Albar menghembuskan nafasnya. Hampir satu jam lebih ia menghabiskan waktu jam kosongnya untuk membaca buku Biologi semester dua. Eits! Jangan mengira bahwa Albar adalah tipe-tipe anak kutu buku atau bahasa kasarnya Nerd. Walaupun hobinya membaca, ia lebih banyak tidur dari pada membaca.
Sekarang ia kelas 11 dan masuk jurusan IPA 1. Kelas di mana anak-anak rajin berkumpul. Sayangnya Albar tidak begitu menyukai dalam kelasnya. Ia lebih sering menyendiri dan tidak mau bergaul sama sekali, bisa dikatakan ia sulit menerima orang untuk sekedar berteman.
Parah? Banget! Untungnya Albar ganteng, jadi masih banyak yang terus mendekatinya. Jika saja tidak, mungkin Albar benar-benar di asingkan. Bagaimana tidak? Sifatnya yang dingin serta acuh tak acuh membuat orang harus bersabar ketika mencoba untuk berkomunikasi dengannya. Harus penuh ekstra kesabaran dan hati-hati tentunya. Takut salah bicara, bisa-bisa langsung dibuat salah urat olehnya.
Albar most wanted di sekolahnya. Tapi ia tidak peduli dengan gelar itu, pangeran sekolah? Omong kosong macam apa itu. Dia lebih suka di bilang bajingan dari pada pangeran sekolah. Tapi Albar lebih memilih tidak mempedulikannya dan menjalani hidup seperti keinginannya.
Tidak mau mendengar ocehan para gadis di sekolahnya, Albar menyumpal telinganya dengan headset. Tak lupa ia menyalakan lagu kesukaannya yaitu The Weeknd - Earned it.
Sembari melangkahkan kakinya, Albar melihat gadis-gadis dari depan kelasnya masing-masing mulai berkomat-kamit. Entah apa yang dibicarakan, toh Albar tak mendengarnya.Langkahnya refleks berhenti ketika seorang gadis dari samping entah muncul dari mana menabraknya begitu keras. Dan anehnya, Albar tak berpindah posisi sama sekali. Ia masih terdiam di tempatnya, sedangkan gadis itu sudah tersungkur dengan gaya yang benar-benar tidak cantik. Bisa dibilang terjerembab peluk tanah:v
Gadis itu mendongak dan mendapati dirinya yang masih terdiam tanpa ekspresi. Tentunya selalu begitu setiap harinya, hanya saja di jelaskan sedikit agar kalian tahu bahwa Albar selalu tanpa ekspresi.
Percayalah, gadis itu langsung terpesona ketika melihat ciptaan tuhan yang tengah berdiri di depannya tanpa ekspresi. Dengan gaya coolnya, lelaki di depannya begitu tampan dan tampak sangat sempurna. Mata yang tidak terlalu sipit, hidung mancung, alis tebal, kulit mulus, tinggi semampai, astaga....nikmat mana lagi yang kau dustakan.
"Gantengnya," ujar gadis tersebut tanpa sadar membuat Albar berdecih pelan lalu melangkahkan kakinya tanpa memberi bantuan sedikit saja pada gadis malang tersebut. Tersadar, ia langsung bangkit menatap kepergian lelaki yang membuatnya terhipnotis untuk beberapa saat yang lalu.
"Itu siapa ya namanya?" Gumamnya kini sembari membersihkan tanah yang menempel pada tangan serta rok abu-nya. Tak lama temannya yang mencari gadis itu sedari tadi langsung menangkapnya dari belakang.
"Kena lo! Mau lari lagi hm?!" Tanyanya sembari mencengkram bahu gadis itu erat-erat.
"Enggak kok," balasnya yang masih terbawa suasana.
"Balikin make up gue!" Tuturnya sembari berkacak pinggang. Nama teman gadis itu Serilya, atau lebih akrabnya dipanggil Seril.
"Nih," ucapnya sembari menyerahkan make up yang tak lama di curinya dari Seril. Niatnya tadi hanya ingin mengusili Seril, namun ia malah di pikat pesona lelaki yang tak lama bertemu dengannya.
"Lo kenapa dah, Jen?" Tanya Seril bingung dengan wajah gadis bernama Kazena Rosa atau lebih akrabnya dipanggil Kajen.
"Tadi gue ketemu cowok, ganteng banget. Nggak pernah liat gue," ungkapnya sembari melipat kedua tangannya di depan dada dengan pikiran yang masih mengarah kejadian sebelumnya.
"Cowok? Siapa?"
"Ya mana gue tahu, ucok!" Balas Kajen kesal.
"Ya lo harus tahu lah, Toni!" Balas Seril tak kalah kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
24/7 (SELESAI)
JugendliteraturSudah di terbitkan oleh penerbit Rainbookpublishing (FOLLOW SEBELUM BACA!) TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) Rank #1 remaja 02/11/2019 (Series stories of Gibadesta Family) (Bisa di baca terpisah) Namanya Albar Gibades...