24 | things

1.4K 156 18
                                    

Di sepanjang seokchon lake―beberapa kelopak bunga sakura berjatuhan cukup banyak.

Jennie duduk merenung seorang diri di kursi beton yang tersedia di taman ini. Pikiran kusut selalu hadir dalam otaknya―meski Jennie selalu menghindari keadaan, nyatanya yang dihindari semakin menerkam erat, seolah ini memang harus dituntaskan.

Jennie menunduk, mengeluarkan napas lewat mulut. Sedetik kemudian, wajahnya kembali terangkat―menatap bocah kecil bersepeda di depannya.

Menjadi anak kecil setiap hari sepertinya akan lebih indah. Senyum melengkung tampak samar di bibirnya.

"Mwo haseyo?" (Sedang apa kau?)

Setengah terkejut, Jennie langsung menoleh ke belakang.

Jongin tersenyum, melangkah menghampiri Jennie dan duduk di sampingnya.

"Aku bertanya," tagih Jongin.

Tersadar dari lamunan, bola mata Jennie berkedip-kedip. "Ye?" (Ya?)

"Gwaenchana?" tanya Jongin menyelidiki raut wajah gadis itu. (Kau baik-baik saja?)

"Eoh," gumam Jennie setengah melamun menatap ke depan.

"Geojitmal hajimara." Terdengar suara merajuk dari mulut lelaki berparas seksi itu. (Jangan bohong)

Jennie menunduk. "Aku hanya merindukanmu." Tanpa menoleh pada Jongin.

"Hyunsuk-nim," jawab Jongin tetap memperhatikan Jennie.

Jennie tersentak menoleh bingung. "Mwo?" (Apa?)

"Maksudmu, kau merindukan Hyunsuk-nim?" tanya Jongin meski ragu membuka pembahasan ini.

Jennie kembali menatap pahanya yang dilapisi jeans navy. Lalu, tersenyum hambar. "Memangnya kau tak merindukanku?"

Jennie mengeluarkan napasnya sebentar, "padahal aku menghilang cukup lam--"

Belum usai bicara, namun sentuhan bibir kenyal lelaki itu membungkam mulut Jennie.

Bola mata Jennie melotot kaget―merespons kecupan yang menyosor secara tiba-tiba ini. Dirasakannya embusan napas Jongin yang tak berjarak dari wajahnya.

Pun kecupan itu terlepas selang beberapa detik atau menit, ketika keduanya merasa kewalahan dalam bernapas.

Perlahan, Jongin menjauhkan sedikit wajahnya dari Jennie, menatapnya lekat. "Aku merindukanmu."

Hening.

Tak tersisa ucapan lagi dari keduanya. Hanya terdengar suara pepohonan yang berderik ulah semilir angin. Itu pun terlampau pelan.

Hanya degup jantung masing-masing yang terdengar begitu jelas. Bahkan Jennie sendiri merasa menggila kala mendengar dua kalimat itu depan wajahnya yang berjarak beberapa sentimeter.

******

******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Beginning | • Jenkai •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang