Ponsel Jongin terjatuh—setelah mendengar kalimat yang terlontar dari seorang wanita.
Jongin menatap lurus horizontal, dengan mata yang nyaris menumpahkan air mata.
Kalimat yang terdengar barusan kurang lebih seperti...
"Seharian Jennie tidak pulang ke apartemen, dan seseorang mengirimkan foto Jennie dengan tangan yang diikat dan mulut yang dibekap."
Paniknya bukan main. Jongin berlari kencang sekuat tenaga, untuk menghampiri Jisoo yang barusan meneleponnya.
******
Jongin menggedor-gedor pintu yang ditinggali oleh Blackpink.
Tak selang beberapa menit, Jisoo keluar dari dalam dengan mata yang bengkak dan pipi yang dibanjiri bulir air mata.
"Mengapa bisa terjadi?" tanya Jongin cepat-cepat.
Jisoo menggeleng. "Aku pun tak paham."
"Biar ku telepon orang itu." Telapak tangan Jongin mengapung di hadapan Jisoo.
Cepat-cepat Jisoo memberikan ponselnya.
Setelah menekan nomor tak dikenal, nada sambung mulai terdengar, lalu seorang lelaki bernada sangar mulai berbicara.
"Siapa kau?" tanya Jongin.
"Ah, Kim Jongin."
"YAA! DI MANA JENNIE?" teriak Jongin tak sabar, mulutnya gemetar bukan main. Emosinya tidak terkontrol bak gejolak api bertumpahan.
"Jongin-ah, tolong." Jennie meringis, suaranya pecah.
Sementara lelaki bernada sangar di sana hanya tertawa lepas.
Mendengar itu, sebelah tangan Jongin mengepal sangat erat, jika seseorang itu berada di hadapannya mungkin sudah ia terjunkan dari gedung-gedung pencakar langit.
Nada sambung terputus.
Napas Jongin semakin mendengus cepat.
Satu pesan diterima. Lelaki itu mengirimkan lokasi keberadaannya saat ini.
"Kau hanya perlu menunggu kabar kami, akan kupastikan Jennie baik-baik saja." Sebelum Jongin berlari, terlebih dahulu ia menepuk halus pundak Jisoo.
*****
Gedung kosong nan lusuh terpampang di pandangan Jongin. Langkah demi langkah mulai melaju, menuju tempat Jennie disembunyikan.
Perlahan Jongin masuk ke dalam salah satu ruangan, matanya mendelik penuh hati-hati.
Sekian menit mencari, akhirnya ketemu.
Benar. Jennie sedang dibekap dengan kaki dan tangan yang diikat kuat.
Di ambang pintu, Jongin menatap tajam lelaki berjaket kulit di samping Jennie.
Lelaki itu bertepuk tangan beriring dengan senyuman menyungging tersimpul di bibirnya. Ia berjalan santai, mendekati Jongin yang masih menatap enggan pada lelaki itu.
"Neo, nuguya?" teriak Jongin, ketika si penculik sudah berdiri berhadapan dengannya. (Kamu, siapa?)
Lagi lagi ia hanya menyunggingkan senyum sambil menunduk. "Karena kau, pekerjaanku hilang." Kembali ia menatap serius bola mata Jongin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning | • Jenkai •
FanficCemburu dalam sebuah hubungan itu hal paling biasa, namun bagaimana jika Jongin melakukannya demi sebuah karir dan menyangkut nama besar agensi? Januari, 2019