°° 24 °°

337K 22.8K 1.9K
                                    

Kajen menahan senyumnya sedari tadi, saat di dalam kamar mandi ia ingin sekali berteriak yang keras. Sangat keras sampai rasa di hatinya hilang. Albar memang lelaki yang sangat menyebalkan, selalu membolak-balikan perasaannya. Terkadang lelaki itu menyebalkan, tapi terkadang juga perilakunya sanggup membuat gadis melayang di buatnya.

Setelah lama berada di kamar mandi, membersihkan diri dan lain sebagainya. Kajen keluar dengan senyum yang masih tercetak di bibirnya. Albar yang melihat itu juga ikut terbawa suasana dan akhirnya tersenyum. Kajen perlahan naik ke atas kasur tanpa menatap Albar, sumpah demi apapun dirinya malu dan masih salah tingkah, tetapi lelaki itu hanya tersenyum dan menjalankan aktivitas biasa saja.

"Hm...gue tidur duluan ya," ucap Kajen buka suara tanpa melihat ke orang yang diajak bicara. Refleks Albar yang tengah merapihkan buku sekolahnya langsung mendongak, alisnya terangkat.

"Bisa emang?" Tanya Albar tanpa ekspresi. Dengan cepat Kajen mengangguk.

"Yaudah," jawab Albar menyudahi. Dan kajen tersenyum tipis, lalu ia mulai menarik selimutnya dan berusaha untuk menghilangkan ketegangannya. Ia ingin membayangkan wajah Albar, mungkin setelahnya ia akan bisa tertidur nyenyak sampai pagi.

....

Pagi harinya, Albar dan Kajen sudah siap dengan seragam sekolahnya dan akan berangkat ke sekolah. Sebelum itu, keduanya melaksanakan sarapan pagi. Albar terdiam saat melihat kajen juga tidak memakan makanannya. Dia seperti tengah memikirkan sesuatu, entah apa itu. Yang jelas, kalau Albar tidak bertanya dirinya tidak akan pernah tahu.

"Mikirin apa?" Mendengar itu refleks Kajen tersadar, lalu menggeleng pelan.

"Enggak kok, eheheh," jawab Kajen lalu mulai melahap makanannya.

"Nggak usah di tutup-tutupin." Kajen terdiam sejenak, ia menelan kata-kata Albar. Lalu menghela nafasnya pelan, Albar sudah menjadi suaminya bukan? Jadi untuk apa ia menutup-nutupi?

"Gue cuma lagi mikirin beberapa bulan ke depan, pasti gue nggak bisa sekolah kayak gini lagi," jujurnya mulai buka topik apa yang membuatnya terdiam dan melamun.

"Kak," panggil Kajen.

"Apa?"

"Ka-kalo orang-orang nanti tahu gue nikah sama lo gimana ya?" Tanya Kajen polos. Sebahagia-bahagianya ia, Kajen masih terus memikirkan bagaimana nasibnya kedepan yang harus ia hadapi.

"Ya mau gimana lagi, mau lo ngumpet juga ujung-ujungnya bakal ketahuan juga. Nggak mungkin kan selamanya kita diem-diem begini," jawab Albar seadanya.

"Tapi-"

"Mending sekarang lo makan, terus kita berangkat," potong Albar cepat. Kajen menghela nafasnya lalu kembali mengatup mulutnya. Akhirnya makan pagi selesai dan keduanya kini sudah berada di dalam mobil.

"Tar turunin gue di depan sekolah ya," tutur Kajen seperti biasa. Albar tidak menjawab hanya diam saja lalu melajukan mobilnya menuju sekolahnya. Selama perjalanan, keduanya sama-sama membisu. Terbius dengan pikiran masing-masing.

Sesampainya di sekolah, bukannya berhenti Albar malah terus melajukan mobilnya sampai masuk ke dalam sekolah dan dan parahnya sampai parkiran. Kajen melotot.

"Kak lo gila ya! Kan gue bilang tadi-"

"Mau sampai kapan kita ngumpet-ngumpet? Nggak lama lagi juga bakal kebongkar," sela Albar lalu mematikan mesin mobilnya. Kajen merendahkan tubuhnya, berusaha untuk tetap bersembunyi.

"Ya-ya...tapi...nggak sekarang juga kali, kalau banyak yang tanya gimana, banyak yang curiga? Gila sumpah ih!"

"Yaudah," jawab Albar hendak keluar namun dengan cepat Kajen menahan tangan albar.

24/7 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang