"Syah, kemarin kamu diajak pak Azka ngapain?" tanya Shela setelah mereka bertiga sampai kantin dan duduk disalah satu bangku paling pojok. Suasana kantin cukup ramai."Emang ngapain? Orang kemarin pak Azka cuman ngasih diaryku kok," jawab Aisyah cepat. Entah kenapa tiba-tiba jantung Aisyah berdetak abnorbal ketika mengingat kejadian kemarin.
"Yehh, gak usah ngegas juga kali." Seloroh Farah kesal mendengar jawaban Aisyah yang terlalu agak kesal.
"Iya, iya maaf. Lagi pengen makan orang aku," sontak ucapan Aisyah membuat kedua temannya memelototi Aisyah.
"Eh, gak ... gak. Maksudnya aku tuh lagi pengen makan soto." Ralat Aisyah cepat. Terlihat sekali bahwa Aisyah tengah marah, namun entah apa sebabnya.
"Kamu lagi marah ya Syah? Gara-gara pertanyaanku?"tanya Shela dengan nada penyesalan.
"Iya, eh tapi bukan gara-gara kamu kok." Jawab Aisyah cepat menenangkan Shela.
"Terus, gara-gara apa?" tanya Farah.
"Biasa, abangku tuh sama adekku. Pagi-pagi juga udah ngumpetin sepatuku, kan gak lucu." Aisyah mulai memberitahu perihal dia marah.
"Terus kamu nangis?" tanya Shela dengan mengamati wajah Aisyah.
"Kok kamu tau sih?" tanya Aisyah dengan cepat mengucek matanya, takut-takut masih ada sisa airmata yang tertinggal.
"Ya iyalah tau, orang dari tadi dikelas tiduran mulu. Untung guru tadi belum masuk." Celetuk Farah.
"Ouh, tapi udah gak ada kan tanda-tandanya?" ucapan konyol Aisyahpun membuat kedua temannya saling berpandangan. Bingung.
"Maksudnya?" Kompak keduanya menanyakan.
"Tanda-tanda aku habis nangis," jawab Aisyah santai.
"Nangis?" Bukan Farah atau Shela yang mengajukan pertanyaan itu.
"Pa ... pak Azka," ucap Aisyah pelan. Tiba-tiba jantungnya hendak loncat keluar dari tempatnya.
Yap, dia adalah Azka. Dia terlihat membawa sepiring nasi goreng dengan teh manis dan tiba-tiba ikut duduk dipinggir Aisyah, mengingat bahwa kursi telah habis dan hanya tersisa satu dan itupun dimeja mereka bertiga, akhirnya Azka ikut gabung dan sekalian untuk memantau Aisyah.
"Tadi siapa yang nangis?" Berbeda dengan Aisyah, kedua temannya malah terlihat biasa-biasa saja.
"Itu tuh Aisyah pak," ucap Shela dan sukses menerima hadiah injakan kaki dari Aisyah.
"Aww ... Syah sakit," Shelapun segera memegang bagian yang terkena injak Aisyah.
"Eh hehehe, gak kok pak." Jawab Aisyah dengan cengiran kudanya dan sukses membuat Azka gemas. Kalau saja ia sudah halal dengan muridnya itu, sudah dipastikan ia sudah mencubit pipi chubby Aisyah.
"Gak papa kali ngaku, ngapain malu. Toh saya juga pernah nangis kok," jawab Azka santai dengan menyantap nasi gorengnya. Sadar dengan melihat nasi goreng guru muda itu, akhirnya mereka bertiga langsung memesan makanan.
"Saya duluan ya," dengan satu piring kosong dan satu gelas kosong Azka segera pamit kepada ketiga anak didiknya.
"Eh iya pak, silahkan." Balas Farah sopan, Shela mengangguk dan tersenyum sedangkan Aisyah hanya menundukkan kepalanya. Jantungnya masih belum terkontrol.
***
Tring ... tring ... tring ...
Bel pulang baru saja berbunyi dihari pertama KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dimulai. Seluruh siswa dan siswi nampak menyeruak keluar dari kelasnya masing-masing, begitupun dengan Aisyah dan kedua sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Halal
Teen Fiction[Akan direvisi setelah tamat] part ada yang keacak. . "Tolong, sampaiin ke orang tua kamu ya, nanti malam ada yang mau ngekhitbah putrinya yang sekolah disini. Nama lelaki yang in syaa Allah nanti malam akan mengkhitbahnya adalah Muhammad Azka Putra...