Pagi yang cukup cerah secerah hati Aisyah, dulu yang biasanya berangkat ke sekolah sendirian atau bersama ke dua temannya sekarang berbeda, karena sekarang Aisyah sudah mempunyai bukan hanya sekedar teman berangkat namun juga mempunyai Cinta Halal-nya seorang guru muda idamannya. Rasanya pipi Aisyah nyeri sendiri karena terus-terusan tersenyum mengingat perlakuan Azka yang selalu manis, menurutnya Azka itu pengertian, tidak pernah berkata kasar ataupun menunjukkan emosinya. Azka adalah sosok suami yang lembut, yang lebih memilih menyingkirkan egonya. Tiba-tiba Aisyah teringat kejadian kemarin yang membuatnya tersenyum malu ketika mengingatnya.
Ketika kemarin Aisyah mengunjungi kajian bersama kedua temannya. Aisyah sudah berpesan kepada Azka supaya menjemputnya pukul 16:30, namun Azka menjemputnya bukan pada jam yang istrinya sampaikan melainkan 30 menit setelahnya. Tepat pada pukul 17:00 mobil Azka berhenti didepannya yang tengah duduk didepan bangku masjid yang menjadi tempat kajiannya.
"Assalamu'alaikum humairah, yuk buruan pulang, maaf ya telat jemput." Ucap Azka dengan nada bersalah.
"Wa'alaikumussalam," jawab Aisyah ketus kemudian langsung masuk ke dalam kursi penumpang dibelakang. Azka yang mengetahui istrinya sedang dalam mode ngambek buru-buru menaiki mobilnya dan berniat meminta maaf. Namun bukannya langsung meminta maaf ia malah terus menjalankan mobilnya, dan hal itu membuat Aisyah semakin memanyunkan bibirnya. Aa gak peka! Jeritnya dalam hati.
"Sayang, jangan ngambek dong. Maaf tadi aa ada urusan jadi telat jemputnya." Disela-sela fokusnya menyetir Azka melihat Aisyah dari kaca depan dan terlihat gadis bergamis merah maroon itu nampak tak peduli dengan ucapannya. Azka tak mau menyerah begitu saja.
"Yang bicara dong, dosa lho gak maafin. Allah aja Maha Pemaaf, masa kamu gak sih." Ucap Azka lagi berusaha.
"Ya," jawab Aisyah singkat.
"Ya apa Yang?"
"Dimaafin," jawab Aisyah lagi namun masih dengan nada ketusnya.
"Kok masih manyun gitu sih bibirnya, jadi gemes deh pengen aa makan kamu hehehe." Krik ... krik ... krik. Sungguh suara jangkrik lebih indah dari gurauan garing Azka. Lihatlah Aisyah, tak berkutik sedikitpun.
"Hmmm, ya udah lah kalo kamu mau main diem-dieman. Kita lihat aja siapa yang kalah." Ucap Azka menantang sang istri, sedangkan Aisyah hanya meliriknya dari kaca depan.
"Sungguh malang nasib awak, udah dimanyunin istri, sekarang jadi supir pula. Hadeuhh, aku mah apa atuh hanya remah-remah kerupuk." Kali ini Azka berhasil membuat Aisyah menahan kedutan dibibirnya, hendak tertawa akibat ucapan Azka namun ia tahan karena rasa gengsi yang lebih besar.
Cukup lama mereka saling diam didalam mobil. Nampaknya Aisyah menerima tantangan konyol suaminya. Tiba-tiba mobil berhenti disebuah minimarket.
"Saya mau beli minum sebentar, kamu mau ikut?" Tanya Azka dingin dengan menggunakan bahasa formalnya.
"Gak," jawab Aisyah singkat.
"Ya sudah, hati-hati saja didalam mobil. Karena di sini ada beberapa preman yang berkeliaran." Ucap Azka kembali dan ucapannya berhasil membuat Aisyah takut. Namun gengsi masih mengalahkan rasa takutnya. Ia hanya diam mendengarkan ucapan Azka. Sejurus kemudian Azka langsung meninggalkannya, ia ingin tahu bagaimana reaksi istrinya.
Ini beneran aa mau diemin aku? Kok ucapannya formal banget ya. Aduh kok aku jadi takut sih. Batin Aisyah cemas. Tak lama tiba-tiba melihat dua orang berpakaian acak-acakan layaknya seorang preman. Seketika ia menjadi takut, kalau-kalau ap yang diucapkan Azka benar adanya. Dua orang tersebut dari jauh berjalan menuju mobil Azka membuat Aisyah semakin takut.
Tok ... tok ... tok
Tiba-tiba salah satu dari mereka menyenderkan tubuhnya dimobil Azka sedangkan orang yang satunya entah kemana. Tatkala pandangan Aisyah melihat Azka muncul dari minimarket dengan satu kresek putih ditangannya membuat ia bernafas lega. Ia harus segeram meminta maaf dengan Azka, ia takut, ia menyerah dengan tantangan Azka, ia tidak mau didiami oleh aa gantengnya itu.
Setibanya Azka didekat orang tersebut, Azka tiba-tiba memberi selembar uang dua ribuan yang kemudian Azka berikan kepada orang tersebut. Aisyah terdiam sejenak mencerna hal yang baru saja ia lihat, Aisyah loading ... hingga akhirnya ia menemukan siapa sebenarnya orang itu. Dia adalah tukang parkir!
"Aa, Aisyah minta maaf." Ucap Aisyah setibanya Azka duduk dibangku kemudi. Hati Azka bersorak senang, akhirnya istrinya kembali seperti semula. Mode ngambek off, dan itu membuat Azka ingin kembali melancarkan ide jahilnya.
"Minta maaf kenapa?" Tanya Azka masih dengan muka datarnya, bahkan diapun tidak menengok ke arah Aisyah. Kemudian ia segera menjalankan mobilnya menuju rumah mertuanya.
"Ya pokoknya minta maaf, tadi Aisyah kayak anak kecil." Ucap Aisyah yang kini terlihat bertukar sikap dengan Azka sewaktu Azka menjemputnya. Aisyah terus berbicara sedangkan Azka membalasnya singkat.
"Oh," jawaban singkat Azka semakin membuat Aisyah kesal dan sedih. Tega ih si aa!.
Hingga akhirnya sampailah mereka dirumah terdengar pula adzan maghrib menggema menjadi pertanda berbuka puasa, terlihat rumah masih sepi karena keluarga Aisyah tengah berada dirumah kakak dari umi Aisyah sedanhkan Aisyah dan Azka tak ikut. Namun Azka masih saja mendiami Aisyah, hingga tibalah dikamar Azka masih tetap diam.
"Aa ... jangan gini dong. Maafin Aisyah, janji gak kayak gitu lagi deh." Ucap Aisyah dengan langsung memeluk Azka, Aisyah menumpahkan tangisnya didada bidang suaminya. Azka tak menyangka Aisyah menangis.
"Lho kok nangis?" Tanya Azka yang kini sudah menyudahi aksinya. Senyum dibibirnya mengembang melihat tingkah Aisyah yang menggemaskan.
"Aa ... hisk, di-diemin Aisy. A ... hisk ma ... maafin Aisyah." Aisyah nampak sesenggukan.
"Suttt, udah aa maafin kok. Udah jangan nangis, aa gak mau dilaknat oleh para malaikat karena ngebuat istri kecil aa nangis." Azka mengantupkan kedua tangannya di pipi Aisyah.
"Beneran?" Tanya Aisyah meyakinkan.
"Iya beneran sayangnya aa. Udah jangan nangis, tuh ingusnya sampai keluar." Dasar Azka, istrinya sedang nangis malah masih digoda. Sontak Aisyah langsung menarik baju Azka membuat sang empunya ikut tertarik ke depan, kemudian dilapnya ingus Aisyah dengan baju Azka.
"Ih Aisyah jorok, masa iya baju aa jadi korban ingus kamu." Ucap Azka membuat Aisyah nyengir kuda.
"Maaf," ujar Aisyah dengan masih tersenyum, terdengar suaranya yang bindeng ---efek nangis mungkin.
"Eitss, tapi tetep ada hukumannya lho Yang." Seketika ucapan Azka membuat bibirnya melengkung ke bawah.
"Hukuman?"
"Iya, sini coba ..." Azka kembali menangkup wajah istrinya.
"Ini buat yang tadi ngambek,"
Cup ~
Tiba-tiba Azka mencium ke dua mata Aisyah.
"Ini buat yang tadi cuek,"
Cup~
Selanjutnya ia mencium hidung mungil Aisyah.
"Dan ini buat yang tadi manyun."
Cup~
Terakhir, Azka mengecup bibir ranum Aisyah cukup lama.
"Ih aa, maen sosor aja deh." Gerutu Aisyah setelah Azka menciumi wajahnya. Namun pipinyapun terlihat merona.
"Tapi kamu suka kan? Itu hukuman buat kamu." Jawab Azka sambil tersenyum jahil, Aisyahpun tersenyum dibuatnya.
Cup~
Ketika tengah asik memutar memorinya mengingat kejadian kemarin. Aisyah dikejutkan oleh kecupan singkat dipipi kanannya, bisa ditebak itu Azka.
"Aa, jail banget sih." Gerutunya membuat Azka tersenyum.
"Lagi ngelamunin apa sih cantik? Nanti telat lho." Ujar Azka sembari menoel dagu Aisyah.
"Gak, siapa yang ngelamun coba." Elak Aisyah.
"Kamu gak bisa boong Syah kalo didepan aa. Kamu pasti lagi ngelamunin suamimu yang ganteng ini kan." Ucap Azka pede dengan menaik turunkan alisnya.
"Pede amat!" Balas Aisyah sembari memukul pelan pipi Azka, selanjutnya ia segera masuk ke dalam mobil Azka untuk segera berangkat sekolah.
"Aa ayo buruan. Nanti telat!" Ucap Aisyah dari dalam mobil.
"Iya Aisyahnya Azka." Jawab Azka sembari berjalan ke arah mobilnya. Senyumanpun menghiasi wajahnya.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Halal
Fiksi Remaja[Akan direvisi setelah tamat] part ada yang keacak. . "Tolong, sampaiin ke orang tua kamu ya, nanti malam ada yang mau ngekhitbah putrinya yang sekolah disini. Nama lelaki yang in syaa Allah nanti malam akan mengkhitbahnya adalah Muhammad Azka Putra...