Kak Daniel
Cepet balik!Membaca pesan tersebut membuat Kajen terkejut tentunya, namun ia berusaha untuk tetap terlihat biasa saja. Ia takut ada hal buruk terjadi. Saat sudah mendekati rumahnya, Kajen menepuk bahu Albar.
"Udah sampe sini aja," ucapnya sontak membuat Albar rem mendadak, untuknya jalanan komplek Kajen sepi jadi tidak apa-apa.
"Rumah lo di pos?" Tanya Albar entah apa maksudnya. Kajen menggeleng, yakali rumahnya di tempat pos satpam. Ada-ada saja cowok ganteng satu ini.
"Enggaklah," jawab Kajen sembari tertawa.
"Yaudah, tunjukin rumah lo di mana," tutur Albar dengan raut serius. Hal tersebut membuat pergerakan Kajen terhenti. Entahlah, ada rasa meletup-letup di dadanya.
"Sampe sini aja," ujar Kajen pelan sembari melepas seatbelt nya.
"Kenapa?" Tanya Albar sembari menoleh.
"Nggak apa-apa. Gue duluan, makasih udah di anter," ujar Kajen hendak membuka pintu namun terurung karna ucapan Albar.
"Lo jadi putusin David, kan?" Tanya Albar dengan nada ganjal. Ia sendiri tidak tahu mengapa mengatakan hal tersebut. Tetapi sudah terlanjur yasudah. Kajen menghela nafasnya lalu tersenyum tipis pada Albar.
"Itu hak gue," balasnya lalu keluar mobil begitu saja dan melarikan diri. Setelah Kajen melangkahkan kakinya dengan segera Albar memarkirkan mobilnya di pinggir lalu diam-diam ia mengikuti Kajen dari belakang. Tentunya tanpa sepengetahuan gadis itu.
Kajen berlari secepatnya sampai di depan rumah ia terkejut saat melihat mobil ayahnya. Pasti sesuatu terjadi, dengan cepat Kajen masuk ke dalam rumah. Sedangkan Albar yang sudah mengetahui rumah Kajen hanya menghela nafasnya pelan, pasti sesuatu terjadi di rumah gadis itu. Maka Albar tidak mau ikut campur.
Dengan perlahan ia membalikkan tubuhnya. Setidaknya ia sudah mengetahui rumah gadis itu.
...
Saat memasuki rumahnya, betapa terkejutnya Kajen saat melihat kakaknya babak belur, dengan cepat Kajen menghampiri Daniel. Saat hendak memegang Daniel, Daniel langsung mendorong Kajen.
"Kak-"
"Ngapain aja lo dari tadi?! Gue suruh cepet ya cepet!" Ujar Daniel dengan nada tinggi. Kajen menunduk pasrah,
"Liat tuh bokap lo! Bawa jalang lagi ke rumah, seharusnya lo bantu gue bunuh dua orang itu," pekik Daniel membuat sebulir air mata Kajen turun, lalu memeluk Daniel erat-erat. Daniel sempat mengelak, namun Kajen tetap berusaha mendekapnya.
"Demi tuhan, bunda pasti sedih liat kakak kayak gini, Kazena mohon tenang kak-"
"BERISIK LO!" potong Daniel lalu mendorong Kajen sampai ia terhempas kebelakang dan parahnya tangannya tergores beling-beling yang disebabkan bertengkarnya Ayahnya dan Daniel. Darah mengalir dari tangan Kajen.
"Kak, Kazena mohon," ucapnya sembari menangis.
"Gue nyuruh lo cepet balik itu buat bantuin gue bunuh dua orang itu. Bukan di ceramahin, lo nggak berguna jadi adek! Pergi sono!" Daniel bangkit lalu menggedor pintu kamar Devan ayahnya.
"BUKA LO BAJINGAN! MATI LO!" pekik Daniel keras-keras. Dengan cepat Kajen memeluk Daniel dari belakang. Sayangnya Kajen terlalu lemah untuk menahan Daniel yang tenaganya adalah seorang lelaki.
Saat pintu terbuka Daniel langsung tergeletak karna pukulan keras dari Davier menggunakan tongkat. Melihat itu sontak Kajen terkejut lalu menghampiri Daniel yang sudah tidak sadarkan diri.
"Ka-kak Daniel...kak! Bangun kak!" Pekik Kajen histeris.
"Biarin saja kakakmu, Kazena! Dia udah gila, papa udah panggilin ambulan buat bawa kakakmu ke RSJ," ujar Davier lalu menciumi gadis di sampingnya. Kajen mengusap wajahnya kasar lalu menatap ayahnya tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
24/7 (SELESAI)
Roman pour AdolescentsSudah di terbitkan oleh penerbit Rainbookpublishing (FOLLOW SEBELUM BACA!) TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) Rank #1 remaja 02/11/2019 (Series stories of Gibadesta Family) (Bisa di baca terpisah) Namanya Albar Gibades...