Setelah sampai di apartment, Albar mematikan mesinnya lalu Kajen dengan cepat melepas seatbeltnya.
"Lo berani kan?" Tanya Albar kembali memastikan. Senyum Kajen merekah saat mendengar nada khawatir dari lelaki itu. Ia menggangguk mantap lalu mengangkat ibu jarinya.
"Gue itu biasa sendiri kok! Tenang aja," ucap Kajen.
"Kalo ada yang ngetuk, nggak usah di bukain," ujar Albar memberitahu. Kajen menyerngitkan dahinya.
"Kalo misalkan yang ngetuk pintu lo gimana? Karna intruksi dari lo, gue jadi nggak ngebukain pintu gara-gara takut." Mendengar itu Albar menghela nafasnya, Kajen memang terlihat jutek atau bahkan menyebalkan, tapi sebenarnya gadis ini terlalu polos untuk menghadapi dunia, termasuk dunia Albar.
"Kan gue bisa nelpon lo dulu ngasih tau kalo gue bakal pulang," jelasnya. Kajen menepuk jidatnya seakan akan baru sadar akan sesuatu.
"Iya juga ya, gimana sih lo kak!" Ucap Kajen malah menyalahkan Albar. Albar hanya memutar bola matanya malas. Lalu Kajen turun dari mobil.
"Dah! Lo hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut." Ucap Kajen, saat ia hendak menutup pintu mobil tiba-tiba saja ia mual. Tidak kuasa menahan, Kajen langsung berlari ke arah semak-semak dan disitu Albar terkejut dan panik tentunya lalu keluar mobil.
"Lo kenapa?" Tanya Albar yang ternyata sudah berada di belakang Kajen. Sontak Kajen mendongak lalu membalikkan tubuhnya.
"Nggak apa-apa gue cuma-" dan ia kembali memuntahkan isi perutnya.
"Pasti ada apa-apa," ucap Albar lalu menarik tangan Kajen untuk ke rumah sakit. Kajen menggeleng keras dan berusaha melepaskan tangan Albar yang mencekal tangannya.
"Eh mau ngapain? Lo-"
"Kita ke rumah sakit," tutur Albar, sontak Kajen menyentakkan tangannya.
"Lo kan mau ke rumah, nggak usah gue nggak apa-apa beneran deh," jelas Kajen.
"Belum periksa kan?" Tanya Albar, dengan polos Kajen mengangguk.
"Setidaknya biar kita tahu lo kenapa, gue takut lo salah makan dan keracunan," tutur Albar lalu menggiring Kajen masuk ke dalam mobil. Kajen mendengus kesal, lalu melipat kedua tangannya.
"Sampe gue nggak apa-apa lo harus kena hukuman!" Ujar Kajen membuat Albar menoleh yang sedang menyetir.
"Gue berharap lo nggak apa-apa. Biarin gue kena hukuman," balas albar yang sanggup membuat Kajen terdiam seribu bahasa. Dan sampai pada saatnya keduanya sampai di rumah sakit.
Saat di periksa betapa terkejutnya Albar saat mendengar penuturan sang Dokter.
"Ibu Kazena tengah mengandung sekarang, dan umur kandungannya masih sangat muda, baru seminggu lebih. Saya harap anda bantu menjaga kesehatan istri anda agar anaknya juga sehat seperti ibunya."
...
"Ini pasti bercanda kan, kak? Ini cuma mimpi, ini nggak nyata." Tuturan Kajen saat di dalam mobil membuat Albar terdiam seribu bahasa. Kenapa harus gadis itu mengalami hal tersebut? Tak lama setetes air mata mengalir melewati pelupuk matanya. Kajen menahan sesak yang amat menyakitkan.
Albar mendengar isakan dari gadis itu, namun dirinya tak mereaksi apapun. Dia saja bahkan syok berat, dia bingung harus apa. Entah mengapa rasanya ia ingin membunuh lelaki yang sudah membuat hidup gadis itu menderita.
Kajen terdiam sejenak, ia rasa sekarang ia tidak bisa lagi bersama Albar. Dia akan membuat lelaki itu terkena masalah, apalagi menyembunyikan gadis yang tengah hamil, bisa jadi Albar akan terkena tuduhan oleh orang yang belum mengetahui faktanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
24/7 (SELESAI)
Novela JuvenilSudah di terbitkan oleh penerbit Rainbookpublishing (FOLLOW SEBELUM BACA!) TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) Rank #1 remaja 02/11/2019 (Series stories of Gibadesta Family) (Bisa di baca terpisah) Namanya Albar Gibades...