•• 13 ••

335K 23.7K 697
                                    

Sesampainya di rumah besar nan mewah siapa lagi pemiliknya kalau bukan Alfano Gibadesta ayah dari Albar. Perlahan motor Albar memasuki pekarangan rumah, Albar masih membawa motornya karna sepulang sekolah ia langsung mampir ke apartment.

Kajen menatap sekeliling cukup takjub, apalagi banyaknya tanaman hias yang sanggup memanjakan matanya. Albar memegang tangan Kajen, sayangnya Kajen terlalu terhipnotis pada taman rumah Albar.

Tak ada respon dari Kajen membuat Albar bersuara, "Kazena," panggilnya.

"Hm," jawab Kajen masih menatap bunga berwarna kuning yang berjajar mengelilingi pohon besar yang entah pohon apa itu.

"Udah sampe," ucap Albar.

"Iyaiya," jawabnya lalu turun dari motor, matanya yang masih fokus pada bunga tulip tersebut membuat Albar menghela nafasnya pelan.

"Sampai kapan lo liatin tuh bunga?" Tanya Albar sontak Kajen menoleh lalu tertawa kecil.

"Ehehe, abisnya cantik sih kayak gue. Yaudah yuk masuk," ajak Kajen namun Albar tak bereaksi.

"Kenapa diem aja? Ayo!"

"Helm lo," beritahunya membuat Kajen tersadar masih ada yang terpasang di kepalanya. Dengan menyengir. Lalu tangannya bergerak membuka pengaitnya dan akhirnya ia terlepas dari helmnya.

"Kak Albar tarik nafas ya, kalo sakit bilang gue. Biar gue yang gantiin posisi lo, ok?" Ucap Kajen yang hampir saja membuat Albar tertawa kalau saja dirinya tak bisa menahannya. Albar mengangguk mengerti.

"Let's go!" Ucapnya penuh semangat lalu berdiri di belakang Albar sembari memegang tangannya.

"Kenapa gue yang di depan?" Tanya Albar.

"Awal-awal lo dulu lah," ucapnya lalu menyembunyikan wajahnya di belakang tubuh Albar. Tingkah Kajen yang berlebihan hanya dibalas kekehan dari Albar. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju pintu dan segera masuk.

Betapa terkejutnya Kajen saat melihat ruangan tersebut begitu luas dan megah dengan lampu-lampu yang di pasang disetiap sudut. Ok, Kajen memang nora, but ini memang gede banget rumahnya asli.

"Rumah lo gede juga ya," bisik Kajen, dan Albar hanya diam tak menanggapi.

"Mana nyokap lo?" Tanyanya. Albar mengangkat dagunya memberitahu bahwa seorang perempuan yang berjalan ke arah keduanya.

"I-itu.."

Bukannya tatapan tajam atau bahkan wanita berbadan besar dengan wajah angkuh melainkan seorang perempuan yang umurnya terpantau cukup muda dengan senyum manis dan fashion yang sederhana berjalan menuju Albar dan dirinya.

"Eh abang udah dateng, loh kamu bawa siapa ini?" Tanya Asya bingung, Kajen yang semula berada di belakang Albar buru-buru langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Ia tersenyum kaku pada Asya.

"Sa-saya Kazena tante," ucap Kajen memperkenalkan diri. Sepertinya ia sedang di permainkan oleh Albar.

"Jadi ini yang mau kamu bawa ke rumah, cantik juga ya," ledek Asya pada Albar. Dan parahnya Albar tak menampilkan raut apapun.

Maksudnya apaan nih? Batin Kajen bingung.

"Albar laper," ucap Albar to the point. Hal tersebut membuat senyum Asya mengembang. Apalagi saat Albar melangkahkan kakinya santai menuju dapur. Kini tinggal Kajen dan Asya.

"Maklum ya, Albar mirip sama Papanya, dingin-cuek. Ehehe," ucap Asya memberitahu, Kazena mengangguk kaku.

"Ayo kita makan bersama," ajak Kajen sembari tersenyum. Dengan cepat kajen mengangguk.

24/7 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang