Voldemort menatap anak di depannya. Hanya dengan melihat rambut cokelat sebahu dan mata birunya, Voldemort tahu bahwa penampilannya palsu.
Anak itu tampaknya tidak benar-benar takut kepadanya seperti yang seluruh dunia lakukan. Dia pasti kenal Dumbledore secara pribadi. Voldemort menyeringai. Hal ini bisa membantunya.
"Semuanya, kecuali Malfoy dan Lestrange, keluar!" teriak Voldemort kepada para Pelahap Maut. Voldemort mengawasi anak itu ketika para Pelahap Maut meninggalkan mereka dengan dua Pelahap Maut yang paling tepercaya. Dia melemparkan bocah kecil yang masih berdiri di sebelahnya ke Bellatrix Lestrange. Dia memegangnya erat-erat.
Anak berambut pirang itu berdiri tegak, namun matanya menunjukkan rasa takut. Tidak setakut yang Voldemort inginkan. Dia berjalan mengelilinginya seperti predator terhadap mangsanya. "Betul-betul seorang Gryffindor," bisiknya pada diri sendiri dengan jijik. "Apakah kau akan memberi tahuku siapa dirimu atau aku harus mencari jalan keluar yang sulit?"
Harry tetap diam, tahu bahwa dengan memberi tahu Voldemort siapa dirinya akan berbahaya, bukan hanya baginya, tetapi juga ayahnya, ayah baptis, dan paman walinya. Dia menarik nafas gemetar untuk meredakan ketakutannya.
Voldemort berhenti tepat di depannya. "Tidak mau menjawab? Sayang sekali," cibirnya sebelum tersenyum manis. "Kurasa aku harus melakukannya dengan cara yang sulit."
Harry meringis, tahu apa yang kemungkinan besar akan dilakukan Voldemort. Dia terkejut Voldemort belum menggunakan kutukan cruciatus padanya. Voldemort, melakukan sesuatu yang tidak disangka Harry. Dia mengangkat tongkatnya dan berkata, "Finite Incantatem."
Harry tersentak ngeri ketika dia merasakan sihir mantra itu mengalir di sekujur tubuhnya. Rambut cokelat panjang sebahunya kembali ke rambut hitam pendek berantakan miliknya dan mata birunya menjadi hijau lagi.
***
James Potter duduk dengan gusar di meja dapur bersama Sirius dan Remus. Mereka sendirian lagi, rapat berakhir dua jam yang lalu. "Aku tidak percaya mereka meminta kita duduk dan tidak melakukan apa pun!"
Remus perlahan mengambil botol firewhiskey James darinya ketika dia tidak memperhatikan. Dia terus-menerus bicara tentang kurangnya bantuan mereka sejak rapat berakhir. Sejujurnya, Remus dan Sirius mulai bosan.
"James, mate, tidak ada yang bisa kita lakukan. Itu faktanya," kata Sirius nyaris tanpa sadar.
Remus memandang Sirius dengan tanya. Dia terkejut Sirius tidak terjun mencari Harry. Sirius adalah tipe orang yang akan mempertaruhkan nyawanya untuk seseorang yang hampir tidak dikenalnya, apalagi seseorang yang dia kenal. Remus menatap Sirius dengan cermat dan menghela napas pada apa yang dilihatnya. Remus dapat melihat kepala Sirius sedang berputar untuk mencari solusi, mencari cara untuk menyelamatkan Harry dan melanggar perintah Orde.
James memandang Sirius. "Ayolah, mate, bisakah kita benar-benar mempercayai Severus Snape untuk menyelamatkannya? Severus tidak akan mempertaruhkan nyawa atau posisinya sebagai mata-mata hanya untuk seorang anak. Seorang anak yang merupakan anak dari orang yang paling dibencinya seumur hidup. Seorang anak dari dunia lain. Seorang anak yang tidak benar-benar dikenal seorangpun. Seorang anak yang..."
"Oke, oke, James, kami mengerti intinya. Severus tidak akan menyelamatkan seorang anak yang mungkin dia benci," sela Sirius. "Itulah sebabnya kita perlu memikirkan suatu rencana untuk menyelamatkan Harry."
James melempar tatapan bingung padanya. "Kau baru saja mengatakan untuk tidak melakukan apa pun. Sekarang kau mengatakan untuk melakukan sesuatu?"
"Hey, aku mencoba untuk berpikir melebihi ocehanmu yang tak ada artinya," katanya cepat untuk membela diri. "Aku harus mengatakan sesuatu untuk membuatmu diam... meskipun itu tidak berhasil," gumamnya pada diri sendiri. "Pokoknya, langkah pertama dulu. Kita harus mencari tahu di mana Voldemort menahannya."
![](https://img.wattpad.com/cover/184384724-288-k616574.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimension Father | ✔
FanficHarry berakhir ke dunia yang berbeda saat pertarungan di Departemen Misteri. Dia harus menyelamatkan dunia ini dulu sebelum dunianya sendiri. Ketika dia mendapat kesempatan untuk kembali pulang, apakah dia benar-benar menginginkannya? Untuk apa dia...