Mohon maaf cerita dalam tahap revisi, dan pengubahan alur terimakasih.
"Sir I guess I'll go, I best be on my way out."
-Ignorance (Paramore)***
Seorang gadis cantik berjalan menyusuri kantin dengan langkah kecilnya, gadis tersebut adalah Kanaya Shava Alvanya, gadis berambut panjang berwarna cokelat terang, kulit putih, serta pemilik senyum manis yang tak luput dari wajah cantiknya.
Kanaya berjalan menyusuri koridor, langkahnya terhenti ketika melihat laki-laki yang sedang dicarinya.
Kanaya berlari kecil menghampiri laki-laki tersebut. Setelah sampai di meja kantin, barulah Kanaya duduk. Setelah duduk ia menatap laki-laki yang sibuk dengan ponselnya.
"Azka pulang sekolah bisa anterin aku beli buku?" tanya Kanaya menatap Azka dengan ekspresi wajah setengah memohon. Bibirnya mengulas senyum tipis dengan bola mata yang berbinar.
Laki-laki yang dipanggil Azka menoleh ke arah Kanaya. Ia mengerutkan keningnya. "Gue sibuk," ucapnya dengan suara kecil.
Tatapan kecewa mulai terpancar di wajah Kanaya, pasalnya Kanaya hanya ingin menghabiskan waktu dengan Azka kekasihnya, namun Kanaya justru mendapat penolakan mentah-mentah dari Azka. Sepertinya akan sulit jika mereka menghabiskan waktu untuk bersama.
"Ada eskul ya?" tanya Kanaya.
Azka mengangguk mantap. Tanpa melirik Kanaya, tangannya merapihkan semua barang yang berserakan di meja lalu memasukkannya ke dalam tas ransel yang terletak di atas kursi.
"Sama gue aja Nay," ajak Pandu, laki-laki dengan jaket abu menoleh cepat. Menatap Kanaya antusias, sembari tersenyum kecil. Ia sengaja menawarkan diri untuk membantu Kanaya.
Kanaya menggeleng. "Pandu juga ada eskul kan?"
"Tapi gue bisa izin bentar buat nganter lo, itu juga kalo lo mau."
"Serius gak papa?" tanya Kanaya merasa tak enak.
Pandu mengangguk sebagai balasan. Ia merasa tak keberatan jika harus mengantarkan pacar sahabatnya untuk pergi ke toko buku.
"Ya udah Kanaya ke toko buku sama-," ucapan Kanaya terpotong karena Azka membuka suaranya. Azka menoleh cepat, menatap Kanaya dengan wajah datar andalannya. "Lo pergi sama gue," ucap Azka ketus.
Kanaya menatap Azka dengan senyuman lebarnya. Gadis tersebut tersenyum senang. Bibirnya semakin mengulas senyum lebar hingga matanya menyipit.
Sedangkan pandu menggelengkan kepalanya melihat sifat dan tingkah Azka.
Dialah Alazka Pramana Samudera laki-laki yang sudah hampir tiga tahun ini menjadi kekasih dari Kanaya, meskipun hubungan keduanya tidak layak dikatakan jika keduanya 'berpacaran'.
Sejak awal Kanaya bertemu Azka, gadis tersebut sudah jatuh hati pada laki-laki yang sering dijuluki kulkas dua pintu itu. Tak masalah bagaimana sikap Azka kepadanya. Kanaya justru menerima segala kekurangan Azka. Tak peduli sedingin apa sikap Azka kepadanya. Kanaya percaya bahwa ketulusan mampu merubah sikap Azka.
Mungkin sekarang Azka belum membuka hatinya, ia masih membangun tembok tinggi yang mustahil untuk Kanaya tembus. Namun ia yakin ada saat di mana Azka pasti akan mencintainya juga. Akan ada di mana cintanya berbalas, meskipun itu bukan sekarang tapi nanti.
"Kalo gue gak bisa nganter gak usah ngemis minta anter orang lain ngerti?" ucapan Azka membuat senyum di bibir Kanaya menghilang. Wajahnya berubah tidak seceria tadi, ada pancaran sedih ketika Azka mengucapkan kalimat tersebut. Gadis itu menunduk tak berani menatap mata yang mampu mengintimidasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished Goodbye
Teen Fiction[Tahap revisi] "Karena mencintai tanpa dicintai kembali itu menyakitkan." Pernah mencintai sebegitunya hingga tak sadar bahwa kamu layak juga untuk dicintai, memperjuangkan orang yang entah hatinya untuk siapa, terus menunggu hingga kamu tak mengert...