Asap-asap yang tidak terlalu tebal keluar dari tempat panggangan barbeque. Daging bulgogi yang tebal sudah berada di atas besi panas itu.
Terlihat Jennie sedang membolak-balik daging. Tangan kiri Jisoo memegang alat penjepit untuk mengangkat daging sementara tangan kanannya memegang gunting untuk memotong daging hingga menjadi potongan-potongan kecil.
Rose dan Lisa mempersiapkan salad-salad. Posisi mereka sedang berada di atap gedung apartemen hingga tampak nyata langit luas dengan cahaya rembulan yang nyaris melingkar sempurna di sana.
Beberapa daging sudah ada yang berubah warna, seraya Jennie mengangkat dan langsung memakannya.
Melihat tingkah itu, Jisoo langsung berhenti memotong daging sembari mendelik sinis ke arah Jennie, “Yaa! Kau harus menunggu sampai semuanya matang.”
“Aku hanya menyicipinya, jika kurang matang, seharusnya tunggu dua menit lagi.” Katanya sambil tersenyum jahil, sementara Jisoo hanya menyunggingkan bibirnya.
Pandangan Lisa terarah pada panggangan daging lantas kedua tangannya memeluk lutut.
Sedangkan wanita kelahiran New Zealand yang akrab disapa dengan panggilan Rose ini sedang duduk sila, siku Rose menempel di paha sedangkan telapak tangannya menadah dagu.
“Eonnie, aku lapar, tolong beri aku sedikit makanan.” Lisa menggembungkan pipinya.
"Tidak usah ber-aegyo, eoh?" jawab Rose sinis, seakan-akan itu pemandangan yang menjijikkan. (Aegyo : tingkah lucu)
Maknae Blackpink ini tetap bersikap aegyo di hadapan teman-temannya.
Menempelkan kedua telapak tangannya di kedua pipi sambil berkedip-kedip manja. Setelah melihatnya, Jisoo mendelik sinis ke arah lain sambil menyunggingkan bibirnya. Itu pemandangan yang sungguh membuatnya ingin muntah.
Satun tangan Rose melayang di kepala Maknae itu, membuat Lisa terdorong sedikit lalu merintih.
“Yaaa!” gadis berponi itu berteriak dan berusaha mengusap-usap kepala bagian belakangnya.
“Paboya. Berhenti melakukan itu.” ucap Rose. (Paboya : Bodoh)
“Aish,” tangan kanan Lisa mengepal erat dan sedikit terangkat ke udara, seperti siaga untuk memukul Rose yang sedari tadi duduk di hadapannya.
Daging panggang siap dihidangkan, ke empat gadis itu telah duduk di bangku kayu yang lebar nan panjang. Malam ini sungguh cerah, di gedung yang cukup tinggi ini terihat cahaya berpijar dari gedung lain. Cahanya pun terlihat mengelilingi pandangan mereka.
Jennie berusaha meraih satu potong daging dengan alat penjepit dan memegang salad di tangan kanan, lalu daging itu ia bungkus bersama salad, selanjutnya ia mendaratkan makanan itu di mulutnya sampai terkunyah hingga tertelan.
Di sela kunyahan Rose, ia menatap Jennie sebentar, sementara otaknya menimbang-nimbang suatu hal.
Selang dua-tiga detik Rose berpikir. “Eonnie, apa kau sudah meminta nomor telepon pria itu?”
Lisa menoleh pada sumber suara, meskipun Rose bukan berbicara padanya tapi mata Lisa saat ini melebar. “Woah, kau sedang mengagumi seseorang?”
Rose mendelik sinis ke arah Lisa, maknae ini sungguh banyak bicara, seakan-akan Rose menyesal telah melontarkan ucapan tadi di hadapannya.
“Ku kira saat itu kau melantur akibat minummu terlalu banyak.” jawab Jennie.
Gadis berponi itu menyambar lagi, “A-ah, pasti teman Jongin, karena terakhir kita minum hanya dengan mereka.” Lisa memajukan bibir bawahnya sambil mengangguk-angguk yakin atas ucapannya. Benar, ia mengingat jelas jika terakhir mabuk hanya dengan boygroup itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning | • Jenkai •
Fiksi PenggemarCemburu dalam sebuah hubungan itu hal paling biasa, namun bagaimana jika Jongin melakukannya demi sebuah karir dan menyangkut nama besar agensi? Januari, 2019