Mohon maaf cerita dalam tahap revisi dan perubahan alur, terimakasih.
"And I cant imagine how I'd make it through There's no me without you."
-Me Without You (Ashley Tisdale)***
Lamia, nama yang sekarang mengganjal pikiran Kanaya. Ia masih tidak tau siapa sosok gadis tersebut, bahkan Azka juga tidak pernah menyebutkan namanya, Pandu, Echa maupun Aldi tidak pernah menyinggung soal Lamia. Di sekolah tidak ada siswi yang bernama Lamia. Di rumah Azka yang Kanaya tau juga tidak ada tetangga yang bernama Lamia. Nama itu cukup asing dan Kanaya baru mendengarnya pertama kali.
Ia masih menatap Azka dalam diam, Azka baru sadar dengan mata yang menatap ke arah langit-langit. Sementara cukup lama mereka diam semenjak dokter datang dan langsung memeriksa Azka.
Ia menatap laki-laki itu sebelum akhirnya memutuskan untuk berbicara, Kanaya benci suasana sepi, ditambah ia sudah gatal ingin menanyakan banyak pertanyaan kepada Azka.
"Zka." Ia berucap pelan, Azka mendengarnya laki-laki itu menoleh ke arah Kanaya dengan wajah datar.
"Kamu kenapa bisa kaya gini?" tanya Kanaya.
Sebenarnya Kanaya sudah ingin menanyakan hal yang macam-macam, tetapi sekarang bukan situasi yang tepat, apalagi rasa khawatir Kanaya melebihi rasa penasarannya.
Azka menatap sosok gadis yang duduk di sampingnya, wajah Kanaya lesu, ada lingkaran hitam di bawah matanya, mata gadis tersebut sembab, wajahnya kuyu dengan penampilan berantakan.
"Lo udah ngabarin Bunda?" tanya Azka.
Kanaya menggeleng. "Pandu tadi udah bilang ke Arka."
Azka mengumpat pelan, ia mengusap wajahnya kasar. Mata itu langsung menatap ke arah Kanaya. Bagi Azka berurusan dengan Bundanya akan semakin panjang, ia tidak bisa membayangkan bagaimana khawatirnya sang Bunda ketika tau Azka mengikuti balapan.
"Kamu balapan lagi?" Pertanyaan Kanaya membuat Azka bungkam, ia lebih memilih menatap langit-langit rumah sakit, daripada harus menatap sosok gadis yang menatapnya dengan wajah sendu.
"Kenapa ikut balapan?" Azka tak menjawab sementara Kanaya, ia masih ingin menanyakan banyak pertanyaan yang masih mengganjal, tentang mengapa Azka mengikuti balapan, tentang siapa Lamia—gadis yang Azka sebutkan namanya. Kanaya masih memikirkannya bahkan ia merasa resah dan ... Takut. Ia tau tak perlu ada yang dikhawatirkan namun Lamia? Ia tidak bisa merasa biasa saja.
"Aku khawatir kamu tau itu 'kan? Beberapa kali aku bilang jangan balapan lagi, percuma Zka, itu cuma akan buat nyawa kamu dalam bahaya." Kanaya berucap pelan, ia sungguh ingin Azka berhenti dari kebiasaan buruknya—mengikuti balapan liar di jalanan, bagaimana jika nyawanya melayang karena hal tersebut? Bagaimana jika Azka tertangkap polisi? Bagaimana jika sesuatu hal yang buruk terjadi? Apa tidak pernah Azka berpikir sekali saja untuk menjaga dirinya dan berhenti membuat Kanaya khawatir.
"Gue butuh uang, lo nggak akan ngerti?!" sentak Azka.
"Karena kamu nggak pernah cerita! Selama ini apa pernah kamu cerita waktu ada masalah? Kamu selalu cari jalan keluar sendiri, kamu nggak pernah bagi kesedihan kamu sama aku," lirih Kanaya pelan. Gadis itu mengambil nafas panjang sebelum akhirnya menghembuskan nafasnya secara pelan. "Aku sayang sama kamu Zka, tolong ngertiin itu, aku nggak minta buat kamu balik sayang sama aku. Tapi aku mau kamu libatain aku dalam segala urusan kamu, seenggaknya kamu bisa anggap aku sedikit penting, bukan hal remeh yang bisa kamu sepelein gitu aja." Setelah mengucapkannya Kanaya memilih bangkit meninggalkan Azka sendiri. Ia menginginkan pergi untuk sementara waktu, setidaknya berjalan-jalan sebentar di rumah sakit untuk menenangkan pikirannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/186756931-288-k292282.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished Goodbye
Novela Juvenil[Tahap revisi] "Karena mencintai tanpa dicintai kembali itu menyakitkan." Pernah mencintai sebegitunya hingga tak sadar bahwa kamu layak juga untuk dicintai, memperjuangkan orang yang entah hatinya untuk siapa, terus menunggu hingga kamu tak mengert...