6. Perpustakaan

3.1K 353 4
                                    

James duduk di kamarnya, bertanya-tanya mengapa dia memberi anak itu buku harian istrinya. Melihat buku harian itu, dengan barang-barang lainnya di bagian dasar kotak, rasanya seperti memiliki Lily bersamanya. Itulah alasan dia memberikan buku itu kepada Harry. Lily pasti ingin buku itu dimilikinya. Hanya itu buku harian terakhir milik Lily, yang memberi tahu Harry betapa Lily sangat mencintainya.

Buku harian Lily yang lain dari tahun pertama hingga ketujuh tersimpan dengan aman di dalam kotak. Dia tidak tahan membacanya setelah menerima serangan emosional dari foto-foto dan barang-barang Lily dan Harry.

Dia mencoba fokus pada rencana pelajaran untuk murid-murid tahun pertama, tetapi sepertinya ia dipenuhi banyak pikiran. Dia tidak bisa tetap fokus. Dia berusaha sekuat tenaga, namun tidak bisa.

Mendesah gusar, James membanting pena bulunya dan menyandar ke kursinya. Dia mengusap rambutnya dengan frustrasi. Mengapa dia tidak bisa mengeluarkan anak itu dari kepalanya?

Matanya yang lelah menatap ke arah tempat tidur. Mungkin baru sekitar pukul enam atau tujuh malam, namun tempat tidur tampak begitu nyaman saat ini. Menyerah, James berdiri dan menjatuhkan diri ke tempat tidur.

Dia tertidur sebelum menghembuskan napas keempat.

***

Selama beberapa hari berikutnya, Harry belum melihat James Potter untuk berterima kasih kepadanya atas buku harian ibunya. Dia belum membacanya sama sekali. Tampaknya terlalu berharga untuk dibaca. Dia akan membacanya, tetapi hanya setelah dia memastikan bahwa ayahnya memang bermaksud untuk memberi buku harian itu padanya.

Pagi itu adalah minggu keempat menuju musim panas ketika Harry melihat ayahnya sendirian. Dia berjalan memasuki dapur untuk sarapan dan berhenti sejenak saat dia melihat pria itu sudah duduk di meja dengan perkamen-perkamen di sekelilingnya. Dia sedang menulis sesuatu di perkamen.

Perlahan Harry berjalan maju. Ayahnya sepertinya tidak menyadari dia ada di ruangan itu. Senang bisa melihat ayahnya bekerja tanpa ketegangan dan kecanggungan di ruangan itu, Harry duduk tepat di seberang ayahnya dengan mangkuk, sendok, dan sekotak sereal Muggle.

***

Sirius Black berjalan mengantuk memasuki dapur, tetapi rasa kantuknya menghilang saat dia melihat Harry sedang duduk di meja makan, sarapan bersama James yang sedang asyik pada pekerjaan di depannya. Inilah yang seharusnya. Ayah dan anak duduk dengan tenang saling berhadapan, lalu sang ibu akan datang sebentar lagi. Sirius setengah berharap Lily akan datang. Dia menghela napas dengan sedih saat dia ingat itu tidak akan pernah terjadi.

Sirius kemudian ingat apa yang Remus katakan padanya setelah James pergi tidur di waktu rapat terakhir Orde.

Setelah James meninggalkan ruangan, Remus duduk di kursinya yang kosong, terlihat cukup serius. "Mengapa kalian berdua begitu keras padanya?" tanyanya mengabaikan anggota Orde lain yang bangkit dan pergi.

"Keras pada siapa?" tanya Sirius dengan polos, namun dia punya gagasan garis besar tentang siapa yang dibicarakan.

"Kau tahu siapa yang kubicarakan, Sirius. Harry membutuhkan kita sama seperti kita membutuhkannya. Demi Merlin, lihatlah dia! Dia kesepian. Sedih karena kau dan James mengabaikannya. Dia masuk ke dunia di mana dia bisa mengenal kita dan kita bisa mengenalnya, tetapi kau dan James mengabaikannya habis-habisan. Jika kau benar-benar menatapnya, kau mungkin melihat sesuatu yang akan menolong, bukan yang menyakiti kita. Dia hanya seorang anak, Sirius. Anak yang kebingungan dan terluka. Bisakah kalian berdua bersedia membantu menyembuhkannya? Aku yakin dia siap menyembuhkan kalian berdua, jika kalian membiarkannya."

Dimension Father | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang