Part-2 (Guru Baru)

2.1K 79 0
                                    

Dipagi yang cerah ini aku harus kembali ke sekolah setelah hampir satu bulan libur kenaikan kelas, dan sekarang aku sudah menjadi kakak kelas, ah rasa-rasanya baru kemarin aku jadi adik kelas tapi sekarang malah sudaj jadi kakak kelas bahkan hampir lulus. Kemungkinan aku hanya 9 bulan berada dikelas tiga itupun hari-hariku akan terisi oleh ujian-ujian menuju UNBK ataupun pengayaan untuk pelajaran yang nantinya akan diujikan. Hufff, kelas 12 memang harus ekstra.

"Kak Syah, berangkatnya sama bang Fariz ya?," ucap umi setelah habis mengunyah sarapannya.

"Gak mau mi, sama abi aja Aisyah berangkatnya," jawabku menolak.

"Abi harus berangkat pagi kak, ini juga abi mau langsung ke kantor ... lagi ada meeting pagi," ucap abi berjalan dari ruang keluarga.

"Yah abi, ya udah lah ..." ucapku pasrah.

"Kenapa gak mau sama abang sih dek?, takut temen-temen kamu naksir ya sama abang," ucap bang Fariz pedenya.

"Idihh apaan dah," balasku dengan raut wajah ingin muntah mendengar ucapannya.

"Yeh, bilang aja iya ... banyak kan yang nanyain tentang abang ke adek," sebenarnya ucapan abangku ini memang benar, sejak dia pertama kalinya mengantarku ke sekolah banyak siswi yang melihatnya dan tak jarang pula aku di introgasi oleh teman-temanku, apalagi si genit Icha!.

"Bodo!," dengusku kesal.

"Amat ...," tambah adikku yang nampaknya berpihak pada abangku.

"Ini mau berantem apa mau makan?," sontak ucapan abipun membuat kami bungkam.

Kemudian kami segera memakan sarapan kami dengan hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling bersautan, tak lama kemudian abi berdiri dari duduknya dan menyalami kami seterusnya mencium kening umi. Hadeuhhhh, lihat sikon atuh umi abi!

***

"Nih bang helmnya, syukron dah nganterin adek," ucapku seraya memberikan helm kepada abangku.

"Waiyyaki adekku ...," balasnya sambil menjawil hidung mancungki.

"Aduh abang!," gerutuku, sedangkan dia hanya terkekeh. Abangku ini ada-ada aja, tadi pagi dia menjahiliku eh sekarang malah sikapnya bersahabat.

"Udah dulu ya dek, abang berangkat dulu, assalamu'alaikum ...," ucapnya seraya menyodorkan tangannya.

"Iya bang, hati-hati ... wa'alaikumussalam," balasku dengan mencium punggung tangannya.

Setelahnya ku langkahkan kakiku memasuki gerbang sekolah, nampak hijab panjangku terkibas oleh angin pagi ini yang cukup dingin menusuk kulit. Sesampainya dikelas, aku langsung menuju bangkuku, dibelakangnya terlihat Farah tengah sibuk dengan buku yang berada ditangannya. Ah pasti dia sedang membaca novel! Alamat dah di cuekin, mana si Shela belum datang lagi.

Farah dan Shela adalah sahabatku sejak aku baru bertama kali masuk ke SMA ini, dan syukurnya selama kenaikan kelas kami selalu satu kelas terus, jadi ya semakin hari semakin lengket deh plus semakin kocak. Farah memiliki hobi yang sama denganku yakni membaca, orangnya juga lucu tapi tidak selucu Shela. Sedangkan sahabatku yang satunya si Shela, dia memiliki hobi yang hampir sama dengan kami yakni menulis dan membaca namun dia lebih condong ke dunia tulis menulis.

"Assalamu'alaikum Farah, kaifa haluk?," ucapku menyapanya.

"Wa'alaikumusslam, alhamdulillah ana bikhoir ...," jawabnya dengan pandangan yang tak teralihkan dari bukunya. Tuh kan!

Cinta HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang