Beberapa pantulan blitz saling beradu ketika mobil seseorang berhenti di depan gedung SM Ent. Beberapa wartawan semakin riuh mendekat ketika pemilik mobil dan managernya berusaha keluar dari dalam kendaraan pribadi tersebut, bagaikan penyambutan presiden yang terhormat.
“Apakah kau sengaja duet dengan Jung So Jung.”
“Bagaimana hubunganmu dengan Jennie?”
“Tolong berikan kami sedikit komentar.”
“Jongin, bicaralah.”
Beberapa suara wartawan terdengar jelas di indra pendengar Jongin, tetap saja ia tak ingin memberi komentar. Menghiraukan keadaan riuh itu pilihan terbaik baginya.
Beberapa tim keamanan gedung SM Ent. sudah berbaris rapih di depan pintu utama, mempersilahkan Jongin untuk segera memasuki gedung agensi dengan tenang.
Sial, usahanya untuk datang lebih pagi gagal, tetap saja dalam segi waktu sang wartawanlah pemenangnya. Profesi wartawan memang sekedar mencari informasi namun sifat rajin dalam segi waktu sangat patut diapresiasi, bahkan banyak perjuangan nyawa yang harus dikorbankan dalam profesi itu, kadang kala mereka harus selalu stand by 24 jam tatkala ada pentingnya peristiwa mendadak, yang lebih menyedihkan untuk sekedar berkumpul dengan keluarga kecilnya saja sangat terbatas. Anehnya, meski begitu, toh sejumlah wartawan tetap saja selalu ingin berjuang demi mengantongi beberapa peliputan. Alih-alih jika dicermati profesi seperti itu memang tempat berkarir yang mensejahterakan, yang lebih penting yaitu; membantu menyambung aspirasi masyarakat, bahkan banyak belajar tentang kemanusiaan. Karena pada dasarnya, dalam sisi positif, tidak ada hal yang simple dan instan dalam bekerja.
Kali ini Jongin dan managernya berjalan sejajar di koridor lantai tiga, lelaki itu mulai membuka topi dan maskernya.
"Ku rasa ini pengalaman pertamaku melihat para wartawan berdesakan di depan pintu gedung agensi." ucap Jongin tetap melangkah dengan santai.
"Kau debut dengan groupmu sudah cukup lama, mana mungkin ini bisa menjadi hal pertama bagimu." jawab Manager Noh.
Segera Jongin menoleh, "tapi ini tiga kali lipat lebih banyak."
Manager Noh tetap berjalan tanpa menoleh, "Karena Krystal dan Jennie, mereka jadi sepenasaran itu."
"Mengapa pekerjaan seperti itu tidak dinamakan duta gosip saja? Media saat ini banyak yang menghancurkan hati semua idol." simpul Jongin.
Manager Noh terkekeh pelan, "bahkan kau menyalahkan pekerjaan itu dan membawa semua idol?" tanya Manager Noh masih beriring dengan kakinya melangkah.
"Lantas?" Jongin balik tanya.
"Justru omongan itu sangat berpacu tentang dirimu sendiri, Yaa! Kim Jongin." Manager Noh menoleh ke samping, menatap lawan bicara.
Jongin mendecak tidak setuju.
Jongin sudah berada di dalam ruangan, setelah ia membuka pintu besar berwarna cokelat. Matanya menangkap Krystal bersama managernya sudah duduk rapih di depan meja melingkar. Mata Jongin masih memandang sekelilingnya, ternyata CEO-nim belum hadir dalam sesi pertemuan kali ini. Oh, ia hampir lupa jika ia datang satu jam lebih awal dari janji yang sudah ditentukan oleh CEO-nim, jadi wajar saja jika beliau belum hadir.
Terlihat Jongin berjalan dengan malas, kali ini ia melesatkan tubuhnya di sebrang Krystal. Baru saja ingin membenarkan posisi duduknya untuk mencari posisi ternyaman tapi sudah disambut oleh suara Krystal.
“Pasti kau sedang menghindari para wartawan di bawah?”
Jongin tertahan berhenti bergerak, ia memandang gadis di sebrang sana, jaraknya hanya dihalangi meja melingkar. Lalu, Jongin melemaskan bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning | • Jenkai •
FanfictionCemburu dalam sebuah hubungan itu hal paling biasa, namun bagaimana jika Jongin melakukannya demi sebuah karir dan menyangkut nama besar agensi? Januari, 2019