25. Kelas PTIH

2K 204 1
                                    

"Aku senang melihat kau baik-baik saja, Remus. Kami mengkhawatirkanmu," kata Albus Dumbledore saat memasuki rumah sakit.

Remus tersenyum sedih sambil menopang lengannya yang cedera. "Senang bisa kembali, Albus."

"Kau tidak terlihat senang," Albus mengamati.

Remus menggelengkan kepalanya dan bersandar di bantal. "Aku tidak bisa menyembunyikannya darimu, bukan?" Dia memalingkan wajah, menolak memandang Albus. "Aku merasa seperti orang yang mengerikan, itulah sebabnya."

"Oh, dan kenapa begitu, Remus?"

Remus melirik Kepala Sekolah sebelum beralih lagi, matanya penuh kesedihan. "Karena sebenarnya aku kecewa bahwa Voldemort tidak memiliki Harry."

Albus mengangkat alis. "Kecewa? Kenapa?"

"Jika Voldemort memiliki Harry maka kita setidaknya tahu di mana Harry berada dan kita bisa menyelamatkannya. Namun bahkan Voldemort tidak tahu di mana dia berada dan... dan... apakah ini membuatku menjadi orang yang mengerikan, sir?" Remus memandang Albus, menginginkan dan membutuhkan kata-kata bijak.

Albus menggeleng. "Tidak, Remus. Bahkan aku berharap hal yang sama, namun kemudian aku ingat apa yang mampu dilakukan Voldemort. Kita tidak tahu apakah Harry bahagia di mana pun ia berada. Jika dia bahagia, apakah kau benar-benar ingin mengambil kebahagiaan itu dengan dia ditawan? Ya, jika Harry bersama Voldemort maka kita bisa mencoba menyelamatkannya, namun berapa harga yang harus dibayar? Apakah dia akan menjadi anak yang sama dengan yang kita kenal atau apakah dengan ditawan Voldemort akan membuatnya berubah?"

"Tapi bagaimana jika dia tidak bahagia dimanapun dia berada? Bagaimana jika di sana dia lebih menderita daripada dengan Voldemort?" tanya Remus.

"Dan pertanyaan seperti itulah mengapa berharap Voldemort memilikinya tidak membuatmu menjadi orang yang mengerikan, tetapi aku ingin menganggap Harry bahagia di mana pun dia berada. Itu membantu jiwa menuaku."

Remus mengangguk. "Di tahun ketiga Harry, aku merasa kami sudah dekat..." katanya mengubah topik. "Tapi kemudian aku mulai menjauhkan diri saat menyadari bahwa ada Sirius untuk menjaga Harry. Aku tak ingin Harry bergantung padaku, manusia serigala yang nyaris tidak bisa mencari nafkah. Jadi, aku menjauhkan diri darinya, aku mengira Sirius akan selalu ada untuk membantunya. Sekarang, Sirius sudah pergi dan aku merasa hanya tinggal aku yang harus menjaganya. Aku melakukan pekerjaan yang buruk, bukan?" kata Remus tertawa hambar. "Sekarang, aku takut aku tidak akan pernah melihat Harry lagi. Bahwa aku akan sendirian lagi."

Albus meletakkan tangan di bahunya untuk menenangkannya. "Harry akan kembali, Remus. Dia akan kembali."

***

Harry sarapan dengan jauh lebih bersemangat dan kedua temannya menyadarinya. "Kau tampak... bahagia," kata Hermione sambil memperhatikan Harry yang sedang memakan roti panggangnya.

Dia mengangguk sebelum menyesap jus labu. "Tentu saja," dia tersenyum. "Selama satu setengah bulan ini aku mencemaskan dan mengkhawatirkan dua Remus. Sekarang, aku tahu salah satu dari mereka baik-baik saja. Dia masih hidup dan aman. Sekarang, aku hanya perlu mencemaskan satu Remus. Yang kebetulan merupakan Remus yang paling aku khawatirkan," kata Harry sambil meletakkan roti panggangnya, tidak berminat untuk makan setelah mengingat hal itu.

Hermione, tentu saja, tidak tahu apa yang sedang dibicarakan Harry dan Neville bahkan tidak pernah memikirkan Remus di dunia Harry dan tidak tahu dia dalam masalah apa pun. Dia tampak bingung sambil bertanya, "Bagaimana kau bisa mengetahui itu?"

"Nanti," kata Harry sambil mendorong makanannya.

"Apa yang kau bicarakan, Harry?" tanya Hermione.

Dimension Father | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang