27 | forgotten

4.2K 230 62
                                    

[Saran: supaya mendalami peran dalam tulisan ini klik header di atas, otomatis musik berputar]

Happy reading 💜

*****

Ambulans telah tiba di rumah sakit.

Para perawat berlarian menyambut bed pasien, lalu mendorongnya ke ruang penanganan. Jennie mengikuti para perawat yang tergesa-gesa mendorong bed pasien Jongin itu.

"Kim Jongin. Jebal." Sambil menangis, suara Jennie bergetar bukan main. (Kumohon)

Usai sampai ke dalam ruangan, Jennie ditahan oleh beberapa perawat. Penanganan ini tidak umum selain dokter dan perawat di dalamnya, meski Jennie sempat menerobos masuk, akhirnya tetap saja ia tidak bisa masuk sampai pintu tertutup rapat.

Jennie semakin menangis. Ia membenturkan tangannya ke dinding putih yang pucat. Resah gelisah terus melintas.

Jisoo hanya memberikan tepukan pelan di pundak Jennie, berharap sentuhan ini mendamaikan pikirannya.

******

Pasca operasi, Jennie duduk di dalam ruangan berdominasi serba putih, tepatnya  di samping  Jongin.

Jennie menatap kosong keadaan Jongin. Tubuhnya terlentang tak berdaya dengan kondisi mata yang masih terpejam, napasnya dihirup lewat selang oksigen,  sementara cairan infus terus menetes di tempatnya dan lagi perban tebal mengelilingi kepalanya.

Gadis itu meraih satu tangan Jongin yang terasa dingin. Seketika air mata Jennie mulai mengalir sampai-sampai menetes ke tangan Jongin. Jennie menunduk tak kuat, hingga membuat air matanya keluar lebih banyak.

Jennie mendaratkan tangan Jongin di depan mulutnya. Dengan tulus, ia mengecup tangan Jongin dan semakin terisak pula ia di sela tangisnya.

"Mi-mian. Mianhae. Jongin-ah." Suaranya pecah, ia terus menangis. (Maaf)

Jeda beberapa detik, ia mengatur napasnya. "Jebal, bangunlah Kim Jongin." Selanjutnya ia tidak bisa berbicara lagi karena semakin tak bisa mengontrol isak tangisnya, Jennie menempelkan tangan Jongin di dahinya, ia terus menjatuhkan banyak air mata. (Kumohon)

Di perbatasan dinding berkaca, Jisoo terus memperhatikan Jennie menangis tersedu-sedu. Tetes demi tetes pun ikut mengalir di pipinya. Lagi lagi masalah yang dihadapi oleh Jennie semakin berlipat ganda.

******

Satu minggu kemudian.

Setelah menanyakan ruang pasien pada resepsion, Chaeyoung berjalan menyusuri lorong rumah sakit.

Nomor urut ruangan telah terpampang. Ketika ingin masuk, seseorang keluar dari balik pintu. Chanyeol. Ia berhenti melangkah ketika berpapasan dengan gadis itu. Canggung telah menyelimuti suasana keduanya.

"Kau..." ucap Chaeyoung gugup.

"Eoh?" jawab Chanyeol cepat-cepat.

"Kau menghalangi pintu," tambah Chaeyoung.

Chanyeol melebarkan mata, menoleh ke balik pundak. Tepat di depan pintu, ia berdiri menghadap Chaeyoung. Lelaki itu segera minggir.

"Di mana Jennie?" tanya Chanyeol saat Chaeyoung mulai berjalan selangkah.

"Sebentar lagi ia akan datang," jawab Chaeyoung tanpa menoleh.

Tatapan Chanyeol turun ke bawah, menatap parsel buah yang digenggam oleh gadis itu. Ia pun tertawa sedikit, lantas membuat Chaeyoung menoleh bingung.

The Beginning | • Jenkai •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang