Dihancurkan Ekspetasi

3.1K 117 9
                                    

Mohon maaf cerita dalam tahap revisi, dan perubahan alur terimakasih.

"And I love you more than I did before And if today I don't see your face Nothing's changed."
-Stay (Miley Cyrus)

***

Gadis yang berdiri di depan cermin itu tersenyum menatap pantulan dirinya ia memeriksa kembali apa penampilannya sudah sempurna, apa ada yang kurang? Berkali-kali ia memeriksa semua. Bahkan Kanaya sudah bolak-balik ke kamar untuk melihat penampilannya di kaca. Senyum manis tak pernah pudar dari wajah yang sengaja ia poles dengan make up tipis. Mata itu mengerjap beberapakali, rona merah muncul ketika Kanaya mulai membayangkan apa yang terjadi selanjutnya.

Dering ponsel membuat Kanaya menengok ke belakang, ia meraih ponselnya yang tergelatak di atas kasur. Senyumnya semakin mengembang ketika melihat siapa orang yang mengirimkannya pesan.

Azka: Nay, hri ini kta gk bsa jln.

Lengkungan senyum itu menghilang perlahan, raut wajahnya berubah cepat dari ceria berubah menjadi kecewa. Ia mengerjap kembali memeriksa apa pesan yang Azka kirim adalah sungguhan.

Kanaya: Ini serius gak jadi jalan? Padahal aku udah nunggu dari sejam yang lalu.

Azka: Ya. Gue sbk, pntng bngt ya hrs jln skrang?

Azka sibuk, memangnya Kanaya tidak? Ia harus meluangkan waktu untuk les privatnya, bahkan Kanaya sudah mau menanggung kemarahan sang Oma karena mendapat kabar Kanaya yang bolos les. Apa cuma Azka yang sibuk? Kanaya bahkan lebih sibuk, tetapi gadis itu berusaha meluangkan waktunya untuk sekedar pergi bersama Azka. Ia usahakan apapun itu demi Azka. Tidak seperti Azka yang selalu tidak punya waktu untuk Kanaya.

Janjinya laki-laki tersebut kembali Azka ingkari, berapa banyak janji yang Azka buat namun tak pernah Azka tepati, Kanaya menunggu beberapa jam dengan rasa senangnya namun Azka perlahan menjatuhkan harapannya menjadi puing-puing kehancuran.

Kanaya menatap penampilannya lagi, ia menghela nafas panjang, raut wajahnya menunjukkan bahwa Kanaya sedang tidak baik, bibirnya mengerucut, sementara tubuh itu akhirnya merosot duduk di atas kasur. Harusnya Kanaya tau jika akhirnya akan seperti ini, kapan sih Azka benar-benar menepati janjinya? Kapan sih Azka bisa membuatnya senang selama sehari saja? Atau kapan sih Azka akan punya waktu penuh untuk Kanaya. Ia bukannya marah namun kecewa, dirinya itu sebagai pacar Azka hanya bisa Kanaya rasakan lewat status, bahkan orang-orang Sma Sanjaya juga tau bagaimana hubungan keduanya, mereka semua melihat Kanaya seolah gadis itu tak punya malu, yang setiap harinya mengekori Azka kemana-mana sementara Azka tampak sama sekali tak peduli, ia tidak menganggap Kanaya sebagai sosok 'pacarnya' bahkan ketika teman laki-lakinya menggoda Kanaya, laki-laki itu sama sekali tidak terusik. Jangankan terusik, Azka tidak pernah bisa cemburu kepadanya.

Ia menatap layar ponsel yang menampilkan room chat dengan kekasihnya tersebut, rentetan pesan yang ia kirim dan hanya dibalas seadanya oleh Azka. Pesan panjang lebar dari Kanaya yang kadang pula hanya Azka abaikan, atau panggilan video dan telepon yang sudah biasa Azka tolak. Apa Kanaya lelah melakukannya? Mungkin dulu iya, tapi Sekarang akibat seringnya mendapat penolakan, seolah Kanaya sudah belajar untuk lebih sabar. Untuk mencintai Azka Kanaya juga sudah paham tidak lagi menggebu-gebu seperti dulu, jika dirinya begitu banyak berharap kepada laki-laki tersebut, esok Kanaya harus siap jika harapannya tidak sesuai.

Ponsel Kanaya berdering sebuah panggilan masuk dari seseorang yang ingin sekali Kanaya hindari. Namun gadis itu tak ingin membiarkan orang yang menelponnya menunggu terlalu lama.

Unfinished GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang