Part-9 (Akad)

2K 90 7
                                    


Tibalah hari dimana Aisyah akan diakad oleh lelaki impiannya, lelaki yang siap menjadi imamnya, lelaki yang siap membimbingnya hingga menuju JannahNya. Tepat ba'da isya akad akan dilaksanakan dirumah Aisyah dan ini baru jam 17:30, beberapa jam lagi Aisyah akan halal bagi Azka.

Allahu akbar ...
Allahu akbar ...

Tak lamapun suara adzan maghrib mengalun indah, semua orang yang tengah memepersiapkan keperluan untuk akad Aisyah nanti dengan kompak memberhentikan aktivitasnya dan berbondong-bondong mengambil air wudhu, begitupun dengan Aisyah.

Para lelaki sholat berjama'ah dimasjid dekat rumah Aisyah, sedangkan para wanita sholat berjama'ah dimushala rumah Aisyah yang cukup lebar. Mereka melaksanakan sholat dengan khusyu', setelahnya dikanjutkan berdzikir menyebut dan memusi asma Allah.

"Syah, yuk kamu pake gaunnya dulu. Nanti dimake-upnya habis sholat isya," ucap Rumi ---umi Aisyah--- setelah selesai melipat mukenahnya. Yang lainpun sibuk mempersiapkan keperluan yang masih belum terselesaikan.

"Iya umi," jawab Aisyah kemudian mengikuti berjalan ke arah kamarnya.

Dengan jantung yang sudah berdetak abnormal, Aisyah berjalan dengan fikiran yang langsung menuju ke calon imamnya.

"Apakah Azka merasakan hal yang sama dengan dirinya? Apakah Azka juga tidak sabar menunggu dia halal untuknya? Apakah Azka segerogi dia?." Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang menggelayut difikiran Aisyah.

"Syah, nih buruan pake. Nanti tepat habis sholat isya, mbak periasnya mau ke sini." Ucap sang umi dengan memberikan gaun putih panjang dengan banyak kerlap-kerlip sebagai pelengkapnya.

Gaunnya sangat persis seperti yang Aisyah inginkan, panjang tidak terlalu ketat dan tetap syar'i. Dengan segera Aisyah memakai gaun itu ke tubuhnya, terlihat sangat pas dengan postur tubuh Aisyah. Uminyapun terlihat tersenyum manis hingga menitikkan airmata.

"Umi nangis?" Tanya Aisyah bingung melihat uminya meneteskan airmata.

"Umi bahagia, akhirnya putri kecil umi udah mau jadi istri aja. Padahal rasa-rasanya baru kemarin umi gendong kamu Syah," ucap umi dengan menghapus airmatanya. Aisyahpun langsung memeluk umi tercintanya, diapun merasakan senang dan sedih yang bercampur baur. Senang karena tak lama lagi ia akan dihalalkan oleh cinta pertamanya, dan sedih karena harus berpisah dengan keluarnya karena Aisyah harus ikut dengan suaminya.

"Tuh kan, umi nangis jadi Aisyah ikut-ikutan mewek. Hisk ...," Aisyahpun terlihat sesenggukkan menahan tangisnya. Dengan cepat uminya menghapus airmatanya.

"Sttt, udah ah jangan nangis. Umi bahagia kok, nanti kalo kangen juga bisa main ke sini kan." Uminya berusaha menenangkan.

***

Di depan para saksi, Azka terlihat tengah menjabat tangan abi dari calon istrinya. Ia tengah mengucap janji suci untuk menghalalkan bidadari impiannya. Dengan disaksikan para saksi yang terlihat tidak terlalu banyak karena hanya keluarganya dan keluarga Aisyah yang dia undang, Azka mengucap akad.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Putri Aisyah Az-Zahra binti bapak Muhammad Faisal dengan mas kawin tersebut,  tunai ...," dengan sekali tarikan nafas Azka berhasil mengucapkan kalimat sakral itu.

"Bagaimana para saksi? Sah ...?" tanya pak penghulu kepada para saksi.

"SAHH!!" dengan lantang para saksi menjawab. Seketika rapalan hamdalah menyeruak diruangan tersebut. Nampak Azkapun menghela nafas lega, terasa fikirannya seperti telah melepas beban yang membuatnya gerogi.

Cinta HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang