°° 29 °°

335K 20.1K 3.7K
                                    

Sekarang sudah pukul 07 malam, keluarga Gibadesta berkumpul di ruang makan untuk makan malam. Ya hanya Fano yang tidak ada. Sibuk dengan makanan masing-masing, akhirnya ada yang bersuara setelah sekian lama hening.

"Ini lagi pada marahan semua ya? Kok pada diem aja sih?!" Itu suara Jessie, anak terakhir dari 3 bersaudara ini. Sontak semuanya mendongak dan menoleh ke samping bingung dengan penuturan Jessie.

"Enggak kok, abang mah sans aja," sahuti Rean dengan santai lalu menyenderkana punggungnya ke belakang kursi. Kini tatapan Jessie beralih pada ibu dan kakaknya yang kedua yang terlihat tidak bersahabat, seperti ada permasalahan. Hal tersebut memancing pertanyaan untuk Jessie.

"Mama sama Bang Albar ya yang lagi marahan?" Refleks Asya membuang mukanya ke arah lain. Ya, bisa di katakan Asya memang masih kesal dengan Albar, entahlah, melihat Albar membuatnya emosi. Sedangkan Albar hanya memakan makanannya cuek, Kajen terdiam melihat sikap keluarga satu ini yang lumayan unik.

"Mama, jangan diem-dieman dong sama Abang. Walaupun abang nyebelin, tapi Jessie nggak suka liatnya," tutur Jessie sedih. Refleks Asya menoleh ke anak tercantiknya.

"Mama tuh lagi kesel sayang, abang bikin mama kesel," jelas Asya membuat albar mendengus pelan.

"Bukannya abang anak kesayangan mama?"

"Kamu anak kesayangan mama," sela Asya lalu mendelik kearah Albar.

"Kok-"

"Udahlah Jess, mama tuh lagi hamil makanya sensian mulu," celetuk Albar membuat semuanya terkejut apalagi Rean yang emang alay lebay menyebalkan.

"WHAT?! NGGAK SALAH DENGER GUE?!" tanyanya histeris.

"Bang Albar ngarang!" Pekik Jessie. Sedangkan Asya mukanya langsung merah padam.

"Ih seriusan bang! AHHHHH JESSIE JADI MBAK!" seketika semuanya tertawa termasuk Kajen, mendengar itu Albar menoleh melihat pahatan cantik di bibir gadis itu.

"Jualan jamu lu di panggil 'mbak', Jes." Itu suara Rean sembari tertawa ngakak, Asya dengan segera memukul bahu Rean.

"Shht,udah. Intinya kalian harus rahasiain dari papa ya," ucap Asya sembari tersenyum tipis.

"Dih dih! Emang beneran hamil ma?"tanya Rean, dengan cepat Asya mengangguk.

"Yeay! Jessie jadi mbak," ucap anak terakhirnya sedangkan Asya hanya menggeleng.

"Emang mama udah periksa? Perasaan mama nggak kemana mana deh," ucap Rean sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Mama cuma liat tanda tanda kehamilan di google, dan sebagian tanda-tandanya benar. Berarti mama hamil," terang Asya membuat semuanya menatap tidak percaya.

"Yang bagus itu di bidan langsung, Ma. Google nggak semuanya be-"

"Berisik udah ah! Suka-suka mama!" Potong Asya membuat Kajen tersenyum tipis melihat tingkah Asya. Ya, pastinya mama Asya hamil, itu sih insting Kajen mewakili.

"Diem aja," ucap Albar sembari menyenggol lengan Kajen. Kajen refleks terkejut dan kini semua pandangan beralih padanya.

"Iya nih dari tadi Kazena diem aja," cibir Asya bercanda.

"Ngomong aja, kata-katain Albar juga nggak apa-apa, ikhlas gue dengernya." Ucapan Rean membuat Albar mendelik tajam.

"Hm...Mbak ini masih sekolah?" Tanya Jessie mulai buka suara.

"Jess, bisa nggak ganti embel-embelnya, kita orang jawa aja bukan," ucap Rean risih.

"Berisik abang mah! Suka-suka Jessie. Jessienya maunya mbak, emang kenapa?!"

24/7 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang