Pengobat Rindu

3.6K 125 6
                                    

Mohon maaf cerita dalam tahap revisi, dan perubahan alur terimakasih.

"And there's one thing that I need from you, can you come through?"

-Comethru (Jeremy Zucker )

***

Hari ini hari Rabu, jadwal kelas IPA 2 untuk belajar di laboratorium materi mikroskop. Hari ini sama seperti hari Rabu lainnya. Rasanya sepi. Ia merasa tidak semangat untuk belajar. Harusnya tadi Kanaya menitip absen saja pada temannya. Harusnya juga ia tau jika setiap hari Rabu, Azka pasti tidak akan pernah masuk sekolah. Ada saja alasannya, entah itu sakit, izin, atau tanpa keterangan. Lebih aneh lagi itu selalu terjadi setiap hari Rabu.

Kanaya tidak mengerti kemana laki-laki itu pergi. Setiap kali menanyakan alasannya, Azka hanya bilang jika ia ada urusan. Tetapi tidak pernah menjelaskan urusan apa yang dimaksud laki-laki tersebut.

Kanaya pikir ia adalah orang yang paling mengerti tentang Azka. Namun masih banyak misteri-misteri yang belum berhasil ia pecahkan. Lebih sedihnya ia menyukai Azka namun tidak tau banyak tentang Azka.

Gadis itu menatap malas jendela kelas, kepalanya bersandar di kaca jendela tersebut. Rabu pagi ini turun hujan namun sejak jam delapan hujan mulai mereda, hanya tersisa gerimis. Ia menghela nafas berat yang tercetak membentuk embun di kaca. Tangannya terulur menghapus embun tersebut dan menulis kata di sana.

"Nay ayo ke lab." Salah seorang dari teman Kanaya berjalan menghampiri Kanaya.

Kepala gadis itu menengok, ia menegakkan tubuhnya lalu menggeleng kecil. "Gue gak enak badan, tolong bilang ya ke Pak Bram."

Sebenarnya Kanaya tidak sakit, namun ia hanya beralasan saja. Ia malas jika harus mengikuti kelas sendiri. Bilang saja dirinya lebay karena entah mengapa setiap hari Rabu mood belajarnya menjadi berkurang. Ia seperti tak semangat. Merasa dirinya kesepian karena Azka yang tidak hadir.

"Tapi hari ini ada ujian Nay."

"Gue ikut ujian susulan aja."

"Oke, gue duluan."

Para murid mulai beranjak meninggalkan kelas. Mereka berbondong-bondong pergi menuju laboratorium yang berada di lantai tiga. Hingga tersisa Kanaya sendiri di kelas. Kelas yang tadinya ramai berubah menjadi hening. Ia tersenyum tipis menatap isi kelas yang kosong. Lalu Kanaya mengambil tas dan mulai membaringkan kepalanya di atas tas yang menjadi bantalan. Kanaya hanya ingin tidur sebentar.

***

Gadis itu menatap sosok di depannya dengan wajah tak percaya. Matanya melotot menatap wajah Zaki yang terdapat banyak luka. Kelopak matanya bengkak. Sementara sudut bibirnya tersisa darah yang sudah mengering. tubuh itu tampak menyedihkan dengan luka-luka yang terlihat mengerikan lantas kanaya langsung membawa zaki masuk ke dalam kamarnya, sebenarnya kanaya masih ingin bertanya perihal keadaan Zaki sekarang, bagaimana tubuh itu yang berdiri di depan apartemennya dengan luka yang cukup parah. Namun kanaya urungkan pertanyaan itu ia lebih memilih untuk segera mengobati luka Zaki. tangannya terulur mengusap pipi zaki yang bengkak, hatinya meringis ngilu melihat wajah serta tubuh sahabatnya yang tampak dipenuhi luka, iya merasa kasihan dengan kondisi zaki sekarang.

"Lo kenapa bisa kaya gini?" tanya Kanaya dengan suara lembut. Zaki tersenyum tipis. Ia bahkan melupakan luka di sudut bibirnya. Zaki masih membiarkan telapak tangan Kanaya bertengger di pipinya. Ia merasa hangat dan begitu menenangkan, ia menikmati sentuhan lembut di pipinya. Rasa menggelitik itu kembali hadir kala tangan Kanaya menyentuhnya.

Unfinished GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang