan, pada akhirnya ia akan kembali pada sang pemilik aslinya. Sebaliknya, sekuat apapun tergenggam dalam tangan, jika Tuhan tidak mengutus Izrail untuk memberinya, pada akhirnya adalah bukan.

Untuk hari ini, setidaknya ia pernah menciptakan kesan terbaik meski epilog-nya belum tentu sesuai dengan permohonan yang ia panjatkan.

"Bocil! Woy!"

Fara terpelonjat. Sejak kapan, makhluk yang telah binasa otaknya ini berada di kamar Fara? Bahkan, sepertinya ia tidak mendengar ketukan pintu sama sekali. Jika itu memang iya, benar-benar kurang ajar makhluk ini. Mana letak hormat dan sopan santunya kepada perempuan, apalagi adik kandungnya sendiri!

"Sejak kapan kakak disini? Kenapa nggak ketuk pintu dulu. Benar-benar gapunya sopan santun!"

Abizar menyorot adiknya dengan tatapan tajam.

"Udah tadi. Lo-nya aja yang kebanyakan mengonsumsi kedelai yang di padetin."

"Jadi, budeg."

"Udah-udah sana keluar," ucap Fara sembari mendorong tubuh kakaknya untuk keluar dari kamar.

"Bentaran doang napa. Gue mau ambil gitar gue tauk,"

"Lo taroh dimana?"

Telunjuk Fara mengarah pada gitar yang tergeletak rapi di pojok dekat meja belajarnya. Abizar segera mengambilnya, lantas melenggang keluar. Namun, langkahnya berhenti tiba-tiba, ia sedikit heran kenapa adiknya tidak banyak bicara setelah pulang dari taman tadi pagi.

Lantas, ia menanyai adiknya, "Lo kenapa? Kalo ada masalah, jangan diem. Ada gue, sebagai kakak lo gue siap jadi wadah curhat lo."

Hanya sebagian orang yang tahu, bahwa Abizar dengan sifat dingin dan menyebalkannya dapat menjadi pendengar baik untuk adiknya. Aht, tidak hanya adiknya tapi mungkin untuk kalian semua.

"Jangan diem doang dong! Lo jelek banget kalo gitu!"

Fara diam, tidak berkutik atau merespon sama sekali membuat Abizar kesal sendiri. Ia, lalu menarik tangan adiknya untuk duduk di kasur bersampingan dengannya, setelah mengunci kamar, berjaga-jaga ada yang dengar. Dan terserah dengan latihan nge-band-nya yang sudah di pastikan ia ditunggu member lainnya.

"Cerita sama kakak!"

Fara langsung berhambur ke pelukan Abizar. Ia memukul-mukul dada bidang Abizar, melampiaskan segala kekesalannya.

"Kesel!"

"Kesel!"

"Kesel!"

Abizar menjauhkan tangan Fara, ia memicingkan matanya. Menatap adiknya horor.

"Lo, kalo kesel nggak usah gini juga kali. Lo pikir dada gue ada benjolannya. Kenyal-kenyal, mpuk-mpuk gitu kalo di pukul."

Fara menyerah. Tangannya ia jatuhkan dan lipatkan di depan dada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Little Mama [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang