"Suster, apakah gue boleh masuk?" tanya Marcell pada suster yang baru saja keluar dari ruang IGD.
"Maaf, pasien hanya bisa dijenguk setelah dipindahkan ke ruang inap." ucap suster tersebut lalu berlalu dari hadapannya. Jordan selaku bokapnya Marcell, membawanya mundur beberapa langkah dari pintu ruang IGD ini dan segera duduk.
Bara sedari tadi hanya berdiri dan menyandarkan tubuhnya ke dinding sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Vi, lo harus kuat! Lo ga boleh lemah!" ucap Tasha sembari menutupi wajah dengan kedua tangannya. Kemudian Saras dan Elsa merangkul Tasha untuk menenangkannya agar tak terlalu larut dalam kesedihan.
"Sabar Sha, gue juga sedih ngeliat sahabat kita diam terbaring di brankar rumah sakit ini. Kita berdoa yang terbaik aja ya buat Viona." ucap Saras yang diangguki oleh Elsa, kemudian rangkulannya pun semakin kuat.
Tak lama kemudian, seorang wanita dengan rambut yang sedikit agak berantakan berjalan lemah sambil mengusap air mata yang masih mengalir di wajahnya. Semua yang berada di depan ruang ini pun berdiri, Sandrina dan Veronica-nyokapnya Marcell segera saja menuntunnya dan membawa ia untuk duduk.
"Veron, Vi-viona...." ucapnya dengan sesenggukkan sambil meletakkan kepala diatas pundak Veronica.
"Ada apa dengannya? Apa yang dokter katakan?" tanya Veronica yang ikut mengkhawatirkan Vio.
Monica menghembus nafas beratnya sambil memejamkan mata, "Dia... mengidap leukemia." Ia pun tak kuasa menahan tangisnya kembali. Semuanya ternganga, menutup mulut dengan kedua tangan serta membulatkan matanya.
"Tolong rahasiakan ini dari Vio, saya takut dengan keadaan dia seperti ini, ia akan semakin terpuruk." ucap Monica dan diangguki oleh semuanya.
⛄⛄⛄
Gadis itu masih memejamkan matanya dengan begitu tenang, ia telah dipindahkan ke ruang inap. Sedari tadi Marcell membungkam mulutnya, tak ada satupun kata-kata yang ia keluarkan. Begitupun Tasha, Elsa dan Saras yang semakin erat pelukannya sambil meneteskan air mata ketika melihat Vio yang sampai sekarang belum sadarkan diri. Bara yang duduk berada di samping brankar Vio, sangat memegang erat tangan Vio yang saat ini dingin.
Tuhan, Kau baru saja mempertemukanku dengannya. Tapi secepat inikah juga Kau ingin mengambil nyawanya? Batin Bara.
"Bara, papa, mama, Lusi, Sandres dan Nadya mau pulang dulu. Kamu mau ikut?" ajak Harry.
"Ga pa, Bara masih mau tetap disini."
Mendengar ucapan anaknya itu, semuanya pun berpamitan untuk pulang. Nadya mendekati Bara, "Lo yang sabar dan terus berdoa untuk kesembuhan Viona." ucapnya sambil menepuk pundak Bara lalu segera keluar dari ruangan ini.
"Tante, Elsa, Saras dan Tasha mau pulang dulu ya. Tante jangan lupa makan ya, kalau tante sakit nanti siapa yang jagain Vio?" ucap Elsa sambil menyalami tangan Monica dan diikuti oleh Saras dan Tasha. Monica tersenyum mendengar ucapan gadis yang telah keluar dari ruangan ini.
Disaat yang seperti ini, kamu juga ga dateng Lang. Tega banget sama anak sendiri. Batin Monica.
"Monic, saya sama Jordan mau pamit pulang dulu. Kalo ada kabar tentang Vio, segera hubungi kami ya." ucapnya yang kemudian diangguki oleh Monica.
Viona bak putri raja yang dikawal oleh dua orang bodyguard-nya, Bara berada di sisi kanan brankar, sedangkan Marcell berada disisi kiri brankar. Monica berada di sofa yang disediakan oleh rumah sakit sambil tiduran melepaskan penatnya.
"Vi, ayo dong sadar! Abang acell ga mau lo kenapa-kenapa." ucapnya sambil menggerak-gerakan tangan Vio.
Sementara Bara hanya tertunduk sambil memegang erat tangan Viona. Please, lo harus bangun otak udang! Gue kangen lo! Batin Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Viona [COMPLETED]✔
Teen Fiction"Suatu saat aku akan kembali..." **** Viona Angela Gilsha, seorang gadis remaja yang selalu ceria, cerdas dan konyol serta bisa dikatakan gadis yang unik. Ia mempunyai banyak teman, bahkan ia menjadi primadona di sekolahnya. Namun, ia sangat merindu...