Malam hari telah tiba, rembulan sedang bersembunyi di balik awan tebal, bintang pun tidak terlihat di atas langit sana.
Temperatur Seoul sedang turun, membuat manusia-manusia yang berlalu-lalang di luar rumah memakai pakaian yang cukup tebal untuk melindungi dirinya dari semilir angin yang berhembus.
Jalanan kecil di penuhi pohon berwarna kuning, tepatnya di tepi jalan masih ramai oleh lalu-lalang manusia yang sedang berjalan. Di antaranya gadis berambut panjang nan sedikit bergelombang itu sedang melangkahkan kakinya dengan santai. Kim Jennie, memakai coat cokelat dan baju wol rajut berwarna putih gading serta syal yang melingkari lehernya. Ia melajukan langkah kakinya dengan tangan yang bersembunyi di dalam saku coat, sesekali ia memandang jalan raya yang masih ramai di lalui beberapa kendaraan.
Gadis itu terus berjalan sampai menemukan halte bus, ia duduk sebentar di halte tersebut. Bukan untuk menunggu bus, karena pembatasan waktu bus berkeliar sudah lewat dari satu jam yang lalu, tidak akan ada lagi bus yang datang untuk mampir di halte sampai mentari kembali terbit.
Jennie hanya duduk terdiam sambil memandang jalan raya tanpa fokus, tangannya masih terbenam dalam saku. Sesekali ia menunduk sembari menghela satu nafas panjang.
Satu hal sedang menghantui pikirannya. Apa yang terjadi akhir-akhir ini membuatnya tidak nyaman, tentang fakta-fakta yang ia ketahui. Terkadang sebuah fakta yang tak bersahabat dengan hati memang selalu membuat pikiran terganggu, dan terkadang pikiran kita hanya ingin mengulang waktu untuk menyingkirkan fakta tersebut. Terkadang manusia ingin menutup telinga agar tidak mendengarkan sebuah fakta yang tak cukup pantas untuk didengar.
Kata demi kata yang telah diucapkan Jaesung kembali hadir, ‘Perasaan tidak ada yang tau. Bisa jadi ia hanya berbicara palsu demi menyingkirkan perasaan tak nyaman yang menghadang kita.’
Jennie berjalan di antara toko berjajar di tepi jalan raya. Jennie menatap papan di atas salah satu toko. Minimarket, tujuannya saat ini. Ia segera memerintahkan kakinya agar mengikuti apa kata hatinya, Jennie segera masuk ke dalam.
Beberapa menit berlalu, Jennie keluar dari dalam minimarket dengan membawa satu kantong plastik yang tak begitu besar. Baru saja melaju lima langkah dan tiba-tiba saja rintik air hujan yang ganas terjatuh membasahi sekujur tubuhnya. Jennie menyimpan tangannya di dahi seperti orang sedang hormat, matanya menatap ke arah atas, pundaknya sedikit terangkat. Karena telah menyadari bahwa langit telah menumpahkan beribu air, gadis itu pun segera mencari tempat untuk berteduh.
Langkah kaki seorang pria menginjak genangan air di aspal trotoar, terlihat jelas pria itu sedang teburu-buru untuk mengejar Jennie yang mulai melebarkan langkahnya. Sebuah payung sudah melindungi tubuh Jennie yang setengah basah, Jennie terdiam mendapati dirinya tidak diguyur air hujan lagi, ia memandang ke atas, matanya menangkap sebuah payung hitam. Kemudian, ia menoleh pada si pemilik payung itu. Wajah yang tak asing berada di dekatnya. Perlahan, pria itu mengangkat wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning | • Jenkai •
FanficCemburu dalam sebuah hubungan itu hal paling biasa, namun bagaimana jika Jongin melakukannya demi sebuah karir dan menyangkut nama besar agensi? Januari, 2019