Kini keduanya telah sampai di sekolah, Albar sudah tidak akan membiarkan Kajen bersembunyi atau menghindar dari ini. Dia sudah malas bersandiwara, tapi lain dengan Kajen yang sekarang malah menutup wajahnya dengan tas, Albar terdiam sejenak membiarkan gadis itu yang masih terlihat was-was sendiri.
"Lo nggak mau turun?" Tanya Albar buka suara. Kajen memejamkan matanya membayangkan jika dirinya keluar bersama Albar, astaga kenapa sangat menakutkan...
"Lo turun duluan aja deh, Kak. Gue takut," ucap Kajen membuat Albar berdecak.
"Lo bilang di apartment bakal ungkap semua, lo setuju kalau kita ungkap hubungan kita," balas Albar tanpa ekspresi.
"Ya waktu di apartment gue sih sans aja, pas udah di sini keknya lain lagi deh ceritanya. Sumpah ya kak ini tuh lagi rame banget," jelas Kajen mencoba memberi alasan pada Albar.
"Gue pengin kasih tau sesuatu sama lo," ucap albar membuat Kajen menoleh.
"Apa?"
"Hidup itu jangan dengerin apa kata orang, mau orang ngomong apa itu nggak ada kaitannya sama apa yang kita jalanin. Toh kita sendiri yang ngejalanin hidup, bukan minta bantuan mereka." Mendengar itu Kajen tertegun, Albar yang mengucapkan itu tanpa ekspresi membuat pintu hati Kajen di gedor keras-keras. Ya, dirinya memang selalu takut dengan apa yang orang katakan.
"Semua keputusan ada diri lo, gue duluan."
"Tunggu," sela Kajen sembari menahan tangan Albar.
"Gue ikut..ayo kita hadapin dunia bareng-bareng," tutur Kajen lalu Albar tersenyum tipis mendengarnya. Ya, memang ini yang mau ia dengar, bukan perasaan takut dan cemas yang biasa gadis itu keluarkan.
Albar keluar dari mobil dan percayalah, semua murid langsung menatap ke arah Albar seperti biasa memuji ketampanan lelaki itu, bukannya melangkahkan kakinya Albar malah beralih pada pintu sebelah mobilnya, dan kajen yang sudah dag-dig-dug luar biasa hanya bisa menunggu sampai Albar membuka pintu untuknya.
Kini pintu terbuka, menampilkan seorang gadis cantik dengan wajah gusarnya menerima uluran tangan seorang Albar gibadesta. Semua menatap tidak percaya, semua terkejut, semuanya syok parah saat dengan tidak pedulinya Albar melangkahkan kakinya sembari menggandeng tangan gadis itu.
Please Jen...lo harus kuat sampe kelas, jangan pingsan di sini gue mohon.. batin Kajen menguatkan.
"Siapa tuh? Anak mana?" Ucap seseorang mulai berbisik namun terdengar oleh telinga Kajen.
"Itu cewek yang menang nominasi cewek jutek kan? Kazena Rosan? Seriusan tuh?" Sambung menyambung orang mulai membicarakannya. Albar mengeratkan pegangannya lalu Kajen mendongak dan Albar seperti memberi isyarat padanya untuk tetap tebal telinga.
Dah gue udah nggak peduli...bodo amatttt ucap Kajen lalu mempercepat langkahnya.
...
"Dellll...lo kok diem aja sih? Lo nggak syok atau apa gitu? Ini Albar loh Del? Sumpah lo nggak cemburu?" Tanya Senja merentetkan berbagai macam pertanyaan tentang berita pagi ini. Sedangkan Dela hanya diam saja sedari tadi tidak merespon apapun membuat ketiga temannya gemas.
"Del..." panggil Fira untuk yang kesekian kalinya. Dela yang geram langsung mendongak.
"Apaan sih? Udah gue lagi belajar," jawab Dela akhirnya.
"Itu gimana soal hubungan si Kazena sama Albar? Lo tahu nggak?" Tanya Dinda masih membahas. Dela mendengus kesal lalu menatap ketiga temannya.
"Yaudahlah biarin, Albar tuh udah pacaran lama sama adik kelas itu," ucap Dela memberitahu. Ketiganya menatap Dela tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
24/7 (SELESAI)
Teen FictionSudah di terbitkan oleh penerbit Rainbookpublishing (FOLLOW SEBELUM BACA!) TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) Rank #1 remaja 02/11/2019 (Series stories of Gibadesta Family) (Bisa di baca terpisah) Namanya Albar Gibades...