Masih Membeku

2.4K 90 8
                                    

Mohon maaf cerita dalam tahap revisi dan perubahan alur, terimakasih.

"Just know that your perfect And I'd change the world before I change a thing about you."
-About You (Shane Filan)

***

"Bunda Azka ada?" Pulang sekolah Kanaya menyempatkan dirinya untuk mampir ke rumah Azka, ia bahkan membawakan tugas untuk laki-laki yang belum masuk sekolah, sebenarnya luka Azka tidak parah, tetapi kondisi laki-laki tersebut yang sempat demam membuat Azka harus libur beberapa hari. Hal itu juga menjadi alasan mengapa Kanaya berada di sini, ia terlalu khawatir melihat Azka yang sakit, bahkan selama di sekolah ia memikirkan bagaimana kondisi laki-laki tersebut.

Echa menoleh ketika mendengar suara yang begitu familiar, wanita tersebut menatap Kanaya yang berdiri di dekat pintu. "Bunda kirain siapa, sini masuk cantik, Azka ada di kamar."

Kanaya lantas tersenyum lalu masuk ke dalam rumah Azka, ia menyalimi tangan Echa. "Assalamualaikum Bunda," ucapnya sambil tersenyum.

"Walaikum salam, tumben kamu kesini?"

"Mau  tugas buat Azka sekalian bawain makanan." Kanaya memperlihatkan plastik besar yang ia bawa.

Echa tersenyum tipis, tangannya mengusap kepala Kanaya penuh sayang. "Kamu langsung naik ke atas aja."

Mendapatkan persetujuan, gadis itu langsung naik ke lantai dua, tempat di mana kamar Azka berada, ia berjalan sambil memandang ke sekitar. Tangannya menyentuh knop pintu dan memutarnya namun sebelum pintu terbuka sepenuhnya, sebuah tangan dari belakang menutup kedua matanya. Kanaya berteriak kecil, ia tidak bisa melihat apapun karena pandangannya terhalang oleh tangan tersebut.

"Balik badan." Suara serak dari arah belakang membuat Kanaya akhirnya membalikkan badannya. Gadis itu langsung terkejut ketika tidak ada tangan yang menghalangi matanya lagi, ia jadi bisa melihat siapa pemilik tangan tersebut, orang itu berdiri di depan Kanaya dengan tatapan datar andalannya. "Jangan masuk." Azka berucap Pelan kelewat cepat.

"Kenapa?" tanya Kanaya.

"Di dalem ada Pandu sama Arka nggak pake baju." Senyum Kanaya terbit begitu ia tahu alasan Azka menutupi matanya, wajahnya langsung memerah dengan rona pipi yang bisa Azka lihat secara jelas.

"Kenapa ke sini?" Pertanyaan dari Azka berhasil membuat Kanaya kembali tersadar. Ia menyerahkan sebuah kantung plastik berisi makanan kepada laki-laki tersebut.

"Ini ada makanan dari kantin sekolah siapa tau kamu kangen jajan di kantin." Kemudian gadis itu merogoh tas sekolahnya mengambil sebuah buku bersampul cokelat. "Ini ada tugas Bahasa Indonesia dari Bu Ani, hari ini nggak ada ulangan dadakan jadi aman, tapi ada tugas kelompok, kata Riski temen sekelas kamu, karena kamu nggak berangkat jadi kebagian kelompok sama Tisa." Kanaya menjelaskan semua informasi yang ia sengaja tanyakan kepada teman sekelas Azka. Niatnya ia ingin bertanya pada Pandu tetapi ternyata laki-laki tersebut bolos kelas. Sementara Azka nampaknya begitu terkejut, sejauh ini tidak ada yang begitu peduli padanya, Pandu yang menjadi sahabatnya selama bertahun-tahun tidak pernah rela melakukan hal yang Kanaya lakukan.

"Kamu masih sakit?" Kanaya menatap cemas laki-laki yang sedari tadi terus diam, ia menyentuh kening Azka yang terasa hangat di kulitnya. "Udah minum obat?" tanya gadis itu khawatir.

Kanaya sungguh selalu memikirkan Azka, ia merasa tidak tenang melakukan sesuatu, bahkan dirinya selalu ingin bertemu Azka untuk meyakinkan jika laki-laki tersebut sudah sembuh. Tangan gadis itu melingkar di perut Azka selanjutnya Kanaya mendekap Azka, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang laki-laki tersebut.

Unfinished GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang