15 | invisible

1.4K 157 32
                                    

Lelaki itu mengetukan jemari lentiknya di setir mobil, lalu mengalihkan perhatian pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir dua jam Chanyeol menunggunya, di depan apartemen yang ditempati oleh salah satu girlgroup yang beragensi serupa dengannya.

Tak selang memakan waktu lama, mobil hitam mengkilat berhenti di depan pintu utama apartemen.

Seorang lelaki turun dari mobil itu.

Chanyeol menyipitkan mata, bahkan lelaki itu sangat familiar, ia pun semakin mempertegas pandangannya. Suho! Mengapa dia di sana? Batinnya mengoceh seribu pertanyaan.

Suho memutari bagian depan mobil dan membuka pintu khusus penumpang.

Terbelalak Chanyeol memandang hingga membulatkan mata dengan sempurna. Dunianya seakan runtuh di depan mata bahkan napasnya berubah menjadi pendek dalam hitungan menit.

Mengapa bisa?

Gadis yang dicarinya muncul dari dalam mobil milik Suho. Bae Joohyun? Pikirannya seolah sedang mengisi teka-teki yang sulit untuk dicocokkan.

Ah, benar, mengapa harus Suho lagi? Masalah ini kerap kali terjadi untuk yang kesekian, tepatnya saat mereka konser SMtown di Chilli, Negara yang terletak di bagian tenggara Amerika Serikat, dengan ibu kota dan pusat pemerintahan di Kota Santiago.

Chanyeol segera melirik buket bunga yang mewah serta anggun di kursi penumpang tepatnya di samping pengemudi, kemudian tatapannya kembali pada pandangan semula, Chanyeol semakin terperanjat tidak percaya ketika matanya mendapati seorang Suho sedang mendekap hangat gadis itu.

Saat ini Chanyeol hanya mengepal erat jemarinya, rahangnya ikut mengeras, sementara dahinya melipat beberapa kerutan beriring dengan tatapannya kian menajam. Bara api dalam hati seakan menjalar keluar ke permukaan.

Berikutnya, ia mulai menyalakan mesin mobilnya dan seketika melaju secara tidak santai.

Di tengah jalan raya, Chanyeol menyetir tanpa fokus, semua keadaan jalan raya dihiraukan. Detik ini pun pikirannya menjadi kalut, sesekali ia memukul setir mobil dengan napas yang tidak teratur. Sampai akhirnya Chanyeol tak menyadari jika seorang gadis sedang menyeberang di sana. Diinjak lah rem secara mendadak sampai ban dan aspal jalanan berbunyi ngilu.

Ah, hampir saja. Hampir saja ia memulai masalah baru.

Untuk sesaat Chanyeol berusaha menenangkan dirinya sendiri, lalu segera keluar dari dalam mobil.

"Gwaenchanayo?" tanya Chanyeol khawatir. (Gwaenchanayo : kau baik-baik saja)

Gadis itu merintih, memegangi satu kakinya seraya terkilir ulah silaunya lampu mobil Chanyeol yang membuatnya terjatuh lemah.

Chanyeol sedikit kesulitan melirik wajah gadis itu dengan jelas karena tertutup sempurna oleh helaian rambutnya.

"Gwaenchana?" tanya Chanyeol sekali lagi, sampai akhirnya ia menepuk bahu gadis itu penuh hati-hati.

"Yaa!" Intonasi suara gadis itu nyaris menjerit melebihi toa masjid, ia menyibakkan rambutnya ke belakang beriring dengan sentakan tubuhnya untuk tegak, matanya berusaha memandang sinis lelaki yang saat ini masih memegangi pundaknya. (Yaa : heh)

Chanyeol tersentak mundur ulah suara itu.

Kini, mata mereka saling bertemu, tak selang seperkian detik keduanya saling membulatkan mata nyaris sempurna.

"Kau?" Jari telunjuk Chanyeol terangkat ke udara yang terarah pada gadis itu.

Tatapan Rose berubah menjadi halus, ia kembali menelan ludahnya yang sempat tertunda. Suasana menjadi hening layaknya tv yang baru saja dimatikan. Redup, kosong, tidak bisa berpikir, itu yang ada dalam bayangan Rose.

The Beginning | • Jenkai •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang